Sabtu, 13 Juli 2024

UAS PSIKOLOGI INOVASI - Yousin Gunawan Putra - 21310410197

 PSIKOLOGI INOVASI

ESSAI 8 UJIAN AKHIR SEMESTER - JULI 2024

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A. 


Disusun Oleh

Yousin Gunawan Putra

21310410197

 

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

2024


1. Jelaskan perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif pada dua jenis mahasiswa tersebut dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Patimah et al., 2024; Sarwono, 1995).

Pada era modern, sebagai mahasiswa sebaiknya melek digital. Banyak hal yang bisa dilakukan dengan digital di era modern ini. Setiap mahasiswa memiliki media social merupakan suatu bentuk pemahaman penerimaan teknologi baru untuk digunakan dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Media social memberikan kita banyak kemudahan dalam mengakses dan melakukan sesuatu hal dalam perkembangan. Seperti misalnya enterpreunership dikalangan mahasisa saat ini sudah sangat banyak dan beragam tergantung dengan potensi dan ketertarikan masing-masing. Setiap mahasiswa memiliki pikiran kritisnya untuk menumbuhkan kreativitas dan inovasi sehingga mampu bersaing di era digital. Namun pada sebagian mahasiswa lain mereka kesulitan atau tidak terbiasa untuk berpikir kreatif dan berperilaku inovatif. Pada sebagian kecil mahasiswa lainnya, mereka justru mampu meciptakan produk-produk yang menarik dan tidak terduga. Mereka mengerjakan tugas tersebut dengan ketelitian tingkat tinggi, sehingga hasilnya sangat rapi. Pada mahasiswa terdapat perbedaan antara cara berpikir kreatif dan berperilaku inovatif. Perbedaan tersebut disebabkan karena persepsi mahasiswa yang berbeda. Persepsi merupakan salah satu faktor psikologis yang memiliki peran dalam pembentukan perilaku seseorang, adanya sebuah persepsi kita terhadap suatu objek, peristiwa dan benda, maka akan timbulah tindakan yang akan diambil oleh seseorang yang mempersepsikannya. Persepsi merupakan suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka (Robbin, 2003). Selain itu yang persepsi merupakan proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis (Gibson, et.al., 1994)

Dalam teori persepsi Paul A. Bell., et.al. persepsi mengacu pada proses dimana seseorang menerima, mengatur, dan menafsirkan informasi dari lingkungan. Skema ini menunjukkan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat mempunyai dampak yang bertahan lama. Ketika seseorang merasa ada sesuatu yang berada dalam rentang optimal, maka ia berada dalam keadaan seimbang. Sebaliknya jika persepsi tersebut tidak diterima dan melampaui batas kemampuan seseorang maka  dapat terjadi stres dan depresi. Selain itu, stres ini diikuti dengan perilaku coping atau proaktif. Jika berhasil,  terjadi penyesuaian efek positif. Namun jika dibiarkan, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bahkan meningkatkan stres. Jika skema ini dikaitkan dengan perilaku tidak peduli terhadap sampah yang dihasilkannya, maka sampah yang dihasilkannya merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan rangsangan lingkungan, perhatian, penilaian, sikap, dan akhirnya perilaku tersebut dapat dijelaskan .


 

Skema Paul A. Bell., et.al. (dalam Sarwono, 1992)

Dalam skema terlihat bahwa tahap paling awal dari hubungan manusia denganlingkungannya adalah kontak fisik antara individu obyek-obyek di lingkungannya. Obyek tampil dengan kemanfaatannya masing-masing,sedangkan individu tampil dengan sifat-sifat individunya, pengalaman masa lalunya, bakat,minat, sikap dan berbagai ciri kepribadiannya masing-masing. Individual sebagai faktor internal dapat ditunjukan dengan adanya minat, respon dan harapan dari individu tersebut. Hasil interaksi individu dengan obyek menghasilkan persepsi, persepsi individu tentangobyek itu. Jika persepsi itu dalam batas-batas optimal, maka individu dikatakan dalamkeadaan homeostatis, yaitu keadaan serba seimbang, keadaan ini sering dipertahankan olehindividu karena menimbulkan perasaan perasaan yang menyenangkan, tidak merasa tertekan(stress). Sebaliknya, jika obyek dipersepsikan sebagai diluar optimal, diluar kemampuanindividu, misal terlalu besar, terlalu kuat, kurang keras, kurang dingin, terlalu aneh dansebagainya, maka individu tersebut akan mengalami stres dalam dirinya, perasaannya tidak enak, tidak nyaman, tekanan energi dalam dirinya meningkat sehingga orang perlumelakukan coping untuk menyesusikan dirinya atau menyesuaikan lingkungan pada kondisidirinya, penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya didebut sebagai adaptasi, sedangkan penyesuaian lingkungan terhadap individu disebut adjustment. Bila individu tidak dapat menyesuaikan dirinya maka stres akan tetap berlanjut. Sehingga mahasiswa yang berpikir kreatif dan berperilaku inovatif berbeda pada titik fokusnya masing-masing. Fokus utama dari mahasiswa berpikir kreatif yaitu pada proses kreatif dalam memproduksi ide. Sementara, mahasiswa yang memiliki perilaku inovasi mempunyai fokus sendiri dalam menciptakan sesuatu yang baru.

2. Jelaskan perilaku apa saja yang mendukung inovasi-inovasi sehingga tokoh utama tersebut mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang menghadangnya.

MacGyver adalah seorang agen rahasia yang menjalankan misi yang diselesaikan tanpa kekerasan tapi melalui kreativitasnya. Richard yang memerankan MacGyver menjadi panutan. Terutama pada sisi kecerdasannya yang mampu menciptakan bom dengan permen karet dan sedikit cairan pembersih lantai atau dengan pisau Swiss Army yang bisa membuka 50 pintu lapis baja. Ia merupakan tituler yang memecahkan masalah menggunakan kecerdasan. Sebagai agen, ia juga kerap memakai pisau Swiss Army sebagai senjatanya. Serial itu dibuat oleh Lee David Zlotoff, berjalan dari 1985 hingga 1992 selama 139 episode. Dari perilaku Richard tersebut terlihat bahwa inovasi yang di lakukannya untuk memecahkan masalah bisa berhasil dan dipakai.

 

Daftar Pustaka

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia.



0 komentar:

Posting Komentar