PSIKOLOGI LINGKUNGAN
TUGAS ESSAI 6
MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS RANDU ALAS
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A
Nama: Antonius Wikan Purwanto
NIM: 23310410110
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2025
Pada tahun 2021, volume sampah di Kota Yogyakarta tercatat mencapai 300 ton per hari . Hingga kini, angka tersebut belum menunjukkan penurunan yang signifikan, bahkan cenderung terus meningkat. Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab permasalahan sampah di Yogyakarta antara lain:
- Kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya pengterhadap pentingnya pengelolaan sampah.
- Minimnya praktik
pemilahan sampah dari sumbernya .
- Masih sering ditemuinya
kebiasaan membuang sampah sembarangan .
- Peningkatan jumlah
penduduk perkotaan , yang secara langsung menambah volume timbulan sampah
harian.
Jika
tidak ditangani secara serius, penumpukan sampah ini dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan sertaserta berbagai risiko kesehatan.
Dalam
upaya mengelola sampah, keberadaan TPS (Tempat Penampungan Sementara) sangat
penting . TPS berfungsisangat penting. TPS berfungsi sebagai titik penampungan
awal sebelum sampah diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) . Selain itu, TPS
juga berperan dalam memudahkan proses pengumpulan, pemilahan, dan pengangkutan
sampah, sehingga sistem pengelolaan dapat berjalan lebih efektif.
Pada
19 April 2025 saya dan mahasiswa mahasiswi Psikologi Universitas Proklamasi 45,
berksempatan berkunjung di TPS 3R Randu Alas merupakan Tempat pembuangan sampah
yang beralamat Candi Karang, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk melaksanakan kunjungan serta belajar Bersama mengenai
TPS 3R Randu Alas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara singkat dengan
pengelola, TPS Randu Alas saat ini didukung oleh 7 orang tenaga kerja
yang setiap harinya bertugas untuk memilah, mengelola, dan menjaga kebersihan
lingkungan TPS.
TPS Randu Alas berada di bawah binaan Dinas
Lingkungan Hidup atau yang bisa disebut DLH ditetapkan setempat. Artinya,
operasional TPS ini sepenuhnya ditopang oleh kontribusi masyarakat yang menjadi
pelanggan.Kunjungan ini bertujuan untuk memahami secara langsung bagaimana
sistem pengelolaan sampah dilakukan di lapangan. TPS Randu Alas saat ini
memiliki sekitar 350 pelanggan aktif . Setiap pelanggan dikenakan biaya yang bervariasi
, mulai dari Rp 30.000,00 hingga Rp 50.000,00 perper bulan, tergantung volume
sampah dan lokasi. Pelanggan terbesar berasal dari Asrama LPK Magang Jepang ,
yang membayar iuran bulanan sebesar Rp 450.000,00 , karena jumlah sampah yang
dihasilkan cukup besar. Selain iuran bulanan, TPS juga menyediakan layanan
tambahan seperti pengambilan sampah dari acara hajatan . Untuk layanan ini ,
pihak TPS menetapkan biaya tambahan sesuai volume dan kebutuhanseperti
pengambilan sampah dari acara hajatan. Untuk layanan ini, pihak TPS menetapkan biaya
tambahan (charge) sesuai volume dan kebutuhan khusus dari pelanggan.
TPS
Randu Alas melayani lima padukuhan yang menjadi pelanggan aktif dalam
pengelolaan sampah. Berdasarkan observasi dan data, komposisi sampah yang
dihasilkan terdiri dari sekitar 60% sampah plastik atau yang di artikan anorganik
dan 25% sampah organik , sementara sisanya merupakan jenis sampah lainnya. Pihak
TPS pernah mencoba menerapkan jadwal pengambilan sampah secara teratur untuk
meningkatkan efisiensi layanan. Tetapi, kenyataannya di lapangan ketika jadwal
tidak berjalan sesuai harapan atau terjadi keterlambatan dalam pengambilan,
sebagian justru masyarakat memilih untuk membuang sampah secara sembarangan,baik
ke lahan kosong, sungai, TPS, maupun TPA secara ilegal . Hal ini tentunya
menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan dan menunjukkan rendahnya
kesadaran sebagian masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah yang
tertib.
