Analisis
Fenomena Remaja dan Pornografi dengan Teori Reaktansi Jack Bhrem
Oleh :
Shafadita Putri
Trisdianty ( 20310410042 )
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA.
Teori
reaktansi psikologis milik Jack Bhrem ini secara luas menjelaskan bagaimana
seseorang akan merespon ketika kebebasannya terancam atau hilang. Reaktansi
didefinisikan sebagai “keadaan yang memotivasi (seseorang) pada pemosisian
kembali ketika terancam atau kebebasan(nya) direnggut” (Brehm, 1966). Secara
sederhana, teori ini juga sering disebut dengan reserve psychology, dimana larangan yang diberikan malah membuat
individu atau kelompok jadi semakin penasaran dan melakukan hal-hal yang tidak
diinginkan. Dalam kasus pornografi, atau khususnya pada orangtua yang
mewanti-wanti anaknya untuk tidak menonton film porno, ada kebebasan yang
‘terenggut’ dari individu tersebut, yang kemudian didukung dengan akses
informasi di zaman sekarang; menjadikannya melakukan aksi ‘melanggar’ ini
secara sembunyi-sembunyi secara sendiri atau bersama teman-temannya. Hal ini
bisa dianalogikan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sukoco dan Prasetya (2013) mengenai sikap dan
niat membeli musik bajakan. Seperti halnya pornografi, pembelian musik bajakan
dapat dijelaskan dengan teori reaktansi yang sama—disaat kondisi pasar
dipersepsikan membatasi keinginan mereka untuk menggunakan produk yang orijinal.
‘Pembatasan’ atau ‘larangan’ baik secara tertulis maupun tidak yang menjadi
kunci dari mengapa hal ini membuat seseorang memiliki dorongan dari dalam
dirinya untuk melakukan kegiatan yang harusnya tidak dilakukan tersebut.
Perilaku
menonton porno dicegah karena menurut beberapa penelitian yang sudah dilakukan
akan menyebabkan ketagihan juga mempengaruhi kesehatan mental, dalam konteks
bisa mendorong individu untuk semakin penasaran dan berfantasi di tempat umum
setelah melihat fisik seseorang. Masalah mulai muncul ketika hal itu
direalisasikan menjadi pelecehan seksual, yang kerapkali kita temukan kasusnya
diantara remaja. (Donald, dkk (2004) dalam Mulya et. al (2012)) Menurut Imawati
dan Sari (2018) juga, kecanduan pornografi pada remaja memberikan sumbangan
besar untuk menghancurkan masa depan mereka.
Lalu
bagaimana caranya untuk meminimalisir efek reaktansi psikologis ini? Jack Brehm
(1972) secara lebih lanjut menjelaskan bahwa hambatan yang ada akan
meningkatkan daya tarik dan motivasi dalam pengkonsumsian sebuah ‘produk’,
namun sebatas pada titik di mana hambatan tersebut tidak dapat diatasi. Maka
alih-alih mencari batas dari larangan atau pembatasan tersebut, sebagai
mahassiwa psikologi saya menyarankan agar sebaiknya hal ini mulai dialihkan
menjadi hal-hal yang berbau positif. Perlu dilakukan edukasi sejak dini yang
bisa menjelaskan akan mengapa menonton porno tidak boleh dilakukan dan lebih
mendorong remaja untuk mengalihkan energi yang dimiliki pada kegiatan lain.
Salah satu kegiatan yang efeknya sama saja seperti menonton porno (dalam artian
mendapatkan dopamine) adalah menonton konser musik atau berolahraga. Masih
banyak cara yang dapat dilakukan untuk tidak terlibat atau terjebak dalam
lingkaran kecanduan pornografi ini.
Sebagai
seorang mahasiswi psikologi, keseharian saya berhadapan dengan pengkajian bahwa
manusia berasal dari jiwanya, yang artinya kita mengorek isi dari jiwa manusia
yang tentunya tiap orang berbeda-beda. Baik itu bentuk emosi, kepribadian,
sosial, mental, dan sebagainya. Hal ini dapat membantu dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam berhadapan dengan orang lain. Jika saya menemukan
remaja tetangga yang melakukan aksi menonton pornografi, hal yang akan saya
lakukan adalah mencoba bicara dari hati ke hati dengan yang bersangkutan bahwa
perilaku yang dilakukannya adalah hal yang tidak bijaksana. Sebagaimana ilmu
psikologi sudah membantu saya, maka pengetahuan yang saya dapatkan akan saya
gunakan untuk membantu orang lain juga. Hal ini akan membuat saya terdorong
untuk terus bertukar pendapat dengan orang lain, terutama dalam kasus ini
adalah yang melakukan perilaku menonton pornografi, dan pelan-pelan mencoba
memberikan pengertian bahwa hal tersebut sebenarnya tidak baik, dan waktu dan
tenaga remaja tersebut bisa dialihkan dengan kegiatan lain yang lebih
bermanfaat. Saya akan merasa bertanggung jawab untuk secara aktif dan progresif
membantu mengarahkan remaja tersebut untuk melakukan hal-hal yang lebih positif
dan membagi ilmu yang saya miliki, sebagai calon praktisi di bidang psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Brehm,
Jack W. (1966). A Theory of Psychological Reactance. New York: Academic Press.
Brehm,
Jack W. (1972). Responses to Loss of Freedom: A Theory of Psychological
Reactance. Morristown, NJ: General Learning Press.
Sukoco,
Badri Munir, Prasetya, Aditya Yuli. (2013). Pengaruh Harga, Ketersediaan, dan
Lingkungan Sosial pada Sikap dan Niat Membeli Musik Bajakan. Manajemen Usahawan Indonesia, 42(4),
285-299.
Mulya,
Haryani R., Mudjiran, Yarmis, Syukur. (2012). DAMPAK PORNOGRAFI TERHADAP
PERILAKU SISWA DAN UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENGATASINYA. KONSELOR : Jurnal Ilmiah Konseling, 1(1),
1-8.
Imawati,
Diana, Sari, Meyritha T. (2018). STUDI KASUS KECANDUAN PORNOGRAFI PADA REMAJA. Motiva : Jurnal Psikolog, 1(2), 56-62.
0 komentar:
Posting Komentar