Minggu, 14 Juli 2024

 PSIKOLOGI INOVASI UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta., M.A.

 

 

 


 

 

Oleh: 

Irfan Kusuma Wardani 21310410187

 

 

 

 

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


Paul A. Bell terkenal dengan karyanya dalam bidang persepsi dan komunikasi, khususnya dalam memahami bagaimana individu memproses informasi dari lingkungan mereka dan bagaimana persepsi tersebut mempengaruhi cara berpikir dan perilaku mereka. Untuk menjelaskan perbedaan cara berpikir kreatif dan perilaku inovatif pada mahasiswa dengan menggunakan skema persepsi dari Paul A. Bell, kita perlu memahami beberapa konsep inti dari persepsinya.

 

Persepsi adalah kesan yang diperoleh individu melalui panca indera kemudian di Analisa (diorganisir), diintepretasi, dan dievaluasi, sehingga individu menginterpretasikan dan memberikan makna pada informasi yang mereka terima dari lingkungan. Persepsi terbentuk karena adanya penginderaan, perhatian, organisasi persepsi, interpretasi, pengalaman, dan pembelajaran. Persepsi memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan bertindak.

 

                                                                                        


Persepsi mencakup:

 

Sensasi : Pengumpulan informasi sensorik dari lingkungan.

Organisasi : Pengelompokan informasi sensorik menjadi suatu pola yang bermakna.

Interpretasi : Memberikan makna pada pola-pola tersebut berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.

 

Cara Berpikir Kreatif

 

Mahasiswa Tipe A (Kreatif Tinggi) :

Sensasi : Mahasiswa ini cenderung lebih peka terhadap berbagai rangsangan di sekitarnya. Mereka lebih terbuka terhadap berbagai jenis informasi dan lebih responsif terhadap perubahan lingkungan.

Organisasi : Mereka mengelompokkan informasi dengan cara yang unik dan berbeda dari orang lain. Mahasiswa ini mampu melihat pola-pola yang tidak biasa dan mengaitkan konsep-konsep yang tampak tidak berhubungan.

Interpretasi : Interpretasi mereka cenderung lebih luas dan inovatif. Mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk menghasilkan ide-ide baru dan solusi yang orisinal.

 

Mahasiswa Tipe B (Kreatif Rendah) :


Sensasi : Mahasiswa ini mungkin kurang peka terhadap rangsangan di sekitarnya dan cenderung memilih informasi yang sudah dikenal dan nyaman bagi mereka.

Organisasi : Mereka mengelompokkan informasi dengan cara yang lebih konvensional dan seringkali sesuai dengan pola-pola yang sudah dikenal.

Interpretasi : Interpretasi mereka cenderung lebih konservatif dan terbatas pada solusi-solusi yang sudah ada. Mereka lebih mengandalkan pengalaman dan pengetahuan yang sudah mapan tanpa banyak mengeksplorasi hal-hal baru.

 

Perilaku Inovatif

 

Mahasiswa Tipe A (Inovatif Tinggi) :

Persepsi : Mahasiswa ini memiliki persepsi yang lebih fleksibel dan adaptif. Mereka mampu mengubah cara pandang mereka terhadap suatu masalah dengan cepat dan efektif.

Perilaku : Mereka cenderung aktif mencari solusi baru dan tidak takut untuk mengambil risiko. Mahasiswa ini sering kali menjadi pelopor dalam menciptakan perubahan dan berkontribusi pada kemajuan.

Lingkungan : Mereka menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi, seperti berkolaborasi dengan orang lain, mengeksplorasi teknologi baru, dan membuka diri terhadap umpan balik.

 

Mahasiswa Tipe B (Inovatif Rendah) :

Persepsi : Persepsi mereka lebih kaku dan sulit berubah. Mereka cenderung mempertahankan cara pandang yang sudah ada dan enggan untuk mencoba hal- hal baru.

Perilaku : Mahasiswa ini lebih pasif dan cenderung mengikuti metode-metode yang sudah terbukti tanpa mencoba untuk memperbaiki atau mengembangkan lebih lanjut. Mereka lebih nyaman dengan status quo.

Lingkungan : Mereka cenderung berada dalam lingkungan yang kurang mendukung inovasi, seperti bekerja sendiri, menghindari risiko, dan tidak terbuka terhadap perubahan.


Perbedaan persepsi mahasiswa dalam cara berpikir kreatif dan berperilaku inovatif dalam pengaplikasian pengerjaan tugas perkuliahan membuat karya sampah dapat dijelaskan melalui skema persepsi yang dikemukakan Paul A. Bell dan kawan-kawan (dalam Sarwono, 1995) berikut ini :

 

 

 

 

Ada dua jenis persepsi yaitu dalam ambang batas dan diluar batas optimal. Apabila individu merasa bahwa persepsi tersebut masih dalam ambang batas maka akan terbentuk sikap homeostatis dimana individu berusaha menyeimbangkan diri serta beradaptasi dengan lingkungan. Namun apabila dirasa persepsi tersebut diluar batas optimal, maka akan menimbulkan stress pada individu. Stress juga akan berkelanjutan menciptakan coping atau strategi.

 

Dalam film MacGyver, Richard Dean Anderson sebagai pemeran utamanya, adalah sebuah film seri yang sangat populer pada tahun 1980-an. Karakter utama, Angus MacGyver, terkenal karena kemampuannya menyelesaikan masalah dengan cara-cara yang kreatif dan inovatif, sering kali menggunakan alat-alat sederhana yang tersedia di sekitarnya. beberapa perilaku dan kemampuan yang mendukung inovasi-inovasi MacGyver sehingga ia mampu menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang menghadangnya yaitu selalu mampu melihat berbagai kemungkinan dari objek-objek sederhana di sekitarnya, kemampuannya menemukan solusi untuk situasi yang tampaknya tidak mungkin, pengetahuan di bidang fisika, kimia, teknik, dan biologi. MacGyver mempunyai perilaku yang tangguh tidak mudah menyerah dan kemampuan untuk


beradaptasi dengan cepat terhadap situasi yang ba

0 komentar:

Posting Komentar