Minggu, 14 Juli 2024

 

UJIAN AKHIR SEMESTER

PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu: Dr.,Dra Arundati Shinta MA

 

                                                                                         


 

 

 

Oleh

 

Siti Nurma Ria Ulfa

21310410174

 

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 2024

 

1.     Pada  era  saat  ini, dimana  mahasiswa diharapkan  untuk  mampu  berkompetisi  dengan  siapapun,  kapanpun  dan  dimanapun.  Untuk  itu,  berpikir  kreatif  dan  inovatif  menjadi  suatu  keharusan,  karena   hanya   dengan   berpikir   kreatif   dan   inovatif   kita   akan   tetap   exist   dan   survive, terutama     dalam     menghadapi     tantangan     global.  Pengembangan  berbagai  solusi  atas  permasalahan     yang     muncul     merupakan     sumber penting untuk membangun keunggulan kompetitif.  Ini  artinya,  kreatif  dan  inovatif  merupakan  bagian  penting  dalam  melahirkan  dan menciptakan nilai tambah dan keunggulan (thinking  new  thing  and  doing  new  thing  or  create  the  new  and  different)  (Suryana,  2010:  190-191).2.    Sosok    Entrepreneura. Konsep Entrepreneur Kata entrepreneur   (Wijatno,   2009: 2) berasal dari bahasa Prancis, entre berarti antara, dan pendre  berarti  mengambil.  Kata  ini  pada  dasarnya  untuk  menggambarkan  orang-orang  yang  berani  mengambil  resiko  dan  memulai  sesuatu yang baru. Entrepreneur dalam bahasa kita  bisa  dikatakan  sebagai  wirausaha. Secara  etimologi,  wirausaha  berasal  dari  bahasa  Sanksekerta,  yaitu  wira  dan  usaha. Wira berarti manusia unggul, teladan, berbudi luhur,  berjiwa  besar,  berani,  pahlawan  atau  pendekar  kemajuan,  dan  memiliki  keagungan  watak.  Usaha  berarti  upaya  yang  dilakukan  untuk mendapatkan manfaat atau keuntungan.

 

Paul A. Bell memperkenalkan skema persepsi untuk menjelaskan perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif. Dalam konteks mahasiswa, ini dapat diuraikan sebagai berikut:

 

Cara Berpikir Kreatif:

   Definisi: Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan orisinal. Ini melibatkan proses mental yang fleksibel dan imajinatif.  Proses ini biasanya melibatkan brainstorming, eksplorasi ide tanpa batasan, dan mencari berbagai kemungkinan solusi untuk satu masalah.  Fokus: Lebih berfokus pada ide dan konsep. Tujuannya adalah menghasilkan ide yang unik dan berbeda dari yang sudah ada. Skema Persepsi Menurut Paul A. Bell, skema persepsi untuk berpikir kreatif melibatkan cara pandang yang terbuka dan tidak terikat oleh norma atau konvensi yang ada. Mahasiswa yang berpikir kreatif cenderung memandang situasi dari berbagai sudut pandang dan tidak takut untuk mengusulkan ide-ide yang mungkin terlihat tidak biasa atau kontroversial.

 

                                                     

 

Perilaku Inovatif:

   Definisi: Perilaku inovatif adalah tindakan mengimplementasikan ide-ide baru menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ini melibatkan proses eksekusi dari ide kreatif menjadi produk, layanan, atau metode yang bisa digunakan.Proses ini melibatkan perencanaan, pengujian, evaluasi, dan penyesuaian. Ini memerlukan keterampilan manajemen proyek, kolaborasi, dan seringkali melibatkan pemecahan masalah praktis dan berfokus pada aplikasi praktis, implementasi. Tujuannya adalah menciptakan nilai tambah melalui penerapan ide-ide kreatif. Skema Persepsi : Skema persepsi untuk perilaku inovatif, menurut Bell, mencakup cara pandang yang lebih pragmatis dan terfokus pada hasil. Mahasiswa yang berperilaku inovatif cenderung berpikir tentang bagaimana ide-ide tersebut dapat diwujudkan dan diimplementasikan dengan efektif. Mereka melihat keterbatasan sebagai tantangan yang harus diatasi, bukan sebagai hambatan. Dalam konteks pendidikan, penting untuk mendukung kedua aspek ini. Cara berpikir kreatif perlu didorong melalui lingkungan belajar yang merangsang imajinasi dan kreativitas, sementara perilaku inovatif dapat dikembangkan dengan memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengerjakan proyek-proyek nyata dan berkolaborasi dalam tim. Dengan demikian, skema persepsi dari Paul A. Bell dapat membantu memahami bagaimana cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif saling melengkapi dalam pengembangan kompetensi mahasiswa.

 

                                                                



Perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif pada dua jenis mahasiswa tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell dan kawan-kawan. Skema persepsi ini melibatkan bagaimana seseorang memproses informasi dari lingkungannya dan bagaimana persepsi ini mempengaruhi tindakan dan perilaku individu.

 

1. Mahasiswa yang Mengumpulkan Tugas Seadanya:

 Persepsi:

  - Faktor Eksternal: Mahasiswa mungkin melihat tugas ini hanya sebagai syarat akademis, bukan sebagai kesempatan untuk belajar atau berinovasi. Mereka mungkin merasa tugas ini tidak relevan dengan tujuan jangka panjang mereka atau terlalu sulit.

  -Faktor Internal: Mahasiswa ini mungkin memiliki self-efficacy yang rendah terkait kemampuan mereka untuk berpikir kreatif dan berinovasi. Mereka mungkin juga memiliki motivasi intrinsik yang rendah dalam mengerjakan tugas ini.

