AGRESIFITAS,
PERMASALAHAN YANG MERUPAKAN CARA KOMUNIKASI LAIN
Psikolog sosial mendefinisikan agresi
sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan individu lain
yang tidak ingin dirugikan (Baron & Richardson, 1994). Mac Neil dan Stewart
menjelaskan bahwa perilaku agresif adalah suatu perilaku atau suatu tindakan
yang diniatkan untuk mendominasi atau berperilaku secara destruktif, melalui
kekuatan verbal maupun kekuatan fisik, yang diarahkan kepada objek sasaran
perilaku agresif. Objek sasaran perilaku meliputi lingkungan fisik, orang lain
dan diri sendiri.
Selain bentuk-bentuk agresi yang nyata
seperti perkelahian, tawuran, melukai fisik, menyakiti perasaan, atau pun hanya
sekedar menuliskan kalimat-kalimat bernada sinis ada juga bentuk agresi yang
tidak ditampakkan yaitu disebut passive-aggressive. Pasif-agresif adalah
semacam mekanisme pertahanan diri, terutama ketika individu harus menghadapi figur
superior yaitu pemimpinnya, pasangannya, atau rekan kerjanya. Di angkatan
kerja, angka tersebut dianggap negative dan bermusuhan oleh karyawan
pasif-agresif. Namun, mereka berperilaku tidak tegas di depan pemimpin. Pada
awalnya mereka pasif (selalu setuju untuk menyelesaikan tugas), tetapi mereka
menolak secara agresif untuk melaksanakannya tugas ketika pemimpin pergi
(Gaines, 1996).
Di sisi lain, perilaku agresi tersebut
merupakan suatu bentuk respon jiwa dan pikiran dalam kita menghadapi sesuatu.
Sebuah teori besar yang mendasari pemikiran mengenai agresi, antara lain teori
instinct oleh Sigmund Frued, teori survival oleh Charles Darwin dan teori
social learning oleh Neil Miller dan John Dollard, yang kemudian dikembangkan
lagi oleh Albert Bandura. Teori Freud memandang perilaku agresif sebagai hal
yang intrinsik dan merupakan instinct yang melekat pada diri manusia.
Selanjutnya Darwin dengan teori survival-nya memandang bahwa secara historis,
perilaku agresif ini dianggap sebagai suatu tindakan manusia untuk kebutuhan
survival agar tetap dapat menjaga dan mengembangkan kemanusiawiannya ataupun
membangun dan mengembangkan komunitas.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut agar
menjadi sebuah bentuk komunikasi yang baik, maka diperlukan cara-cara yang
harus dijadikan prinsip. Yang pertama adalah dengan pengelolaan amarah. Cornell,
Peterson, & Richards (1999) menyatakan bahwa amarah merupakan faktor
predisposisi dari perilaku agresif dan amarah itu paralel dengan dorongan
agresi (Berkowitz, 2003), sehingga inter‐vensi terhadap amarah perlu dilakukan
sebagai sarana mengurangi perilaku agresif seseorang. Program yang dinilai
efektif untuk mengurangi agresivitas, baik sebagai pencegahan maupun
penanganan, adalah yang menggunakan pendekatan kognitif‐ perilakuan (Goldstein
& Glick, 1994; Kellner & Tutin, 1995; Kellner & Bry, 1999;
Whitfield, 1999; Deffenbacher, Oetting, & DiGiuseppe, 2002; Knorth et al.,
2007; Blake & Hamrin, 2007) karena tidak hanya fokus pada aspek kognitif
saja, namun juga memperhitungkan fungsi individu pada aspek afektif dan
perilaku. Perubahan pada salah satu aspek akan diikuti oleh peru‐ bahan pada
aspek yang lainnya (Martin & Sandra, 2005), yang seringkali disebut sebagai
penanganan multikomponen atau multimodal (Sukholdosky et al., dalam Blake &
Hamrin, 2007).
Penanganan kedua adalah dengan menerapkan
prinsip Pollyana. Matlin dan Stang (1978) memberikan bukti bahwa orang lebih
senang dengan rangsangan positif dan menghindari rangsangan negatif; orang
memerlukan waktu lebih lama untuk mengenali apa yang tidak
menyenangkan/mengancam daripada apa yang menyenangkan dan aman. Menurut prinsip
pollyanna otak memproses informasi yang menyenangkan dengan cara lebih cepat
dan tepat daripada informasi yang tidak menyenangkan.
Daftar Pustaka:
Atmawati, D. (2011). Prinsip pollyanna dalam wacana dakwah (Kajian
pragmatik). Kajian Lingusitik dan Sastra.
23(1), Juni, 55-65.
Laela Siddiqah (2010). Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja
Melalui Pengelolaan Amarah (Anger Management). JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 37, NO. 1, JUNI 2010: 50 – 64
Shinta, A., Rohyati, E., Handayani, D. & Widiantoro, W. (2016). Maximizing the
passive-aggressive employees’ performance. ASEAN Seminar, Psychology Faculty,
Muhammadiyah University in Malang, February. Retrieved on June 27, 2021 from:
Siby, P.S. (2020). Perilaku agresif. Manado Post. 4 Nov. Retrieved on June
27, 2021 from: https://manadopost.jawapos.com/opini/04/11/2020/perilaku-agresif/
0 komentar:
Posting Komentar