Minggu, 20 April 2025

ESAI 6 - BELAJAR di TPST

Membedah Rahasia TPST Randu Alas Dari Tumpukan Sampah Jadi Sumber Ekonomi

 

 Psikologi Lingkungan 

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA




 






 

 


ISGIYATI  - 23310410116

Kelas Karyawan 

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 

YOGYAKARTA 


Pengelolaan sampah menjadi salah satu tantangan yang signifikan di Indonesia, terutama di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) muncul sebagai solusi inovatif yang tak hanya berfungsi untuk mengurangi tumpukan sampah, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi serta meningkatkan pembelajaran masyarakat di sekitarnya. Namun, di balik berbagai manfaat yang ditawarkan, TPST masih harus menghadapi sejumlah permasalahan yang perlu diatasi agar operasionalnya dapat berjalan dengan optimal dan berkelanjutan.

TPST adalah fasilitas yang mengintegrasikan beragam proses pengelolaan sampah, mulai dari pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, hingga pendaur ulang dan pemrosesan akhir untuk memastikan sampah dapat dikembalikan ke lingkungan dengan aman. Sistem ini lebih kompleks dibandingkan dengan TPS 3R, karena mampu mengolah sampah hingga tahap akhir, yang berarti dapat mengurangi volume sampah yang pada akhirnya harus dibuang ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).



Alhamdulillah saya dan teman-teman dari Matkul Psikologi Lingkungan ada kunjungan ke TPST Randu Alas yang ber alamat kan di  Jl. Candi Karang, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55581.
Dengan bimbingan Dosen Bu Shinta dan Pak Sujono mewakili Pimpinan TPST Randu Alas yang berhalangan hadir.


Akar permasalahan sampah yaitu timbul bau busuk. Menurut pemaparan dari Pak Sujono di TPST Randu Alas 20 % sampah yang diambil adalah sampah plastik yang terbanyak produk sampah dari pabrik.
TPST Randu Alas mengelola 5 Pedukuhan dengan binaan DLH. Untuk pelanggan sampah ada sekitar 350 orang dibagi 3 kelas yaitu 
1. Kelas Rumah Tangga dengan tarif RP 30.000,-
2. Kelas Rumah Tangga Usaha (tarif nya menyesuaikan)
3. Kelas Rumah Usaha dengan tarif RP 450.000,-

Adapun tanah yang digunakan oleh TPST Randu Alas dari dana pinjaman Bank Desa. Untuk SDM nya terdiri dari 7 orang dengan gaji masih dibawah UMR sekitar Rp.1.800.000,- sampai Rp 2.000.000,- tergantung dari iuran warga pelanggan sampah Randu Alas.

Dalam konteks ekonomi, TPST memberikan peluang untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat di sekitarnya. Ini mencakup berbagai peran, mulai dari pekerja dalam pengelolaan sampah hingga pengusaha pendukung seperti pemilik warung makan dan pengelola limbah rongsokan. Sampah yang sebelumnya dipandang sebagai limbah kini dapat diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat, seperti melalui proses pengomposan sampah organik dan pembuatan produk daur ulang. Situasi ini tidak hanya berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah menjadi sesuatu yang memiliki nilai.

Namun, pembangunan dan pengoperasian Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) tidak terlepas dari berbagai permasalahan. Pertama-tama, aspek kesehatan dan keselamatan kerja perlu mendapat perhatian khusus. Untuk TPST Randu Alas ini bekerja sama dengan Puskesmas Setempat untuk pelayanan kesehatan pekerja maupun Chek Up kesehatan. Namun para pekerja TPST Randu Alas kadang tidak memanfaatkan layanan Chek Up tersebut. 
Padahal proses pengolahan sampah, terutama yang melibatkan pembakaran atau pengolahan secara kimiawi, memiliki potensi untuk menyebabkan paparan gas berbahaya serta risiko kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan baik. 

Kedua, dampak terhadap lingkungan sekitar TPST perlu diminimalkan. Lokasi TPST yang berdekatan dengan permukiman dapat memicu pencemaran udara, timbulnya bau tidak sedap, serta potensi pencemaran tanah dan air jika pengelolaannya tidak dilakukan secara optimal. Selain itu, pengelolaan residu dan limbah yang tidak dapat didaur ulang harus dilakukan dengan aman untuk menghindari pencemaran lingkungan.

Ketiga, tantangan dalam aspek sosial budaya juga tidak bisa diabaikan. Perubahan perilaku masyarakat terkait dengan cara membuang dan memilah sampah masih menjadi hambatan. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya partisipasi aktif dalam pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) melalui edukasi dan sosialisasi yang berkelanjutan. Tanpa dukungan dari masyarakat, fungsi TPST tidak akan berjalan optimal. Seperti yang disampaikan Pak Sujono langkah edukasi ini sudah dilakukan namun cuman bertahan sekitar 3 bulan dari edukasi tersebut, masyarakat kembali ke kebiasaan lama.

Keempat, masalah pendanaan dan pengelolaan TPST juga patut dicermati. Pembangunan fasilitas TPST memerlukan investasi yang cukup besar serta dukungan dari pemerintah dan sektor swasta. Pengelolaan yang profesional dan transparan menjadi kunci untuk menjaga kelangsungan operasional TPST. Selain itu, teknologi pengolahan sampah yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan ramah lingkungan. Alhamdulillah TPST Randu Alas baru sebulan mendapatkan bantuan mesin pencacah sampah. 

Sebagai kesimpulan, dari kunjungan kami ke TPST Randu Alas sebenarnya memiliki potensi besar untuk mengubah tumpukan sampah menjadi sumber ekonomi sekaligus menjadi alat pembelajaran bagi masyarakat. Namun, keberhasilan TPST sangat bergantung pada pengelolaan yang baik, dukungan dari masyarakat, serta perhatian terhadap aspek kesehatan, lingkungan, dan sosial budaya. Dengan mengatasi berbagai permasalahan ini, TPST Randu Alas dapat berperan sebagai solusi efektif dalam pengelolaan sampah secara terpadu dan berkelanjutan demi masa depan yang lebih bersih dan sejahtera.

Dan dari kunjungan ini saya mendapatkan ilmu yang sangat inspiratif dari obrolan bersama Bu Shinta ketika saya dan kawan saya dalam  perjalanan ke kota. Saya menyebut nya Kuliah Kehidupan. Bahwa segala sesuatu peristiwa yang mungkin kita menganggap nya sebagai musibah maka ucapkanlah TERIMA KASIH atas musibah tersebut PASTI ada sesuatu petunjuk di masa depan. Pesan dari Bu Shinta terus gali potensi diri sehingga bisa melahirkan suatu karya-karya yang bernilai ekonomi. Bahkan dari sampah bisa kebeli 3 emas batangan dan jalan-jalan keluar negeri, Masya Allah.

Semoga bermanfaat 
Yogyakarta, 20 April 2025
✍️ Isgiyati










0 komentar:

Posting Komentar