Pak
Sujono , sebagai salah satu pengelola TPS, telah melakukan edukasi secara
berulang kepada masyarakat terkait pentingnya penanganan sampah yang baik dan
benar. Namun, mengubah pola pikir masyarakat dalam mengelola sampah tetap
menjadi tantangan besar. Perlunya pendekatan yang lebih intensif dan
kolaboratif untuk membangun kesadaran lingkungan yang kuat.
jika
masyarakat bersedia memilah dan mengelola sampah sejak dari rumah , hal ini
akan sangat membantu meringankan beban para pekerja di TPS. Misalnya, sampah
organik bisa dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos dengan bantuan bakteri
pengurai. Proses fermentasi kompos biasanya memakan waktu sekitar satu bulan ,
namun bisa lebih cepat jika ukuran partikel sampah lebih kecil . Sementara itu,
untuk sampah anorganik , TPS Randu Alas telah memilah menjadi 17 jenis item
berbeda . Sejak tiga bulan terakhir , TPS juga telah menggunakan mesin pencacah
plastik untuk mempercepat proses daur ulang. Sampah plastik yang telah dicacah
kemudian dikumpulkan dan diambil oleh tukang rongsok untuk didistribusikan ke pabrik
daur ulang . Tak hanya itu, TPS ini juga dilengkapi dengan tungku pembakaran
yang digunakan untuk mengolah sisa sampah , seperti pembalut, popok sekali
pakai, dan limbah plastik lainnya yang tidak dapat didaur ulang. Fasilitas ini
merupakan upaya untuk mengurangi volume sampah residu yang menumpuk dan
berpotensi mencemari lingkungan.
Di
TPS Randu Alas, selain dihadapkan pada volume sampah yang tinggi, para petugas
juga harus menghadapi risiko kesehatan akibat keberadaan racun dan bakteri yang
berasal dari sampah yang berasal dari sampah organik membusuk, limbah medis
rumah tangga, serta popok dan pembalut bekas pakai, tumpukan sampah yang
mencemari lingkungan dengan bau menyengat, dipenuhi belatung, dan menarik
perhatian binatang pembohong seperti lalat dan tikus. Istilah ini menjadi
gambaran nyata tentang tingginya potensi bahaya biologi dan kimia di lingkungan
TPS jika sampah tidak segera ditangani dengan baik.
Dari
kunjungan ini, saya menyadari bahwa sampah memiliki dampak yang sangat besar baik
positif jika dikelola dengan benar, maupun negatif jika diabaikan. Kunjungan
ini membuka mata saya bahwa pekerjaan para petugas di TPS merupakan pekerjaan
yang berat. Mereka harus menghadapi bau tak sedap setiap hari risiko dan cedera
akibat benda tajam seperti tusuk sate, kaca, atau beling. Luka tersebut sangat
rentan terinfeksi karena lingkungan sampah merupakan sarang bakteri.
seharusnya
juga ikut Beruntung, TPS Randu Alas menjalin kerja sama dengan Puskesmas
setempat sebagai bentuk upaya menjaga para petugas kesehatan. Namun demikian,
sebagai masyarakat yang terbantu dengan keberadaan TPS, kita seharusnya ikut
bertanggung jawab setidaknya dengan memilah sampah dari rumah agar tidak
membahayakan petugas maupun lingkungan.
Saya
sangat berharap masyarakat yang bergantung pada TPS Randu Alas mulai
menumbuhkan kesadaran dan kedisiplinan dalam mengelola sampah secara mandiri.
![]() |




.jpeg)






0 komentar:
Posting Komentar