Perilaku Tolong-Menolong pada Situasi Pandemi
Covid-19
Widia
Fitriani (20310410020)
Mata Kuliah:
Psikologi Sosial I
Fakultas Psikologi
Universitas 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr.
Arundhati Shinta, M.A
Dunia sedang diguncang oleh
pandemi hebat bernama Covid-19 (Corona Virus Disease). Peningkatan dari hari
kehari jumlah pasien terinfeksi virus Covid-19 sudah sulit dikendalikan
diperlukannya suatu perencanaan yang jelas dan lugas dari pemerintah untuk
menangulangi permasalahan ini. Di saat situasi sulit seperti ini,
dokter dan tenaga medis dikatakan garda terdepan dalam pandemi ini. Namun,
sesungguhnya, kita, masyarakat-lah garda terdepan dalam menghadapi pandemi ini.
Dengan jumlah yang terbatas, dokter dan tenaga medis perlu kita tempatkan
sebagai garis pertahanan terakhir. Tugas masyarakat adalah untuk melakukan
seluruh upaya dalam mengurangi penyebaran virus COVID-19. Maka, diperlukan
kerjasama yang baik pada masyarakat dalam menghadapi pandemi ini. Virus COVID-19 yang sangat mudah berpindah
dari satu orang ke orang lain sehingga langkah tepat untuk mengantisipasi
eskalasi penyebaran virus ini adalah dengan gerakan #dirumahaja. Dengan tetap
berada di rumah, orang yang terkena virus COVID-19 tidak dapat menulari orang
lain dan di sisi lain orang lain juga terlindung dari virus COVID-19.
Di tengah suasana sendu dan cemas
karena pandemi Covid-19, banyak kisah menginspirasi yang menggetarkan
hati. Tak jarang aksi kebaikan yang dilakukan satu orang menular ke yang lain
dan menjadi gerakan bersama untuk saling menolong. Gotong royong dan tolong-menolong tak terpisahkan dari
perjalanan bangsa indonesia. Di timeline berbagai media sosial
(medsos), berseliweran cerita bagaimana donasi dikumpulkan untuk para tenaga
medis, ada juga yang berniat membantu ekonomi kalangan bawah yang terdampak,
apresiasi untuk para tukang ojek dan mereka yang tidak punya pilihan bekerja
dari rumah, bantuan untuk usaha-usaha kecil, dan masih banyak lagi. Mulai dari organisasi, para influencer dan
selebriti, hingga orang biasa, bahu membahu melakukan apa yang mereka bisa
untuk menolong yang membutuhkan. Para
selebriti misalnya, menghibur masyarakat agar betah #dirumahaja dengan manggung
online dan mengumpulkan donasi, ada juga para relawan yang bergerak menyalurkan
berbagai kebutuhan. Kemudian para
dokter yang menyediakan konsultasi kesehatan online gratis agar orang tidak
berdesakan di rumah sakit, tukang sayur yang menawarkan jasa antar pesanan,
hingga para pekerja lapangan yang melakukan penyemprotan disinfektan.
Selain itu, merebaknya tren
tindakan menolong yang terjadi di tengah pandemi virus COVID-19 ini juga dapat
dijelaskan melalui teori pembelajaran observasional oleh Albert Bandura.
Melalui teori ini, Bandura menegaskan bahwa proses pembelajaran manusia dapat
dilakukan dengan melalui observasi. Jika kita kaitkan dengan fenomena tren
tindakan prososial yang sedang terjadi, maka pemberitaan dan informasi yang
tersebar luas di media sosial mengenai orang yang melakukan tindakan prososial,
dapat mengajarkan dan membuat orang lain ikut melakukan tindakan prososial
seperti itu juga. Pada
akhirnya, pandemi virus COVID-19 ini merupakan perjuangan bersama, bukan hanya
perjuangan tenaga medis dan dokter saja. Dengan kita melakukan gerakan
#dirumahaja, tanpa kita sadari kita juga telah membantu mengurangi peningkatan
kasus positif virus COVID-19 ini.
Referensi:
Wahidah, Idah. Muhammad Andi Septiadi. M. Choerul
Adlie Rafqie. (2020). Pandemik
Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah dan Masyarakat dalam Berbagai Upaya
Pencegahan. Jurnal
Manajemen dan Organisasi (JMO).
Dirgantara, R. A. (2020, March
30). Regional. Retrieved from Liputan6:
https://www.liputan6.com/regional/read/4214287/ribuan-masker-gratis-dari-penjahit-rembang-demi-menangkal-covid-19
0 komentar:
Posting Komentar