Rabu, 23 April 2025

ESAI 6 - KUNJUNGAN DAN BELAJAR DI TPS RANDU ALAS

    PSIKOLOGI LINGKUNGAN 

TUGAS ESSAI 6

MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS RANDU ALAS

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A




Nama: Antonius Wikan Purwanto

NIM: 23310410110


PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 

YOGYAKARTA

2025


Pada tahun 2021, volume sampah di Kota Yogyakarta tercatat mencapai 300 ton per hari . Hingga kini, angka tersebut belum menunjukkan penurunan yang signifikan, bahkan cenderung terus meningkat. Beberapa faktor utama yang menjadi penyebab permasalahan sampah di Yogyakarta antara lain:

  1. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengterhadap pentingnya pengelolaan sampah.
  2. Minimnya praktik pemilahan sampah dari sumbernya .
  3. Masih sering ditemuinya kebiasaan membuang sampah sembarangan .
  4. Peningkatan jumlah penduduk perkotaan , yang secara langsung menambah volume timbulan sampah harian.

Jika tidak ditangani secara serius, penumpukan sampah ini dapat menimbulkan pencemaran lingkungan sertaserta berbagai risiko kesehatan.

Dalam upaya mengelola sampah, keberadaan TPS (Tempat Penampungan Sementara) sangat penting . TPS berfungsisangat penting. TPS berfungsi sebagai titik penampungan awal sebelum sampah diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) . Selain itu, TPS juga berperan dalam memudahkan proses pengumpulan, pemilahan, dan pengangkutan sampah, sehingga sistem pengelolaan dapat berjalan lebih efektif.

 



Pada 19 April 2025 saya dan mahasiswa mahasiswi Psikologi Universitas Proklamasi 45, berksempatan berkunjung di TPS 3R Randu Alas merupakan Tempat pembuangan sampah yang beralamat Candi Karang, Sardonoharjo, Kec. Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk melaksanakan kunjungan serta belajar Bersama mengenai TPS 3R Randu Alas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara singkat dengan pengelola, TPS Randu Alas saat ini didukung oleh 7 orang tenaga kerja yang setiap harinya bertugas untuk memilah, mengelola, dan menjaga kebersihan lingkungan TPS.

 TPS Randu Alas berada di bawah binaan Dinas Lingkungan Hidup atau yang bisa disebut DLH ditetapkan setempat. Artinya, operasional TPS ini sepenuhnya ditopang oleh kontribusi masyarakat yang menjadi pelanggan.Kunjungan ini bertujuan untuk memahami secara langsung bagaimana sistem pengelolaan sampah dilakukan di lapangan. TPS Randu Alas saat ini memiliki sekitar 350 pelanggan aktif . Setiap pelanggan dikenakan biaya yang bervariasi , mulai dari Rp 30.000,00 hingga Rp 50.000,00 perper bulan, tergantung volume sampah dan lokasi. Pelanggan terbesar berasal dari Asrama LPK Magang Jepang , yang membayar iuran bulanan sebesar Rp 450.000,00 , karena jumlah sampah yang dihasilkan cukup besar. Selain iuran bulanan, TPS juga menyediakan layanan tambahan seperti pengambilan sampah dari acara hajatan . Untuk layanan ini , pihak TPS menetapkan biaya tambahan sesuai volume dan kebutuhanseperti pengambilan sampah dari acara hajatan. Untuk layanan ini, pihak TPS menetapkan biaya tambahan (charge) sesuai volume dan kebutuhan khusus dari pelanggan.