 

-Proses Kognitif:

  - Pengalaman Masa Lalu: Jika mereka sebelumnya tidak pernah mendapatkan dukungan atau pengakuan saat mencoba berpikir kreatif, mereka mungkin enggan berusaha lebih.

  - Harapan dan Keyakinan: Mereka mungkin memiliki harapan yang rendah terhadap kemampuan mereka sendiri dan hasil akhir yang akan dicapai.

 

-Perilaku:

  -Tindakan Minim: Akibat persepsi dan proses kognitif tersebut, mereka hanya berusaha sebatas minimum yang diperlukan untuk memenuhi syarat tugas. Mereka mungkin tidak mencari ide-ide baru atau cara-cara kreatif untuk memanfaatkan sampah.

  -Hasil yang Tidak Memuaskan: Hasil akhir yang seadanya mencerminkan kurangnya usaha dan ketelitian dalam proses pembuatan.

 

 Mahasiswa yang Mampu Menciptakan Produk Menarik:

 

Persepsi:

  - Faktor Eksternal: Mahasiswa ini mungkin melihat tugas ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan keterampilan baru dan menunjukkan kemampuan mereka. Mereka mungkin memiliki pandangan positif tentang potensi manfaat tugas ini bagi masa depan mereka.

  - Faktor Internal: Mereka memiliki self-efficacy yang tinggi, percaya pada kemampuan mereka untuk berpikir kreatif dan menghasilkan sesuatu yang inovatif. Motivasi intrinsik mereka tinggi, baik karena minat pribadi maupun karena mereka melihat nilai dalam tugas tersebut.

 

Proses Kognitif:

  - Pengalaman Masa Lalu: Mahasiswa ini mungkin pernah mendapatkan penghargaan atau pengakuan ketika mencoba berpikir kreatif, yang meningkatkan keyakinan mereka.

  - Harapan dan Keyakinan:Mereka memiliki harapan yang tinggi terhadap hasil akhir dan percaya bahwa usaha yang mereka lakukan akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan memuaskan.

 

Perilaku:

  - Tindakan Aktif: Mereka berusaha keras mencari ide-ide baru, bereksperimen dengan bahan-bahan yang ada, dan mungkin mencari inspirasi dari berbagai sumber. Ketelitian mereka dalam proses pembuatan menunjukkan komitmen mereka untuk menghasilkan karya yang berkualitas tinggi.

  - Hasil yang Memuaskan: Produk yang dihasilkan tidak hanya fungsional tetapi juga menarik dan inovatif, mencerminkan usaha dan ketelitian yang mereka berikan.

 

Kesimpulan:

 

Persepsi menjadi dasar terbentuknya suatu perilaku. Mahasiswa yang memiliki persepsi positif, self-efficacy yang tinggi, dan motivasi intrinsik yang kuat cenderung menunjukkan perilaku inovatif dan menghasilkan karya yang menarik. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki persepsi negatif, self-efficacy yang rendah, dan motivasi intrinsik yang lemah cenderung hanya memenuhi syarat minimum tugas dan menghasilkan karya yang seadanya.

 

 

 

2.     Film "MacGyver" yang dibintangi oleh Richard Dean Anderson dikenal karena tokoh utamanya, Angus MacGyver, yang selalu berhasil keluar dari situasi sulit dengan menggunakan kreativitas dan inovasi. Beberapa perilaku yang mendukung inovasi-inovasi ini meliputi berpikir kritis dan analitis : MacGyver mampu menganalisis situasi dengan cepat dan menemukan solusi praktis dengan menggunakan barang-barang sederhana di sekitarnya. Kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan berpikir secara analitis sangat penting dalam inovasi. Kreativitas dan Imajinasi kemampuan MacGyver untuk berpikir di luar kebiasaan dan menemukan cara-cara baru untuk menggunakan objek sehari-hari merupakan inti dari inovasinya. Kreativitas ini memungkinkan dia untuk menemukan solusi yang tidak konvensional namun efektif. Pengetahuan Teknis yang Luas MacGyver memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang seperti kimia, fisika, dan teknik. Pengetahuan ini memungkinkan dia untuk memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah dan teknis dalam menyelesaikan masalah.Ketahanan dan Adaptabilitas*: MacGyver menunjukkan ketahanan dalam menghadapi tekanan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan situasi. Kemampuan ini sangat penting untuk tetap fokus dan menemukan solusi meskipun dalam kondisi yang sulit.

Kolaborasi dan Komunikasi meskipun sering bekerja sendiri, MacGyver juga mampu bekerja sama dengan orang lain ketika diperlukan. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan bekerja dalam tim dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi melalui pertukaran ide.Pemikiran Sistemi MacGyver sering melihat masalah sebagai bagian dari sistem yang lebih besar dan mempertimbangkan bagaimana elemen-elemen berbeda saling berinteraksi. Pemikiran sistemik ini membantu dalam merancang solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan, Keingintahuan dan Pembelajaran berkelanjutan MacGyver selalu tertarik untuk belajar hal-hal baru dan memperluas pengetahuannya. Keingintahuan ini mendorong inovasi karena membuka peluang untuk menemukan metode atau teknik baru yang belum pernah dicoba sebelumnya, Perilaku-perilaku ini membantu MacGyver untuk mengatasi berbagai kesulitan dengan cara yang inovatif dan kreatif, menjadikannya ikon dari pemecahan masalah yang cerdas dan efisien.


Daftar Pustaka

Patimah, A.S., Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.

https://ejournal.up45.ac.id/index.php/psikologi/article/view/1807

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana Prodi Psikologi UI

 


0 komentar:

Posting Komentar