Rabu, 12 Oktober 2022

FIght / Flight

Essay  Pengganti Kuliah Psikologi Inovasi

(Semester Ganjil 2022/2023)

 

Kanza Gatand Viesyszico (20310410046)

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta 



    Dalam kehidupan kita sehari hari seringkali mengalami kegagalan yang membuat kita sedih. namun ketika kegagalan itu datang, kita mendapatkan dua pilihan yang sangat berat. yaitu pilihan untuk Fight (Melawan) atau pilihan Flight (Melarikan Diri).

    Saya pernah mengalami beberapa kegagalan, seperti halnya saya pernah gagal dalam menerbitkan sebuah buku pada penerbit Mayor yang membuat saya sedih. Namun saya menyadari bahwa kesedihan ketika kita mengalami kegagalan itu tidak seharusnya kita biarkan. Saya menyadari ada dua pilihan pada diri saya saat itu yaitu untuk bangkit melawan atau hanya terpuruk dalam kesedihan tersebut.

    Sekitar tahun 2019 sampai awal tahun 2020, dunia literasi sempat heboh oleh buku karya Mark Manson dengan judul “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, Pendekatan yang Waras demi Menjalani Hidup yang Baik”. Buku ini merupakan buku terlaris versi New York Times dan Globe and Mail dan menjadi bestselling juga di Gramedia. Buku ini menjadi topik hangat dikalangan peminat literasi terutama kaum milenial yang menganggap sangat mencerminkan diri mereka lewat narasi yang dibawakan.

    Kegagalan adalah konsep yang relatif. Menghindari kegagalan adalah sesuatu yang dipelajari dalam kehidupan kita. Pada titik tertentu, sebagian besar dari kita berhasil meraih suatu posisi yang mengondisikan kita untuk takut gagal, untuk menghindari kegagalan secara naluriah, dan hanya terpaku pada apa yang ada di depan kita atau hanya pada bidang yang sudah kita kuasai.

    Ini membatasi dan menghambat manusia. Kita hanya bisa benar-benar sukses jika ada suatu bidang yang memungkinkan kita untuk rela gagal. Jika kita tidak bersedia untuk gagal, kita pun tidak bersedia untuk sukses.

    Mungkin sekarang ini, banyak yang sedang menghadapi tantangan yang paling signifikan dalam hidup dan limbung karena semua hal yang sebelumnya dipikirkan benar dan normal serta baik telah berubah menjadi sebaliknya. 

    Banyak orang, ketika merasakan suatu bentuk rasa sakit atau amarah atau kesedihan, mengabaikan semuanya dan mulai merasakan kebal atas semua perasaan yang menghinggapi. Sasaran mereka adalah untuk secepat mungkin “merasa baik” kembali, bahkan jika itu berarti mengubah atau menipu diri sendiri. Belajarlah untuk menahan rasa sakit yang telah dipilih. Ketika memilih sebuah nilai baru, sama saja memilih untuk memasukkan bentuk rasa sakit baru ke dalam hidup. Rasakan. Nikmati. Terima dengan tangan terbuka. Kemudian, lakukanlah.

    Ketika kurang motivasi untuk membuat suatu perubahan dalam hidup, lakukan sesuatu—apapun itu, sungguh—kemudian manfaatkan reaksi dari aksi tersebut sebagai cara untuk mulai memotivasi diri sendiri.

    Jika mengikuti prinsip “lakukan sesuatu”, kegagalan terasa tidak penting. Ketika standar kesuksesan hanya “melakukan sesuatu”—ketika setiap hasil dianggap sebagai sebuah kemajuan dan penting, inspirasi dilihat sebagai imbalan ketimbang suatu prasyarat—mendorong kita lebih maju. Kita merasa bebas untuk gagal, dan kegagalan itulah yang menggerakkan kita ke depan.

    Prinsip “lakukan sesuatu” bukan hanya membantu kita saat kita tergoda untuk menunda suatu pekerjaan, namun ini juga menjadi bagian dari proses mengadopsi nilai-nilai baru. “Sesuatu” itu bisa saja berupa tindakan yang paling kecil di antara yang lainnya. Ini bisa apa saja.


0 komentar:

Posting Komentar