Jumat, 06 Januari 2023

Taekwondo Sebagai Pilihan untuk Perubahan Diri

Essay Ujian Akhir Semester

Psikologi Inovasi

(Semester Ganjil 2022/2023)

Nur Alfiyah (20310410062)

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Perubahan diri merupakan suatu proses dimana seseorang melakukan suatu hal yang baru dalam dirinya. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan diri dalam hal positif. Ada berbagai jenis perubahan diri. Dalam tulisan ini penulis melakukan perubahan diri dalam hal olahraga, yaitu dengan mengikuti bela diri taekwondo dan skipping sebagai nilai tambah. Dalam melaksanakan perubahan diri tersebut, saya tidak melakukannya secara terus menerus dalam 8 minggu, tetapi ada jeda dua minggu saya tidak berolahraga karena ada kegiatan dari kampus yang tidak bisa ditinggalkan. Secara detailnya saya melaksanakan olahraga pada tanggal 2 Oktober 2022, 9 Oktober 2022, 16 Oktober 2022, 6 November 2022, 13 November 2022, 19 November 2022, 20 November 2022, dan terakhir 27 November 2022. Kemudian untuk nilai tambahnya yaitu skipping, dilaksanakan setelah selesai berlatih taekwondo tersebut.

Alasan saya memilih kegiatan bela diri taekwondo yaitu karena kebetulan saya mengiktui bela diri tersebut dari bulan Desember 2021. Latihannya itu setiap Hari Sabtu sore di Transmart Maguwoharjo dan Hari Minggu di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta. Jadi supaya lebih mudah dalam melaksanakannya (karena kalau latihan taekwondo banyak temannya) saya memilih taekwondo sebagai kegiatan untuk perubahan diri. Kemudian, untuk nilai tambahnya saya memilih skipping. Hal itu karena prinsip pada perubahan diri ini yaitu adanya nilai tambah, yang berarti setiap kali melakukan olahraga maka ada penambahan frekuensi gerakan. Pada olahraga taekwondo, dalam setiap latihannya cenderung sama kegiatannya seperti belajar tendangan, pukulan, poomsae, dan lainnya dimana kegiatan tersebut diulang-ulang pada setiap pertemuan dan tambahannya hanya sedikit, jadi sulit untuk dihitiung nilai tambahnya. Oleh karena itu, saya memilih skipping sebagai nilai tambah karena mudah dalam perhitungannya.

Makna dari konsep nilai tambah atau skipping tersebut yaitu mengajarkan pada diri kita supaya jangan cepat puas dengan apa yang telah kita berhasil kita lakukan, lebih semangat melakukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya, membiasakan diri untuk berolahraga dalam rentang waktu yang cukup lama, selain membuat tubuh menjadi segar juga dapat menjernihkan pikiran, menstabilkan emosi, menyalurkan emosi yang negatif, memperbaiki suasana hati, dan dapat menjadi habit yang baik bagi diri sendiri.

Supaya kegiatan terus berlanjut dan tetap konsisten bisa dengan cara mencari teman yang mau untuk berubah supaya kita lebih semangat dalam melaksanakan olahraga tersebut, menyadari bahwa olahraga itu banyak sekali manfaatnya untuk tubuh kita, membuat jadwal olahraga supaya kita rutin melaksanakannya, dan niatkan serta pertahankan semangat kita setiap akan berolahraga supaya enjoy dalam melakukannya dan menjadi kebiasaan baik untuk seterusnya.

Dalam konteks ini, kegiatan olahraga berkaitan dengan readiness for change (kesiapan individu untuk berubah). Readiness for change menggambarkan seberapa besar individu atau sekelompok individu cenderung menyetujui, menerima dan mengadopsi mengubah sementara sikap dan perilakunya supaya sesuai dengan harapan perubahan (Holt, dkk., dalam Selviani, dkk., 2019). Kenapa berkaitan? Karena dalam melakukan perubahan diri terutama dalam olahraga, dibutuhkan kesiapan dari individu tersebut untuk melaksanakan kegiatan perubahan itu, mulai dari karakter individu itu sendiri, apa yang akan dilakukan, bagaimana prosesnya, tempat untuk melaksanakan kegiatan tersebut dimana, harus keluar dari zona nyaman, adaptasi dengan hal baru yang dilakukan, dan lain sebagainya. Hal itu disebut juga dengan sikap komprehensif, dimana kesiapan individu untuk berubah yang secara simultan dipengaruhi oleh isi (apa yang berubah), proses (bagaimana perubahan diimplementasikan), konteks (lingkungan dimana perubahan terjadi), dan individu (karakter individu yang diminta untuk berubah) (Holt, dkk., dalam Selviani, dkk., 2019). Perubahan bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan individu tersebut memiliki niat yang kuat dan konsistensi dalam pelaksanaannya.




Daftar Pustaka

Selviani, S., Widawati, L., Dwarawati, D. 2019. Studi deskriptif readiness for change pada karyawan perusahaan manufaktur di PT. “X” Bandung. Prosiding Psikologi. 5(2), hal. 715-722.


0 komentar:

Posting Komentar