Hubungan Antara Tayangan Televisi Dengan Perilaku Agresivitas Anak
Syarat
Mengikuti Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial Semester 2
Dosen Pengampu : Dr. Arundhati Shinta, M. A
Oleh
:
Nama : Sofi Anggraini
NIM : 20310410065
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Pendahuluan
Perilaku agresivitas
adalah bentuk ekspresi marah yang diwujudkan melalui perilaku yang dilakukan
dengan sengaja untuk menyakiti orang lain dan menimbulkan konsekuensi yang
serius. Perilaku agresif tidak hanya disebabkan dari dalam diri tapi juga
dipengaruhi oleh kognisi serta faktor lingkungan dimana anak mempelajari
perilaku agresif melalui pengamatan dan pengalaman (Arriani Farah, 2014)
Seperti yang diketahui bahwa masyarakat memilih
media massa untuk memperoleh informasi dan hiburan. Salah satunya televisi,
hampir setiap berita dari berbagai media menginformasikan tentang banyaknya
perilaku yang mengandung unsur agresi seperti, pembunuhan, cacian maki,
perampokan, dan banyak kasus lainnya. Perilaku tersebut banyak kita jumpai di
sekitar kita. Bahkan dalam tayangan televisi yang bertujuan menghibur. Misal dalam
sinetron, kartun, dan komedian. Tinjau Comstock dan Scharrer (Dalam Krahe,
2005) menjelaskan bahwa terdapat kandungan agresif dan kekerasan di televisi
serta saluran televisi berlangganan.
Persoalan yang terjadi
dalam hal ini, anak gampang terpengaruhi dan menirukan adegan yang disiarkan di
televisi. Menurut Komisi Penyiaran mencatat ada beberapa tayangan televisi anak
yang mengandung kekerasan baik secara fisik maupun verbal. Beberapa tayangan
yang tidak layak ditonton oleh anak dibawah umur yaitu Crayon Shincan, Tom &
Jerry, Naruto. Ada tayangan yang memberikan edukasi seperti Laptop Si Unyil.
Tayangan anak pada umumnya baik namun, masih memuat adegan kekerasan, mistis,
dan seks sehingga dipandang memerlukan pengawasan dari orang tua.
Ini bisa berdampak
serius untuk anak apabila orang tua tidak mengelola anak dalam melihat tayangan
di televisi. Kasusnya seperti anak yang berantem, berkata kotor, dan sering
menjahili teman sendiri. Terjadi di Pekanbaru, seorang anak meninggal akibat cedera
serius setelah bermain dengan temanya yang meniru adegan kekerasan di sinetron 7
Manusia Harimau yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi (Kusuma, 2015).
Media massa secara langsung
memberi dampak yang kuat pada khalayak yang secara khusus bersifat seragam dan
dimotivasi oleh faktor biologis. Lingkungan serta mempunyai sedikit kontrol,
pesan yang sederhana akan sangat jelas dan sederhana juga direspon, media masa
sangat aktif dan kuat sedangkan khalayak berada dipihak yang pasif (Nurudin, 2009).
Strategi yang harus dilakukan dalam mengatasi
permasalahan tersebut
Memisahkan anak dengan televisi
bukan hal yang mudah, televisi dapat mempengaruhi masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam
tumbuh kembang anak. Televisi dapat menjadi agen sosial yang dapat tercermin
dari cara berpikir, berbicara, berperilaku. Dalam mengatasi perilaku agresif
dapat dilakukan melalui berbagai cara. Orang tua atau orang dewasa dapat
mengawasi anak saat anak sedang menonton tayangan televisi dan membatasi anak menonton
tayangan televisi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi perilaku agresif dengan
menasehati secara lisan, bila cara menasehati dengan lisan tidak berhasil maka
menasehatinya dengan cara hukuman
DAFTAR
PUSTAKA
Farah, Arriani. (2014). Perilaku Agresif Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Usia Dini, Vol. 8 Edisi 2: hal. 272
Krahe,
Barbara. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Kusuma, D. (2015). Pak Aku Ingin Dekat Adek. Permintaan Korban sinetron 7 Manusia Harimau - Tribun Pekanbaru. Retrieved December 17, 2016 from
Nurudin.
(2009). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers
eyyy yooo
BalasHapus