Menciptakan Pola Komunikasi Saat Makan Bersama Keluarga
Tulisan Essay untuk
Ujian Tengah Semester
Psikologi Lingkungan
(Semester Genap
2021/2022)
Widia Fitriani (20310410020)
Kelas Regular (A)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr.
Arundati Shinta, M.A
Komunikasi merupakan bagian dari kebudayaan yang dilakukan
sehari-hari. Saat menjalin tali silaturahmi biasanya tidak lepas dari yang
namanya komunikasi, entah komunikasi secara langsung maupun tidak langsung.
Berbicara soal silaturahmi, hal ini biasa dilakukan oleh masyarakat islam saat
hari raya Idul Fitri (Maheswari, 2015). Tidak hanya komunikasi tetapi makan-makan bersama adalah salah satu hal
yang sering dilakukan secara rutin di hari-hari besar seperti hari raya idul
fitri.
Dengan tersedianya segala macam fasilitas komunikasi, seseorang perlu sebuah strategi berkomunikasi. Kitalah yang perlu memilih dan menentukan waktu berkomunikasi. Kita yang perlu bisa memutuskan untuk mengubah smartphone ke mode “silent” atau “switch off” pada waktu “me time” dan pada saat berinteraksi dengan keluarga (family time). karena ketika seluruh anggota keluarga kumpul biasanya ada di antara mereka yang tetap sibuk memakai smartphone dalam tangannya. Saat salah satu anggota keluarga mengajak seluruh anggota keluarga selfie, setelah itu tak ada lagi aktivitas lain seperti mengobrol karena mereka sibuk lagi memakai smartphone masing-masing (Yudatama, 2019). Oleh karena itu, Kegiatan makan bersama akan memancing berbagai obrolan menarik. Hal ini dapat memberikan kesempatan anggota keluarga untuk berkomunikasi dan saling peduli satu sama lain tanpa diganggu oleh smartphone, televisi atau komputer. Selain itu, Makan bersama keluarga akan menimbulkan rasa saling memiliki dan kebersamaan dalam keluarga. Tentunya, hal ini akan membantu anak-anak untuk tumbuh dengan pribadi yang baik. Karena, kegiatan makan bersama Anda dapat menumbuhkan motivasi dan nilai-nilai berharga tentang kehidupan.
Makan bersama keluarga di rumah adalah momen kebersamaan
yang sangat berharga. Meski terdengar sederhana, namun kegiatan ini menyimpan
dampak positif yang bisa membantu menguatkan keharmonisan keluarga dan
menentukan eratnya hubungan antar-anggota keluarga. Apabila dijadikan kebiasaan
sehari-hari, anak-anak akan tumbuh sehat karena relasi keluarganya yang sehat
(Ibrahim, dalam Triananda, 2015). Menciptakan
kenangan bahagia. Waktu yang dihabiskan bersama keluarga akan menciptakan momen
bahagia yang akan terus dikenang. Anak yang tumbuh dalam keluarga bahagia
cenderung bisa menciptakan lingkungan penuh kasih yang sama untuk calon
anak-anaknya kelak.
Referensi
Maheswari, Larasati
Dewi. (2015). Tradisi Munjung
yang Dilakukan oleh Masyarakat Desa Brongsongan Menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Yudatama, Eri
Satria., Nurhadi
dan Atik Catur Budiati. (2019). SMARTPHONE
DAN KELUARGA (DETERITORIALISASI KELUARGA PEMAKAI SMARTPHONE DI KOTA SURAKARTA)
0 komentar:
Posting Komentar