ESAI UAS
JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI
INOVASI, JULI 2024
“Coping Stress Sebagai Hasil Dari Persepsi
Mahasiswa Dalam Penyelesaian Tugas Inovatif”
Dosen Pengampu: Dr., Dra.
Arundati Shinta MA
Oleh:
Nama: Dian Fadjarini
NIM: 21310410011
Kelas: Psikologi SJ
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
45 Yogyakarta
Persepsi merupakan tahap pertama dalam penerimaan informasi,
sehingga menjadi dasar bagaimana seseorang bisa merespon lingkungannya. Persepsi
juga merupakan proses kognisi dasar, kognisi tersebut perlu dikelola untuk
merespon lingkungan (Mira & Real,
2005).
Adapun skema persepsi menurut Paul A. Bell:
Persepsi individu dimulai dari adanya objek
sebagai stimulus. Setelah individu menerima stimulus tersebut maka terbentuklah
persepsi. Ada dua jenis persepsi yaitu dalam ambang batas dan diluar batas
optimal. Apabila individu merasa bahwa persepsi tersebut masih dalam ambang
batas maka akan terbentuk sikap homeostatis dimana individu berusaha
menyeimbangkan diri serta beradaptasi dengan lingkungan. Namun apabila dirasa
persepsi tersebut diluar batas optimal, maka akan menimbulkan stress pada
individu. Stress juga akan berkelanjutan menciptakan coping atau strategi. Ada
dua kemungkinan yang akan Nampak, yaitu 1. adaptasi beserta efek lanjutannya
atau 2. Stress berkelanjutan beserta seluruh efek lanjutannya.
Individu dalam menampilkan persepsi mempengaruhi sikapnya untuk mengambil
sikap kreatif atau tidak kreatif. Menurut
Edward De Bono, berpikir kreatif merupakan upaya proses kognitif yang ditandai
dengan cara mencari solusi pemecahan yang tepat terhadap suatu masalah yang
sangat urgent (penting dan mendesak) dalam kehidupan seseorang. Sikap kreatif dan inovatif dapat menolong seseorang untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki. kemampuan manusia untuk mengatasi segala kelemahannya merupakan
perwujudan dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization)
sesuai dengan pendapat Abraham Maslow (Hall, Lindzay & Campbell, 1998).
Dalam hal ini, mengaktualisasikan diri berarti memberdayakan seluruh potensi,
bakat, intelektual, kreativitas dan minat. Dalam efikasi diri kreatif milik
Bandura (1997), berarti bahwa keyakinan individu atas kemampuannya untuk
mengerahkan motivasi, sumberdaya kognitif, tindakan, agar bisa memenuhi
tuntutan pada situasi tertentu untuk memproduksi sesuatu yang kreatif atau
melakukan tugas dalam proses inovasi (Hsu et al., 2011; Slåtten, 2014; Tierney
& Farmer, 2002). Sejalan dengan itu, menurut Tierney dan Farmer (2002)
efikasi diri kreatif merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk
memproduksi hasil yang kreatif, baru, dan berguna.
Persepsi merupakan dasar terbentuknya perilaku. Apabila skema Paul A.
Bell dikaitkan dengan cara mahasiwa merespon tugas inovatif terhadap sampah,
maka akan ada dua jenis mahasiswa yaitu:
a.
Mahasiswa yang cenderung
melakukan atau menyelesaikan tugas tersebut alakadarnya hanya untuk memenuhi
kewajiban sebagai mahasiswa. Tugas yang diberikan adalah sebagai objek yang
menimbulkan persepsi. Mungkin saja persepsi tersebut diluar batas optimal lalu
menimbulkan stress pada mahasiswa. Stress ini diikuti oleh coping yang negatif misalnya
mahasiswa merasa tugas tersebut sangat sulit dan akhirnya mahasiswa hanya
melakukan tugas alakadarnya.
b.
Mahasiswa yang mampu tampil out
of the box dalam penyelesaian tugas. Respon yang berbeda ini dipengaruhi
oleh tingkat kreatifitas serta niat mahasiswa. Pikiran ini dapat berawal dari
persepsi yang menimbulkan stress,namun mahasiswa mampu memilih respon positif
sehingga memiliki strategi coping yang bagus. Strategi coping yang bagus ini
menimbulkan efek berkelanjutan misalnya, dalam kondisi stress terhadap tugas mahasiswa
mampu beradaptasi dengan tugas yang ada, lalu mahasiswa memikirkan ide-ide
kreatif untuk penyelesaian masalah, setelah itu mahasiswa memilih cara paling
tepat dari pemikiran-pemikiranya, selanjutnya cara itu ia realisasikan dalam
pembuatan karya inovatif dalam pemanfaatan sampah. Efek yang paling jelas
adalah tentu nilainya akan bagus dan optimal. Dengan kata lain, persepsi yang
membentuk perilaku positif apabila diikuti strategi coping yang positif ketika
menghadapi stress.
Jika dihubungkan dengan film Macgyver, ada perilaku yang mendukung inovasi-inovasi
dalam film MacGyver sehingga tokoh
utama mampu menyelesaikan
kesulitan-kesulitan yang menghadangnya. Tokoh
tersebut dalam keadaan terdesak saat menjadi tawanan namun memiliki sikap yang
tidak mudah menyerah sehingga menimbulkan keyakinan untuk keluar dari penjara.
Keyakinan ini mendorong pemikiran homeostatis yaitu untuk bertahan dalam
kondisi tersebut dan sembari memanfaatkan apa yang ada diruangan. Tokoh dalam
MacGyver mampu membuat tepung untuk bhn peledak,
memperbaiki keyboard pengatur waktu peledakan bom dengan kawat, memecahkan
lampu untuk membuka pintu, menciptakan mesin mobil dan mempersenjatai untuk
lolos dari penjara. Semua itu adalah hasil dari perilaku kreatif, dan hal
inilah mendukung adanya inovasi. Dengan memanfaatkan segala yang ada disekitar
atau yang dilihatnya menjadi barang-barang yang berguna. Perilaku kreatif
inovatif ini akhirnya mampu membuat tokoh tersebut keluar dari permasalahannya
dan berhasil melarikan diri.
Dariyo,
Agus. 2003. Menjadi Orang Kreatif Sepanjang Masa. Jurnal Psikologi,
1(1), 29-37. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-4949-kreatifseumurhidup.pdf
Sari, Erita Yuliasesti
Diah. 2020. Paradigma Baru Psikologi Lingkungan. Yogyakarta: UAD Press.
Firdausiah,
Salsabiah., & Etikariena, Arum. 2021. Perilaku Kerja Inovatif dan Efikasi
Diri Kreatif pada Mahasiswa. Jurnal Psikologika, 26(1), 57-84.
Link
Film MacGyver :
https://www.youtube.com/watch?si=LlRTP0ut878_FY1C&v=uZ0dXZOfekA&feature=youtu.be&themeRefresh=1
0 komentar:
Posting Komentar