TPS Randu Alas melayani lima padukuhan yang menjadi pelanggan aktif dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan observasi dan data, komposisi sampah yang dihasilkan terdiri dari sekitar 60% sampah plastik atau yang di artikan anorganik dan 25% sampah organik , sementara sisanya merupakan jenis sampah lainnya. Pihak TPS pernah mencoba menerapkan jadwal pengambilan sampah secara teratur untuk meningkatkan efisiensi layanan. Tetapi, kenyataannya di lapangan ketika jadwal tidak berjalan sesuai harapan atau terjadi keterlambatan dalam pengambilan, sebagian justru masyarakat memilih untuk membuang sampah secara sembarangan,baik ke lahan kosong, sungai, TPS, maupun TPA secara ilegal . Hal ini tentunya menimbulkan permasalahan baru bagi lingkungan dan menunjukkan rendahnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan sampah yang tertib.

Pak Sujono , sebagai salah satu pengelola TPS, telah melakukan edukasi secara berulang kepada masyarakat terkait pentingnya penanganan sampah yang baik dan benar. Namun, mengubah pola pikir masyarakat dalam mengelola sampah tetap menjadi tantangan besar. Perlunya pendekatan yang lebih intensif dan kolaboratif untuk membangun kesadaran lingkungan yang kuat.

jika masyarakat bersedia memilah dan mengelola sampah sejak dari rumah , hal ini akan sangat membantu meringankan beban para pekerja di TPS. Misalnya, sampah organik bisa dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos dengan bantuan bakteri pengurai. Proses fermentasi kompos biasanya memakan waktu sekitar satu bulan , namun bisa lebih cepat jika ukuran partikel sampah lebih kecil . Sementara itu, untuk sampah anorganik , TPS Randu Alas telah memilah menjadi 17 jenis item berbeda . Sejak tiga bulan terakhir , TPS juga telah menggunakan mesin pencacah plastik untuk mempercepat proses daur ulang. Sampah plastik yang telah dicacah kemudian dikumpulkan dan diambil oleh tukang rongsok untuk didistribusikan ke pabrik daur ulang . Tak hanya itu, TPS ini juga dilengkapi dengan tungku pembakaran yang digunakan untuk mengolah sisa sampah , seperti pembalut, popok sekali pakai, dan limbah plastik lainnya yang tidak dapat didaur ulang. Fasilitas ini merupakan upaya untuk mengurangi volume sampah residu yang menumpuk dan berpotensi mencemari lingkungan.

Di TPS Randu Alas, selain dihadapkan pada volume sampah yang tinggi, para petugas juga harus menghadapi risiko kesehatan akibat keberadaan racun dan bakteri yang berasal dari sampah yang berasal dari sampah organik membusuk, limbah medis rumah tangga, serta popok dan pembalut bekas pakai, tumpukan sampah yang mencemari lingkungan dengan bau menyengat, dipenuhi belatung, dan menarik perhatian binatang pembohong seperti lalat dan tikus. Istilah ini menjadi gambaran nyata tentang tingginya potensi bahaya biologi dan kimia di lingkungan TPS jika sampah tidak segera ditangani dengan baik.

Dari kunjungan ini, saya menyadari bahwa sampah memiliki dampak yang sangat besar baik positif jika dikelola dengan benar, maupun negatif jika diabaikan. Kunjungan ini membuka mata saya bahwa pekerjaan para petugas di TPS merupakan pekerjaan yang berat. Mereka harus menghadapi bau tak sedap setiap hari risiko dan cedera akibat benda tajam seperti tusuk sate, kaca, atau beling. Luka tersebut sangat rentan terinfeksi karena lingkungan sampah merupakan sarang bakteri.

seharusnya juga ikut Beruntung, TPS Randu Alas menjalin kerja sama dengan Puskesmas setempat sebagai bentuk upaya menjaga para petugas kesehatan. Namun demikian, sebagai masyarakat yang terbantu dengan keberadaan TPS, kita seharusnya ikut bertanggung jawab setidaknya dengan memilah sampah dari rumah agar tidak membahayakan petugas maupun lingkungan.

Saya sangat berharap masyarakat yang bergantung pada TPS Randu Alas mulai menumbuhkan kesadaran dan kedisiplinan dalam mengelola sampah secara mandiri.





 

0 komentar:

Posting Komentar