Esai Kegiatan Plogging sebagai Implementasi Psikologi Lingkungan di Lingkungan Tempat Tinggal oleh Nariswari Salsabiela (23310410107)
Pada tanggal 20 April 2025, saya melakukan kegiatan plogging di lingkungan sekitar tempat tinggal saya, tepatnya mulai pukul 16.00 hingga 17.00 WIB. Plogging, yang merupakan gabungan antara jogging dan picking up litter, menjadi kegiatan sederhana namun bermakna yang menggabungkan aktivitas fisik dengan kontribusi langsung terhadap kebersihan lingkungan. Kegiatan ini saya laksanakan sebagai bagian dari tugas mata kuliah Psikologi Lingkungan, sekaligus bentuk praktik nyata dari teori yang saya pelajari di kelas.
Psikologi Lingkungan (Environmental Psychology) mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Menurut Gifford (2007), lingkungan tidak hanya memengaruhi perilaku manusia, tetapi perilaku manusia juga memberi dampak terhadap kondisi lingkungan. Dalam konteks ini, plogging mencerminkan bentuk perilaku pro-lingkungan (pro-environmental behavior) yang bertujuan meminimalkan kerusakan lingkungan dan menciptakan dampak positif secara ekologis dan psikologis.
Saat melakukan plogging, saya mendapati banyak sampah plastik, bungkus makanandan puntung rokok di sepanjang jalan kompleks, yang sebelumnya luput dari perhatian saya. Fenomena ini berkaitan dengan konsep "inattentional blindness" dalam psikologi, di mana individu cenderung mengabaikan elemen lingkungan yang tidak menjadi fokus utamanya (Simons & Chabris, 1999). Namun, dengan niat sadar untuk membersihkan lingkungan, perhatian saya terhadap kondisi sekitar menjadi jauh lebih tajam.
Dari sisi afektif, saya merasakan perasaan senang, bangga, dan lebih terhubung dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan teori Subjective Well-Being oleh Diener (2000), yang menjelaskan bahwa keterlibatan dalam aktivitas bermakna—terutama yang berorientasi sosial dan lingkungan—dapat meningkatkan kepuasan hidup dan suasana hati positif. Plogging memberi saya rasa kontrol (sense of agency) bahwa saya mampu memberikan dampak, sekecil apa pun, terhadap lingkungan tempat saya tinggal.
Menariknya, selama kegiatan berlangsung, saya menerima pandangan heran dari beberapa warga sekitar. Ini mengilustrasikan pentingnya norma sosial dalam mempengaruhi perilaku lingkungan. Menurut Schultz et al. (2007), ketika perilaku pro-lingkungan belum menjadi norma sosial yang umum, individu yang melakukannya bisa merasa seperti “berbeda” atau “asing.” Namun, tindakan tersebut juga bisa memicu social modeling atau contoh perilaku yang mendorong orang lain untuk meniru, yang menjadi prinsip penting dalam perubahan perilaku lingkungan.
Kegiatan ini juga memperkuat konsep "place identity", yaitu bagaimana individu mengidentifikasi dirinya dengan lingkungan tempat tinggalnya (Proshansky et al., 1983). Dengan aktif menjaga kebersihan jalanan di sekitar tempat tinggal, saya merasa memiliki hubungan emosional dan tanggungjawab lebih besar terhadap lingkungan tersebut. Ini membangun perasaan memiliki dan mendorong saya untuk lebih aktif terlibat dalam isu-isu lingkungan lokal.
Secara keseluruhan, plogging bukan hanya aktivitas membersihkan sampah, melainkan praktik nyata dari nilai-nilai psikologi lingkungan. Melalui tindakan sederhana ini, saya dapat mengalami secara langsung bagaimana kesadaran, persepsi, dan motivasi individu memainkan peran penting dalam pelestarian lingkungan. Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa pro-environmental behavior tidak hanya berdampak pada lingkungan fisik, tetapi juga pada kesejahteraan psikologis individu.
Sebagai mahasiswa, saya belajar bahwa psikologi lingkungan tidak berhenti pada teori, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang bisa dilakukan sehari-hari. Plogging adalah bentuk sederhana namun bermakna untuk memulai perubahan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap diri sendiri.
Referensi:







0 komentar:
Posting Komentar