Kunjungan dan pembelajaran pengolahan sampah di TPST Randu Alas
Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, ΜΑ.
JURUSAN PSIKOLOGi UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
Pada hari Sabtu, 19 April 2025, saya bersama teman-teman mahasiswa Psikologi Universitas Proklamasi 45 melakukan kunjungan sekaligus belajar langsung mengenai pengelolaan sampah di TPS 3R Randu Alas. TPS ini beralamat di Candi Karang, Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.TPS 3R Randu Alas berdiri sejak tahun 2021 di atas lahan yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah liar. Dengan sistem pengelolaan sampah yang meliputi pemilahan, pengolahan, dan pemanfaatan kembali, TPS ini kini melayani sekitar 270-300 keluarga pelanggan yang berlangganan pengangkutan sampah. Setiap pelanggan membayar biaya antara Rp30.000 hingga Rp50.000 per bulan, dengan pelanggan terbesar berupa sebuah yayasan yang membayar hingga Rp450.000. Pengelolaan sampah ini dijalankan oleh tujuh tenaga kerja yang masing-masing menerima gaji bulanan sekitar Rp1.800.000 sampai Rp2.000.000 dengan jadwal kerja Senin sampai Sabtu.
Bapak Sujono, sebagai penanggung jawab dan pencetus berdirinya TPS ini, bersama tujuh karyawan seharusnya mendapatkan apresiasi besar dari masyarakat dan pemerintah kecamatan. Namun, sayangnya mereka tidak menerima gaji tetap dari pemerintah dan hanya mengandalkan pelanggan yang sampahnya diambil dari rumah ke rumah. Selain itu, TPS ini juga bekerja sama dengan rumah industri, pabrik, dan beberapa instansi lain untuk pengambilan sampah. Mereka juga berkolaborasi dengan puskesmas setempat untuk pemeriksaan kesehatan setiap enam bulan sekali. Namun, masih banyak masyarakat yang enggan mengikuti pemeriksaan dengan alasan antrean.
Dalam hal fasilitas, alat penghancur sampah baru tersedia selama tiga bulan terakhir, sehingga proses pengolahan sampah plastik menjadi lebih efisien. TPS juga sudah memiliki tungku pembakaran dengan suhu mencapai 500 derajat Celsius untuk membakar sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Untuk mengurangi bau dari sampah organik, dibuat lubang tanah khusus sebagai tempat pengolahan bubur sampah organik sehingga tidak menimbulkan bau yang mengganggu lingkungan sekitar.
Tantangan kerja di TPS ini cukup berat. Para pekerja sering menghadapi risiko seperti terkena pecahan beling dan berbagai bahaya lain saat memilah sampah. Selain itu, masyarakat masih sering tidak disiplin dalam memisahkan sampah organik dan anorganik, sehingga menyulitkan proses pengelolaan di TPS. Menurut keterangan pekerja, setiap pagi setelah sholat Subuh masih ada beberapa orang yang membuang sampah sembarangan di lokasi TPS, dan diduga orang-orang tersebut adalah yang sama setiap harinya.
Kunjungan ini memberikan wawasan berharga tentang pentingnya pengelolaan sampah yang terstruktur dan berkelanjutan. Saya merasa kegiatan ini sangat bermanfaat sebagai sarana edukasi dan motivasi untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah di lingkungan sekitar.











0 komentar:
Posting Komentar