Minggu, 14 Juli 2024

UAS PSIKOLOGI INOVASI - RIZKY PRATAMA (21310410205)

 UJIAN AKHIR SEMESTER - JULI 2024

PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA


RIZKY PRATAMA

21310410205
SJ

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta


Perbedaan Cara Berpikir Kreatif dan Perilaku Inovatif Mahasiswa: Perspektif Skema Persepsi Paul A. Bell

Dalam bidang Psikologi Inovasi, salah satu tugas yang sering diberikan kepada mahasiswa adalah menciptakan karya dari bahan sampah dan kemudian mempromosikannya di media sosial. Tugas ini, selain menguji kemampuan berpikir kreatif dan berperilaku inovatif, juga merupakan cikal bakal dari entrepreneurship. Namun, sering kali hasil dari tugas ini hanya sekadar memenuhi kewajiban, dengan upaya yang seadanya dari sebagian besar mahasiswa. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang mampu menghasilkan produk yang menarik dan tidak terduga dengan ketelitian tingkat tinggi. Untuk memahami perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif pada dua kelompok mahasiswa ini, kita bisa menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell dan rekan-rekannya.

 

Skema Persepsi: Dasar Pembentukan Perilaku

Paul A. Bell dan rekan-rekannya mengembangkan sebuah skema yang menjelaskan bagaimana persepsi terbentuk dan bagaimana persepsi ini mempengaruhi perilaku seseorang. Persepsi adalah proses kognitif yang melibatkan beberapa tahap: penerimaan informasi, pemrosesan informasi, interpretasi, dan respon. Setiap tahap ini menentukan bagaimana seseorang akan bertindak terhadap informasi yang diterimanya.

 

Mahasiswa yang Menganggap Tugas sebagai Formalitas

Pada kelompok ini, mereka cenderung menerima informasi tugas dengan sikap yang pasif. Mereka melihat tugas ini hanya sebagai kewajiban akademis yang harus diselesaikan untuk mendapatkan nilai. Ketika menerima informasi tentang tugas, mereka memprosesnya hanya cukup untuk memahami apa yang diperlukan.

Interpretasi mereka terhadap tugas ini adalah sebagai beban tambahan yang tidak penting. Mereka mungkin merasa bahwa tugas ini tidak relevan dengan masalah kehidupan mereka. Akibatnya, respon mereka adalah menyelesaikan tugas dengan upaya minimal. Mereka memilih ide-ide yang paling mudah dan tidak memerlukan banyak usaha, menghasilkan karya yang seadanya dan kurang inovatif.

 

Mahasiswa yang Mengerjakan Tugas dengan Teliti dan Kreatif

Berbeda dengan kelompok pertama, mahasiswa yang kedua menerima informasi tugas dengan antusiasme dan rasa ingin tahu. Mereka melihat tugas ini sebagai tantangan dan kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas serta keterampilan inovatif mereka.

Proses penerimaan informasi dilakukan dengan sikap terbuka, di mana mereka berusaha mencari berbagai cara untuk membuat karya yang unik dan menarik.

Interpretasi mereka terhadap tugas ini adalah sebagai peluang untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Respon yang diberikan adalah melakukan tugas dengan teliti, memperhatikan setiap detail dan menginvestasikan waktu serta usaha untuk berpikir out-of-the-box. Hasilnya, mereka mampu menghasilkan produk yang menarik dan tidak terduga.


Perilaku Inovatif dalam Film MacGyver 

“MacGyver” serial televisi terkenal tahun 1980-an yang dibintangi oleh Richard Dean Anderson, tetap dikenang karena menonjolkan pentingnya berpikir kreatif dan perilaku inovatif. Keberhasilan MacGyver dalam mengatasi berbagai kesulitan dapat dianalisis melalui perilaku inovatif yang ia tunjukkan.

Berpikir Kreatif adalah salah satu ciri khas utama MacGyver. Dia mampu menggunakan benda-benda sehari-hari dengan cara yang tidak konvensional untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, dia dapat memanfaatkan penjepit kertas sebagai alat pengunci atau mengubah tabung pasta gigi menjadi alat penyelamat. Kemampuan ini menunjukkan betapa pentingnya imajinasi dalam menemukan solusi inovatif.

Kemampuan Analisis dan Pemecahan Masalah sangat menonjol dalam karakter MacGyver. Dia mampu dengan cepat menilai situasi, mengidentifikasi masalah, dan merancang solusi yang efektif. Bahkan dalam situasi penuh tekanan, MacGyver tetap tenang dan menggunakan logika untuk menemukan jalan keluar, menunjukkan pentingnya analisis sistematis dalam pemecahan masalah.

Pengetahuan Luas adalah kunci lain dari keberhasilan MacGyver. Dengan pengetahuan mendalam dalam berbagai disiplin ilmu seperti kimia, fisika, dan teknik, dia dapat menerapkan prinsip-prinsip ilmiah untuk menciptakan alat-alat improvisasi.

Adaptabilitas dan Fleksibilitas, MacGyver mampu berimprovisasi dan menyesuaikan rencananya berdasarkan kondisi yang ada. Fleksibilitas ini memastikan dia selalu memiliki rencana cadangan dan mampu menghadapi situasi yang berubah-ubah dengan efektif.

Ketahanan dan Determinasi merupakan faktor kunci yang mendukung perilaku inovatifnya. MacGyver tidak mudah menyerah, bahkan ketika menghadapi situasi yang tampaknya mustahil. Kegigihan ini mendorong dia untuk terus mencari solusi hingga masalah terpecahkan.

Kolaborasi dan Komunikasi Efektif juga menjadi kunci keberhasilan dalam misi yang lebih kompleks. Meskipun sering bekerja sendiri, MacGyver mampu berkomunikasi dengan jelas dan efektif serta bekerja sama dengan orang lain ketika diperlukan.

Kesadaran Lingkungan dan Sumber Daya membuat MacGyver memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya dengan cara yang paling efisien. Kemampuan untuk melihat potensi dalam benda-benda sehari-hari dan memanfaatkannya dengan maksimal adalah salah satu keterampilan inti yang mendukung inovasi.

 

Daftar Pustaka

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI



0 komentar:

Posting Komentar