Esai : Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah : Psikologi Inovasi
Dosen : Dr. Arundati Shinta, MA
Vina Milatul Azka
21310410181
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45
Yogyakarta
Stimulus
yang sama mungkin saja dipersepsikan berbeda bahkan berkebalikan oleh dua
orang, dalam waktu yang sama. Hal ini terjadi pada kawasan wisata di Bangsring,
Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur (Cahyaningrum, 2013).
Perbedaan persepsi tentang rusaknya kondisi lingkungan hidup, telah menimbulkan
perilaku yang berbeda. Satu perilaku ke arah pro lingkungan hidup, sedangkan
perilaku lainnya tidak mempedulikan restorasi lingkungannya bahkan justru
merusaknya. Perbedaan persepsi mengenai kegawatan keadaan lingkungan hidup ini
yang sering menjadi masalah dalam lingkungan masyarakat. Psikologi lingkungan
dituntut ntuk membantu menumbuhkan persepsi pro lingkungan hidup di masyarakat.
Persepsi terhadap lingkungan hidup
adalah cara-cara individu memahami dan menerima stimulus lingkungan yang
dihadapinya. Proses pemahaman tersebut menjadi lebih mudah karena individu
mengaitkan objek yang diamatinya dengan pengalaman tertentu, dengan fungsi
objek, dan dengan menciptakan makna-makna yang terkandung dalam objek itu.
Penciptaan makna-makna itu terkadang meluas, sesuai dengan kebutuhan individu
(Fisher et al., 1984).
Akibat dari manusia yang terlalu
kreatif dalam menciptakan persepsi berdasarkan manfaat menjadi persoalan yang
muncul. Hal ini berdampak pada keseimbangan ekologi yang menjadi terguncang.
Dampak lain yang akan muncul akibat terlalu kreatifnya manusia adalah
penggundulan hutan, banjir, longsor, serta keanekaragaman flora serta fauna
menjadi turun. Dampak ini sebenarnya bukan akibat dari persepsi manusia yang
terlalu kreatif, melainkan persepsi manusia yang terlalu serakah ingin
memanfaatkan semua isi bumi.
Gambar di atas adalah skema persepsi
yang dikemukakan oleh Paul A. Bell dan kawan-kawan (Sarwono, 1995). Skema
tersebut menjelaskan bahwa persepsi dapat timbul dari individu dan objek fisik.
Persepsi itu sendiri ada yang dalam batas optimal dan ada yang diluar batas
optimal seseorang. Dari hal ini menjadikan mahasiswa 1 memiliki persepsi tidak
perlu membuat barang yang terlalu memakan waktu karena baginya itu hanya untuk
memenuhi tugas, sementara mahasiswa 2 memiliki persepsi dia harus benar-benar
berusaha untuk membuat barang yang terbaik karena tidak hanya memenuhi tugas
namun juga melatih kreatif dan inovatifnya. Jika mahasiwa itu merasaya nyaman,
senang saat menyelesaikan tugasnya makai a berada dalam situasi homeostatis.
Jika situasi itu berbeda dengan persepsinya makai akan membuatnya stress sehingga
ia akan mengatasi stress tersebut (coping behaviour). Apabila
usaha yang dilakukan mahasiswa itu sukses makai ia telah melakukan adaptasi,
dan efek kelanjutannya akan membuat barang tidak hanya untuk memenuhi tugas
saja. Sedangkan jika usaha yang dilakukan itu gagal dan kegagalan itu berulang
kali, maka situasi itu merupakan stress berlanjut, dan efek
kelanjutannya ia akan menyerah dan berhenti.
# # #
Pemeran utama dalam film tersebut
menunjukkan seorang yang memiliki bakat yang luar biasa dalam memecahkan sebuah
masalah, memiliki keterampilan serta kreativitas yang tinggi. Dia berhasil
menyelamatkan hari menggunakan penjepit kertas bukan pistol, menggunakan permen
karet sebagai senjata, dan menggunakan lilin ulang tahun untuk pengganti bom. Dia
sangat dicintai oleh orang-orang karena kemampuannya dalam melewati berbagai
macam ancaman dan menjalankan berbagai misi tanpa kekerasan, menciptakan trik
melarikan diri dengan membuat penghancr pintu belakang mobil menggunakan
baterai yang diberi oli dan dibungkus celana stoking, sungguh kreatif.
Dia merupakan seorang agen AS yang
sangat cerdas, dibuktikan dengan dia bisa menggunakan benda apapun yang ada disekitarnya
untuk membuat apapun yang bisa menyelamatkan dirinya atau menguntungkannya.
Selain memiliki kreativitas dan keterampilan yang tinggi, ia juga memiliki
pengetahuan yang luas serta dapat menggunakan ilmiahnya untuk menyelesaikan
permasalahan yang sedang dihadapi. Dia bekerja dalam organisasi klandestin
yaitu Departemen Pelayanan Eksternal (DXS).
Cahyaningrum,
S. Y. (2013). Menjaga nusantara: Nelayan penyelamat terumbu karang. Kompas,
15 Maret, hal. 24.
H Dwifan,
Muhammad Irfan., Nirawati, Maya Andria., Handayani, Kusumaningdyah Nurul. 2024.
Konsep Arsitektur Perilaku Sebagai Strategi Desain Pada Nitiprayan Art Center
Di Kampung Seni Nitiprayan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Arsitektur, 7(2), 732-741.
Patimah, A.S.,
Shinta, A. & Al-Adib, A. (2024). Persepsi terhadap lingkungan. Jurnal
Psikologi. 20(1), Maret, 23-29.
Sarwono, S. W.
(1995). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grasindo & Program Pascasarjana
Prodi Psikologi UI.
0 komentar:
Posting Komentar