PSIKOLOGI INOVASI UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta., M.A.
Oleh:
Irfan Kusuma Wardani 21310410187
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Paul A. Bell terkenal dengan karyanya dalam
bidang persepsi dan komunikasi, khususnya dalam memahami bagaimana individu
memproses informasi dari lingkungan mereka dan bagaimana persepsi tersebut mempengaruhi
cara berpikir dan perilaku mereka. Untuk menjelaskan perbedaan cara berpikir
kreatif dan perilaku inovatif pada mahasiswa dengan menggunakan skema persepsi dari
Paul A. Bell, kita perlu memahami beberapa konsep inti dari persepsinya.
Persepsi adalah kesan yang diperoleh individu
melalui panca indera kemudian di Analisa (diorganisir), diintepretasi, dan dievaluasi,
sehingga individu menginterpretasikan dan memberikan makna pada informasi yang
mereka terima dari lingkungan. Persepsi terbentuk karena adanya penginderaan,
perhatian, organisasi persepsi, interpretasi, pengalaman, dan pembelajaran. Persepsi
memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan bertindak.
Persepsi mencakup:
Sensasi : Pengumpulan informasi sensorik dari lingkungan.
Organisasi : Pengelompokan informasi sensorik menjadi
suatu pola yang bermakna.
Interpretasi : Memberikan makna pada pola-pola
tersebut berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.
Cara Berpikir Kreatif
Mahasiswa Tipe A (Kreatif Tinggi) :
Sensasi : Mahasiswa ini cenderung lebih peka
terhadap berbagai rangsangan di sekitarnya. Mereka lebih terbuka terhadap
berbagai jenis informasi dan lebih responsif terhadap perubahan lingkungan.
Organisasi : Mereka mengelompokkan informasi
dengan cara yang unik dan berbeda dari orang lain. Mahasiswa ini mampu melihat
pola-pola yang tidak biasa dan mengaitkan konsep-konsep yang tampak tidak berhubungan.
Interpretasi : Interpretasi mereka cenderung
lebih luas dan inovatif. Mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya untuk menghasilkan ide-ide baru dan solusi yang orisinal.
Mahasiswa Tipe B (Kreatif Rendah) :
Sensasi : Mahasiswa ini mungkin kurang peka terhadap
rangsangan di sekitarnya dan cenderung memilih informasi yang sudah dikenal dan
nyaman bagi mereka.
Organisasi : Mereka mengelompokkan informasi dengan
cara yang lebih konvensional dan seringkali sesuai dengan pola-pola yang sudah
dikenal.
Interpretasi : Interpretasi mereka cenderung lebih
konservatif dan terbatas pada solusi-solusi yang sudah ada. Mereka lebih
mengandalkan pengalaman dan pengetahuan yang sudah mapan tanpa banyak
mengeksplorasi hal-hal baru.
Perilaku Inovatif
Mahasiswa Tipe A (Inovatif Tinggi) :
Persepsi : Mahasiswa ini memiliki persepsi
yang lebih fleksibel dan adaptif. Mereka mampu mengubah cara pandang mereka terhadap
suatu masalah dengan cepat dan efektif.
Perilaku : Mereka cenderung aktif mencari
solusi baru dan tidak takut untuk mengambil risiko. Mahasiswa ini sering kali menjadi
pelopor dalam menciptakan perubahan dan berkontribusi pada kemajuan.
Lingkungan : Mereka menciptakan lingkungan yang
mendukung inovasi, seperti berkolaborasi dengan orang lain, mengeksplorasi
teknologi baru, dan membuka diri terhadap umpan balik.
Mahasiswa Tipe B (Inovatif Rendah) :
Persepsi : Persepsi mereka lebih kaku dan
sulit berubah. Mereka cenderung mempertahankan cara pandang yang sudah ada dan enggan
untuk mencoba hal- hal baru.
Perilaku : Mahasiswa ini lebih pasif dan
cenderung mengikuti metode-metode yang sudah terbukti tanpa mencoba untuk
memperbaiki atau mengembangkan lebih lanjut. Mereka lebih nyaman dengan status quo.
Lingkungan : Mereka cenderung berada dalam lingkungan
yang kurang mendukung inovasi, seperti bekerja sendiri, menghindari risiko, dan
tidak terbuka terhadap perubahan.
Perbedaan persepsi mahasiswa dalam cara
berpikir kreatif dan berperilaku inovatif dalam pengaplikasian pengerjaan tugas
perkuliahan membuat karya sampah dapat dijelaskan melalui skema persepsi yang
dikemukakan Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Sarwono, 1995) berikut ini :
Ada dua jenis persepsi yaitu dalam ambang
batas dan diluar batas optimal. Apabila individu merasa bahwa persepsi tersebut
masih dalam ambang batas maka akan terbentuk sikap homeostatis dimana individu berusaha
menyeimbangkan diri serta beradaptasi dengan lingkungan. Namun apabila dirasa persepsi
tersebut diluar batas optimal, maka akan menimbulkan stress pada individu.
Stress juga akan berkelanjutan menciptakan coping atau strategi.
Dalam film MacGyver, Richard Dean Anderson
sebagai pemeran utamanya, adalah sebuah film seri yang sangat populer pada tahun
1980-an. Karakter utama, Angus MacGyver, terkenal karena kemampuannya
menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif, sering kali menggunakan
alat-alat sederhana yang tersedia di sekitarnya. beberapa perilaku dan kemampuan
yang mendukung inovasi-inovasi MacGyver sehingga ia mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan
yang menghadangnya yaitu selalu mampu melihat berbagai kemungkinan dari
objek-objek sederhana di sekitarnya, kemampuannya menemukan solusi untuk
situasi yang tampaknya tidak mungkin, pengetahuan di bidang fisika, kimia,
teknik, dan biologi. MacGyver mempunyai perilaku yang tangguh tidak mudah menyerah
dan kemampuan untuk
beradaptasi dengan cepat terhadap situasi yang ba
0 komentar:
Posting Komentar