Meminimalisir
Perilaku Agresif dengan Prinsip Pollyanna dan Psikodrama
Essay
Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial I
(Semester
Genap 2020/2021)
Shafadita
Putri Trisdianty (20310410042)
Fakultas
Psikologi Universitas 45 Yogyakarta
Dosen
Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A
Psikolog
sosial mendefinisikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan
untuk merugikan individu lain yang tidak ingin dirugikan (Baron &
Richardson, 1994). Keadaan remaja di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi remaja saat ini yang cenderung lebih
bebas dan jarang memperhatikan nilai moral yang terkandung dalam setiap
perbuatan yang mereka lakukan. Remaja mempunyai sifat yang cenderung lebih
agresif, emosi tidak stabil, dan tidak bisa menahan dorongan nafsu. Pada masa
pubertas atau masa menjelang dewasa, remaja mengalami banyak pengaruh-pengaruh
dari luar yang menyebabkan remaja terbawa pengaruh oleh lingkungan tersebut.
Hal tersebut mengakibatkan remaja yang tidak bisa menyesuaikan atau beradaptasi
dengan lingkungan yang selalu berubah-ubah akan melakukan perilaku yang
maladaptif, seperti contohnya perilaku agresif yang dapat merugikan orang lain
dan juga diri sendiri (Santrock, 2002).
Unsur
pengalaman hidup mempengaruhi terjadinya perilaku menyimpang melalui pengalaman
hidup yang tidak nyaman. Misalnya, momen sedih di masa remaja yang tidak
didukung secara memadai akan memprediksi perilaku marah dan menyimpang (Myers,
2000). Unsur-unsur keturunan dan pengalaman hidup adalah akar dari kepribadian
(Wood, 1998). Menurut Sofyan (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
agresif pada remaja meliputi : Kondisi pribadi remaja, Lingkungan keluarga,
Lingkungan masyarakat dan Lingkungan sekolah. Contoh dari perilaku agresif
remaja yaitu seperti memaki, tawuran, penganiayaan, penyiksaan dan pemerkosaan,
bahkan sampai menghilangkan nyawa (Sarwono & Meinarno, 2009).Cara-cara
dalam mengendalikan rasa marah dan perilaku agresi bisa dengan mengalihkan rasa
marah pada objek yang dipandang lebih aman dan tidak langsung mengekspresikan
impuls yang tidak diharapkan kepada sumber agresi, selanjutnya katarsis diri
berupa mengeluarkan emosi negatif berupa rasa amarah dan frustasi dengan berteriak
kencang, menangis, membanting barang, menulis diary, dan lainnya yang berkaitan
dengan meluapkan emosi (Rahman,2018:212).
Perilaku agresif dapat di minimalisir
dengan menerapkan prinsip pollyanna. Prinsip pollyanna menggambarkan
kecenderungan orang untuk setuju dengan pernyataan positif mengenai diri mereka.
Dia optimis dan tidak hanya melihat sesuatu yang baik untuk dirinya, tetapi
juga sesuatu yang baik untuk orang lain.
1.
Memandang Hidup secara Positif
Peran
pola berpikir sangat penting dalam menghadapi permasalahan atau peristiwa yang
tidak mengenakkan, individu bisa menjadi seorang yang optimis atau malah
menjadi pesimis. Menurut Albrecht (Susetyo, 1998) manifestasi perasaan dapat
diarahkan membentuk emosi yang positif dengan pemikiran positif.
2.
Menyampaikan Hal-hal yang Menyenangkan.
Jika
seseorang membuat kesal orang lain dengan perilaku kasar, tidak tahu cara
membawa dan memposisikan diri, atau ambruk hanya karena stress sedikit saja,
maka orang lain tidak akan betah bersamanya walau setinggi apapun IQ-nya. Arbadiati
(Sabiq & M. As’ad Djalali, 2012) berpendapat bahwa individu yang memiliki kecerdasan
emosi dan memiliki kemampuan dalam merasakan emosi, mengelola dan memanfaatkan
emosi secara cerdas dapat memudahlan dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk
sosial.
Selain menerapkan prinsip pollyanna,
kita juga bisa menggunakan teknik
psikodrama yang berorientasi tingkah laku,gestalt,
dan efektif membantu konseli agar mengalami kualitas emosional dari
suatu peristiwa. Para
anggota psikodrama mempraktikkan model peran tanpa latihan terlebih
dahulu dengan pemimpin kelompok sebagai sutradara, anggota kelompok lainnya
adalah aktor dengan protagonis. Subjek diajak untuk merefleksikan perilaku
agresif yang telah dilakukan dan
mengetahui dampak negatif perilaku agresif yang dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain. Subjek memainkan peran yang sesuai dengan keadaan dirinya, pemain
peran leluasa mengungkapkan segala yang ada dalam dirinya. Setelah
peran diberikan refleksi
dan masukan dari anggota yang
menyaksikan peran yang
dimainkan, sehingga menjadi gambaran tenang
keadaan dirinya.
Kita sebagai mahasiswa psikologi
harus bisa konsisten mengurangi rasa cemas dengan tidak mengkhawatirkan sesuatu
yang belum tentu terjadi, dan juga terus mengembangkan kecerdasan emosi yaitu
dengan meningkatkan kesadaran diri, memotivasi diri sendiri, dan mampu menjaga
hubungan sosial, serta menurunkan perilaku Kecenderungan perilaku agresivitas sehingga
tidak merugikan orang lain baik secara fisik maupun non fisik.
Referensi
:
Atmawati, D. (2011). Prinsip pollyanna
dalam wacana dakwah (Kajian pragmatik). Kajian
Lingusitik dan Sastra. 23(1), Juni, 55-65.
Pangastuti, Maya. 2014. PENGARUH PELATIHAN BERPIKIR POSITIF TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL PADA SISWA DAN SISWI
SEKOLAH MENENGAH ATAS. Jurnal Psikologi Integratif, 2(1). 42-52.
Salmiati, 2015. Perilaku agresif Dan penanganannya (Studi
Kasus Pada Siswa SMP Negri 8 Makassar). Jurnal Psikologi Pendidikan
& Konseling, 1(1)
Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W.
(2016). Maximizing the passive-aggressive employees’ performance. ASEAN
Seminar, Psychology Faculty, Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from: https://mpsi.umm.ac.id/files/file/647-651%20Arundati%20Shinta,%20Eny%20Rohyati,%20Wahyu%20Widiantoro,%20Dewi%20Handayani.pdf
Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado
Post. 4 Nov. Retrieved on June 27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/
Yanizon, A., Vina
Sesriani. 2019. PENYEBAB MUNCULNYA
PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA. Jurnal KOPASTA, 6(1), 23-36.
poatingan yang sangat bermafaat. terimakasih
BalasHapusSama-sama kak
Hapus