Make Your Mental Health A Priority
Essay untuk Ujian Tengah Semester Psikologi Manajemen Organisasi
Semester Ganjil (2021/2022)
Shafadita Putri Trisdianty (20310410042)
Kelas B (Karyawan)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, MA.
Lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan kesehatan mental. Di Indonesia, berdasarkan Data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000, ada 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional. Mengingat besarnya masalah tersebut, setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia.
Kesehatan mental juga telah menjadi prioritas pemimpin-pemimpin negara di dunia dengan memasukkannya ke dalam salah satu dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WHO juga telah menyusun Mental Health Action Plan 2013–2020 secara komprehensif pada forum World Health Assembly yang ke-66 (World Health Organization, n.d.). Regulator di Indonesia juga telah mengeluarkan aturan mengenai kesehatan mental melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Mental. Namun sayangnya, perwujudan dari Undang-Undang ini masih belum begitu optimal.
Alternatif dari hal itu, kita bisa menerapkan siklus rutinitas harian untuk menjaga kesehatan mental sekaligus menjadikan kesehatan mental sebagai priotas. Rutinitas harian akan sangat berdampak besar bagi kesehatan kita, baik fisik ataupun mental. Lalu bagaimana kira-kira rutinitas harian tersebut?
Rutinitas harian tersebut yakni:
1. Breath Deeply
Bisa menurunkan stress dalam tubuh karena kita mengirimkan pesan ke otak untuk tenang dan rileks, selain itu mengurangi ketegangan, dan meredakan stress.
2. Make A Gratitude List
Membuat daftar rasa syukur akan mempengaruhi seseorang untuk bersikap positif atau minimal mengelola reaksinya terhadap hal negatif menjadi lebih positif. Selain itu, semakin meningkatnya perasaan emosi positif dari seseorang (seperti sikap memaafkan, mendukung, dan bersyukur, maka ia juga mampu mengembangkan hubungan interpersonal yang positif bagi orang lain dan lingkungannya (Bono, Emmons, & Mccullough, 2012).
3. Try Different Forms of Exercise
Secara spesifik, aktivitas fisik bisa melancarkan sirkulasi darah, penghubung syaraf hippocampus, area pengelolaan memori, pembelajaran, dan regulasi emosi. Selain itu menghasilkan hormon endorfin dan enkefalin yang memicu perasaan positif, serta mengaktifkan bagian otak yang berkaitan dengan pemrosesan informasi dan ingatan, serta penyelesaian masalah sehingga mencegah munculnya gangguan kesehatan mental.
4. Invest A Few Minutes Doing Affirmations
Afirmasi positif akan meningkatkan energi dan membawa hal-hal yang positif dalam kehidupan. Harris & Epton (2009) dalam Pinilih (2014) menyebutkan bahwa afirmasi positif yang efektif dapat mengubah pikiran negatif seseorang. Melakukan afirmasi positif setiap hari dapat mengurangi kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, dan memunculkan rasa tenang sehingga kita bersemangat dalam beraktivitas.
5. Spent Time with Your Hobby
Studi oleh Society of Behavioral Medicine mengungkapkan bahwa seseorang yang melakukan hobinya, memiliki detak jantung dan tingkat stres yang lebih rendah. selain itu, melakukan hobi juga meningkatkan hormon dopamin yang berperan sebagai perasaan bahagia.
6. Go for A Walk or Get Some Sunshine
Menghabiskan waktu diluar ruangan dengan berjalan-jalan atau menikmati pancaran sinar matahari memberikan waktu untuk berpikir dan melepaskan diri dari stres. Selain meningkatkan hormon endorfin, sebagai penstimulus rasa bahagia di otak sehingga merasa lebih rileks dan mampu mengontrol emosi.
Kita harus memprioritaskan kesehatan mental layaknya kesehatan fisik, karena kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial yang mana akan memengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan bertindak. Selain itu kesehatan mental sangat menentukan bagaimana seseorang menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan yang sehat. Memprioritaskan kesehatan mental bisa dimulai dengan membuat siklus rutinitas harian sehingga kita akan terorganisir dalam mengembangkan diri.
Referensi :
Grace, S. B., Tandra, A. G. K., & Mary, M. (2020). Komunikasi Efektif dalam Meningkatkan Literasi Kesehatan Mental. Jurnal Komunikasi, 12(2), 191. https://doi.org/10.24912/jk.v12i2.5948
Prameswari, Y., & Ulpawati. (2019). Peran Gratitude (Kebersyukuran) terhadap Psychological Well-being Tenaga Kesehatan. Jurnal Personifikasi, 10(2), 100–113. https://journal.trunojoyo.ac.id/personifikasi/article/view/6591/4152
Ridlo, I.A., 2020. Pandemi COVID-19 dan Tantangan Kebijakan Kesehatan Mental di Indonesia. INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 5(2): 162-171. jadi ga yaaaa
Seelvia, Seelvia (2020) PENGARUH TEKNIK AFIRMASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA PASIEN PRE OPERATIF DI RUANG KEMUNING RSUD. Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2020. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang.
https://www.kemkes.go.id/article/view/394/kesehatan-jiwa-sebagai-prioritas-global.html
Tulisan ini adalah narasi untuk lomba poster dengan tema "bagaimana cara menjaga kesehatan mental?" yang diselenggarakan oleh @ILMPI yang berlangsung pada tanggal 04 Oktober - 25 Oktober.
0 komentar:
Posting Komentar