20 Detik Kepemimpinan
UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI SOSIAL
(Semester Genap 2020/2021)
Kanza Gatand Viesyszico (20310410046)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Dalam dunia psikologi, Emosi diartikan sebagai impuls
yang muncul akibat dari suatu rangsangan dari dalam maupun dari luar. Emosi bermacam macam, seperti emosi sedih, emosi marah, emosi bahagia, dan bentuk emosi lainnya. Emosi sangat erat
kaitannya dengan agresif. Perilaku
agresi merupakan tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut. Psikolog sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku
yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan. Karena
melibatkan persepsi niat, apa yang tampak seperti agresi dari satu sudut
pandang mungkin tidak terlihat seperti itu dari sudut pandang lain, dan
perilaku berbahaya yang sama mungkin atau mungkin tidak dianggap agresif
tergantung pada niatnya. Namun, kerugian yang disengaja dianggap lebih buruk
daripada kerugian yang tidak disengaja, bahkan ketika kerugiannya sama (Ames
& Fiske, 2013).
Perilaku agresif merupakan perasaan
marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai
pemuasan atau tujuan, yang dapat diarahkan kepada orang atau benda, perbuatan
bermusuhan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda, sifat atau nafsu
menyerang sesuatu yang dipandang sebagai hal atau situasi yang mengecewakan,
menghalangi, atau menghambat(Siby,2020). Hal ini sungguh sangat berpengaruh
pada jiwa kepemimpinan pada tiap individu. Menurut Crainer ada lebih dari 400
definisi tentang leadership, dari sekian banyaknya definisi tentang
kepemimpinan, ada yang menyebutkan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk
memengaruhi orang lain. Kepemimpinan merupakan suatu proses untuk memengaruhi
aktivitas kelompok (Yudiatmaja, 2013).
Pada era sekarang ini bermunculan
dai yang berusaha melaksanakan syiar Islam. Ada dai yang populer dan ada yang
tidak. Hal tersebut dapat dipahami karena memang ada hal-hal yang menyebabkan
dakwahnya digemari, antara lain aspek kebahasaannya (Atmawati, 2011). Dai juga
merupakan pemimpin yang memberi arahan kepada siapapun yang dipimpin. Pola
kebahasaan dalam memimpin merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam sebuah
organisasi dalam mencapai tujuannya. Namun, dibalik salah satu faktor
keberhasilan dalam kepemimpinan, adapula faktor penyebab terjadinya kesenjangan
dalam sebuah organisasi, yaitu pasif-agresif.
Seseorang dengan perilaku agresif
tampaknya menyenangkan dan mendukung, tapi mereka dapat menusuk dari belakang ,
melemahkan, dan melakukan sabotase. Seseorang dengan perilaku agresif juga
menyatakan bahwa Anda dapat mempercayai kata-kata mereka ketika tindakan mereka
telah secara konsisten menunjukkan bahwa tidak benar, membuat janji-janji
tentang hal-hal ketika mereka tidak punya niat pernah melakukan hal tersebut,
sering kemudian menyalahkan hal-hal yang “diluar kendali mereka” untuk menghindarkan
mereka dalam memenuhi janji mereka. Perilaku seperti ini biasanya menggunakan
sarkasme atau humor untuk mengolok-olok orang lain sehingga mereka dapat bersembunyi
di balik sikap “aku hanya bercanda”, yang mengandung arti di setiap kata yang
diucapkan. Mereka dengan pasif-agresif juga ingin semua orang untuk percaya
bahwa mereka adalah pendukung terbesar, menolak untuk jujur dan langsung dengan
perasaan mereka yang sebenarnya.
Pasif-agresif adalah semacam
mekanisme pertahanan diri, terutama ketika individu harus menghadapi sosok
atasannya yaitu pemimpinnya, pasangannya, atau rekan kerjanya. Di angkatan
kerja, angka tersebut dianggap negatif dan bermusuhan oleh karyawan
pasif-agresif. Namun, mereka tidak tegas di depan pemimpin. Pada awalnya mereka
pasif (selalu setuju untuk menyelesaikan tugas), tetapi mereka menolak secara
agresif untuk melaksanakan tugas ketika pemimpin pergi. Ini semacam sabotase
terhadap organisasi. Mereka agresif karena harus melepaskan amarahnya. Mereka
berniat membalas dendam kepada pemimpin dengan mengabaikan tugas-tugas
organisasi. Tampaknya pemimpin kebingungan karena tugas yang diabaikan adalah
kepuasan mereka. Untuk menutupi kebiasaan menunda-nunda dan mengabaikan mereka,
mereka mengajukan alasan logis. Pemimpin tidak memiliki alasan yang kuat untuk
memecat mereka karena mereka selalu setuju untuk menyelesaikan tugas di depan
pemimpin (Shinta, A., dkk, 2016).
20
Detik Kepemimpinan adalah sebuah hal untuk mengubah diri Anda sendiri agar
lebih baik. Sebab orang lain tidak dapat mengubah diri Anda, hanya dapat
memberikan masukan dan nasihat sebagaimana kita sendiri. Individu hanya butuh
30 detik untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Dalam waktu 20 detik
tersebut kita gunakan 10 detik awal untuk mengambil nafas yang panjang dan coba
untuk tenangkan hati. Kemudian 20 detik sisanya adalah untuk menguatkan fikiran
dengan berkata dalam hati, “Aku adalah seorang pemimpin, jika memang aku
pemimpin, maka aku akan beri contoh kebaikan bagi semua orang yang aku pimpin”.
Setelah 20 detik tadi Anda gunakan seperti hal diatas, yakinlah Anda akan lebih dapat mengendalikan emosi dan
menjadi seorang pemimpin yang bijak.
DAFTAR PUSTAKA
Ames
& Fiske (2013). Intentional Harms Are Worse, Even When
They’re Not. Psychol Sci.
2013 Sep; 24(9): 1755–1762.
Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado
Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/.
Yudiatmaja, F. (2013). Kepemimpinan: Konsep, Teori Dan Karakternya. Media Komunikasi FIS.
ISSN: 1412-8683, Vol. 12, No. 2.
Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the passive-aggressive employees’
performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in
Malang, February. Retrieved on June 27, 2021.
0 komentar:
Posting Komentar