"Cara Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja"
Essay 1 Persyaratan Ulangan Tengah Semester
Psikologi Manajemen dan Organisasi
Semester Ganjil 2021/2022
Agung Saprianto/ 20310410041
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A
Kesadaran kesehatan mental di
Indonesia dari tahun ke tahun sudah semakin membaik. Hal ini ditunjukan dengan
semakin banyaknya kemunculan layanan konsultasi dengan psikolog secara online
dan komunitas-komunitas peduli kesehatan mental. Dilansir dari VOA Indonesia,
kesadaran kesehatan mental di Indonesia masih terganjal dengan stigma yang
beredar di masyarakat. Banyak orang yang mengeluhkan kesehatan mental dinilai
kurang beribadah, bersyukur, atau (ketika keadaannya sudah terlalu parah) gila,
hingga tidak bisa sembuh. Stigma-stigma ini membuat banyak penderita gangguan
kesehatan mental cenderung menyembunyikan keadaannya.
Meskipun kesehatan mental semakin
disadari oleh masyarakat, namun masih banyak orang yang menganggap kesehatan
mental bukan suatu permasalahan yang signifikan. Kesehatan mental masih
dianggap suatu hal yang abstrak dibandingkan dengan kesehatan fisik yang lebih
mudah dilihat oleh mata dan disentuh oleh kulit. Sehingga kepedulian masyarakat
pada para penderita gangguan mental seringkali tidak tepat dan malah
memperparah keadaan.
Menurut WHO, tekanan gaya hidup
modern seperti tingginya persaingan hidup terkait, pendidikan, pekerjaan dan
tuntutan keluarga, kompleksitas dan irama kehidupan modern yang serba cepat dan
instant merupakan salah satu dari 11 penyebab gangguan kesehatan mental.
Sekitar 800,000 orang melakukan bunuh diri setiap tahun. Belum lagi dengan
stigma dan diskriminasi terhadap pasien dan keluarga mencegah orang mencari
perawatan untuk kesehatan mental, yang menyebabkan timbulnya sikap abussive,
penolakan, dan isolasi dari lingkungan sekitar (Workshop Mengenali Gejala Awal
Penurunan Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja Juli 2019).
Dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja, Pengukuran dan pengendalian faktor psikologis harus dilakukan pada:
- melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan bagi Tenaga Kerja;
- mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja;
- mengadakan program konseling;
- mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;
- memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk memberikan masukan dalam proses pengambilan keputusan;
- mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan merancang kembali pekerjaan yang ada;
- menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
- pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.
Tempat Kerja yang memiliki potensi bahaya Faktor Psikologi. Pengendalian melalui manajemen stres dengan: Dalam Workshop Mengenali Gejala Awal Penurunan Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja, Juli 2019 yang dipaparkan oleh DR Yudiana Ratnasari, MSi. Psikolog, Karakteristik Orang “Sehat Mental” adalah:
- Ia merasa baik mengenai dirinya sendiri
- Ia tidak “dibanjiri” oleh emosinya
- Ia memiliki hubungan personal yang bertahan lama dan memuaskan
- Ia merasa nyaman dengan orang lain
Menurut
seorang professor psikiater klinis dari New York University Langone School of
Medicine, Charles Goldstein, menyatakan bahwa otak manusia berhubungan erat
dengan sistem endokrin yang melepaskan hormon penting dan berpengaruh terhadap
kesehatan mental. Sehingga ketika terdapat gangguan mental berarti secara
biologis, terdapat gangguan sistem kerja otak manusia. Terganggunya cara kerja
otak tersebut, berdasarkan fakta yang dipublikasi Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), telah menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup signifikan. Diperkirakan
kerugian ekonomi secara global adalah $1Triliun dikarenakan berkurangnya
produktivitas akibat permasalahan kesehatan mental. Terganggunya kesehatan
mental dapat mempengaruhi performa kerja dan produktivitas, hubungan antar
rekan kerja, kemampuan fisik, dan sehari-hari seseorang baik di tempat kerja
maupun rumahnya.
Dilansir dari
WHO, organisasi memiliki tanggungjawab untuk mendukung kesehatan mental
masing-masing pegawainya dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan
jauh dari faktor-faktor eksternal penyebab terganggunya kesehatan mental.
Secara individu, pegawai bisa saling memberi dukungan dengan bersikap lebih
bersimpati dan berempati ketika ada rekan kerja yang mengeluhkan atau terlihat
terganggu kesehatan mentalnya dengan tidak memberi stigma-stigma negatif yang
memperburuk keadaan mental pegawai jika tidak mampu memberi dukungan
psikologis.
Tanggung jawab
terbesar dalam menjaga kesehatan mental individu berada pada diri masing-masing
pegawai. Dilansir dari WHO berikut ini adalah cara untuk bertanggungjawab atas
kesehatan mental masing-masing orang :
1)
Membiasakan pola hidup yang sehat seperti
berolahraga teratur, pola makan yang seimbang, dan tidur yang berkecukupan
Riset membuktikan bahwa terdapat korelasi yang erat antara kesehatan fisik dan
mental. Olahraga mampu mendorong tubuh menghasilkan hormon-hormon yang baik
bagi tubuh sehingga menghasilkan emosi positif.
2)
Meningkatkan Coping Skill Individu Dikutip dari
Medical Dictionary, coping skill adalah suatu pola karakter atau perilaku yang
dapat meningkatkan kemampuan adaptasi seseorang. Coping skill juga dapat
dipandang sebagai suatu kemampuan menghadapi stres untuk mendorong diri agar
tetap terus maju mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3)
Meminta Pertolongan Berusaha sendiri memang baik
tapi ketika sudah merasa tidak mampu menghadapi suatu hal seorang diri, penting
untuk meminta pertolongan pada orang lain. The ugly truth is tidak semua hal
yang sanggup dilakukan orang lain bisa juga dilakukan dirimu sendiri.
4)
Melatih Diri Untuk Berpikiran Terbuka Tuhan
menciptakan manusia dengan karakter yang unik dan berbeda-beda maka penting
bagi masing-masing individu berusaha menerima keunikan dan perbedaan tersebut
tanpa memberi stigma.
Daftar Pustaka:
Sarafino, E. P. 2011. Health Psychology. Biopsychosocial
interactions (edisi 7). New Jersey: John Wiley &
Sons.
Workshop Mengenali Gejala Awal
Penurunan Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja. Jakarta: 23 Juli
2019. Dibawakan oleh DR.
Yudiana Ratnasari, M.Si., Psikolog
0 komentar:
Posting Komentar