Sumber Perubahan Sikap Positif Yang Dirasakan
Pasca Pandemi Pada Moment Syawal
Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Lingkungan
(Semester Ganjil 2022/2023)
Winne Herwina (20310410018)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A
Setelah kita menjalani 2 tahun
moment lebaran dengan “di rumah saja” karena pandemi Covid-19, tahun ini
merupakan moment meriah lebaran yang dirayakan oleh umat muslim di Seluruh
dunia khususnya Indonesia. Setelah lama tidak berjumpa dengan sahabat dan
keluarga, akhirnya di moment kali ini kita bisa melepas rindu setelah 2 tahun
tidak bertemu karena situasi dan kondisi yang tidak mendukung kita untuk
berinteraksi secara langsung di masa pandemi. Kini sedikit demi sedikit wabah
covid-19 sudah mulai hilang, dan peraturan pemerintah mulai ada kelonggaran
salah satunya adalah pemerintah sudah mulai memperbolehkan masyarakat untuk
mudik, serta para pekerja sudah diperbolehkan untuk WFO ( Work From Office) kembali.
Moment Indah di tahun ini terlihat
pada saat lebaran dan moment syawal, kita dapat bertemu serta berkumpul dengan keluarga,
sanak saudara serta sahabat, dan silaturahmi serta makan bersama. Tidak ada
lagi ketakutan yang membuncah ketika berkumpul dan berinteraksi antar individu.
Mengingat pada saat diberlakukannya aturan ketat karena covid-19 yang makin
hari makin meningkat dengan harus berjaga jarak, memakai masker, dan menjaga
kebersihan serta segalanya harus tersetrilisasi agar aman karena ketakutan
masyarakat dengan menularnya virus corona.
Kini rasanya ada hal baru yang terlihat
ketika kita berkumpul kembali dengan sekelompok orang, sahabat, bahkan keluarga
dekat maupun jauh. Kini terlihat perubahan sikap dari banyaknya individu yang
kita temui. Hal ini terlihat ketika berkumpul pada saat moment syawal setelah lebaran. Dulu sebelum adanya covid-19 sangat kurang kesadaran kita untuk
menjaga kebersihan, dan menjaga jarak meskipun sedang sakit, dan ketika
gencar-gencarnya pemberitaan mengenai pandemi covid-19, pemerintah
memberlakukan aturan-aturan yang ketat dalam bersosialisasi atau interaksi
antar individu. Yang bahkan ketika aturan itu muncul dan harus dijalankan, banyak
sekali masyarakat yang menolak dengan aturan tersebut, contohnya tidak mau
memakai masker, tidak mau menjaga jarak, serta tidak mau menjaga kebersihan. Dan
sekarang, tanpa diperintah pun menggunakan masker, menjaga kebersihan salah
satunya dengan mencuci tangan, hingga menjaga jarak sosial makin lumrah dan
sulit ditinggalkan. Mengurangi kontak fisik dengan orang lain dan menghindari
kerumunan serta bekerja dan sekolah dari rumah refleksi kesadaran yang
meningkat. Hal yang terjadi ini merupakan perubahan sikap yang positif. Bahkan di moment syawal seperti foto di atas, ketika membuka masker pun, dipastikan sudah melakukan tes swab untuk memastikan bahwa diri individu terbebas dari virus.
Perubahan sikap positif yang
terlihat saat ini pada masyarakat tentunya berasal dari berbagai sumber. Salah
satu sumber penting yang jelas-jelas membentuk sikap kita adalah kita
mengadopsi sikap tersebut dari orang lain melalui proses pembelajaran sosial
(social learning). Pembelajaran sosial merupakan suatu proses dimana kita
mengadopsi informasi baru, tingkah laku atau sikap dari orang lain (Baron, R,
A., & Byrne., 2004:123). Ketika orang lain menerapkan peraturan yang sudah
ditentukan oleh pemerintah maka juga akan berpengaruh terhadap lingkungan
sekitarnya, berpengaruh antar individu ke individu lainnya.
Selain itu, sumber perubahan sikap
yang terjadi ini juga tak lepas dari peranan media massa. Pemerintah
menyebarkan himbauan untuk penanaman kesadaran serta mengantisipasi atau
pencegahan yang dilakukan untuk menghindari dampak tertularnya covid-19, lewat
televisi, surat kabar, radio, serta media masa yang trending saat ini. Menurut
Azwar (1995:34) berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini dan
kepercayaan seseorang. Adanya informasi mengenai sesuatu hal yang dimuat oleh
media memberikan landasan bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Rahayuningsih (2008) mengatakan bahwa pesan sugestif yang dibawa oleh media,
apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu Televisi khususnya dianggap memiliki
pengaruh sangat besar terhadap sikap (Calhoun, J, F., & Acocella, J, R.,
1990:319).
Selain dari pemerintah yang turut
gencar menghimbau untuk menaati peraturan guna mengurangi angka penularan virus
corona, ternyata semua juga dimulai dari diri sendiri. Pada diri sendiri juga
mulai menanamkan sikap yang baik dan memikirkan dampak atau akibat jika kita
tidak patuh aturan, kesadaran yang tercipta dari diri sendiri turut membantu
mengubah sikap kita. Peran keluarga dan pendidikan juga tak kalah penting dalam
hal ini, contohnya orangtua juga harus memberikan pengertian atau alasan kepada
anak-anaknya kenapa harus menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, dan
lainnya. Dalam pendidikan, seorang guru juga mempunyai kewajiban untuk terus
menghimbau muridnya agar waspada terhadap virus yang menular ini. Seperti yang
disebutkan dalam Garrett (dalam Abror, 1993:110) mengungkapkan ada dua faktor
utama yang menentukan pembentukan dan perubahan sikap yaitu faktor psikologis
dan faktor kultural. Faktor psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan,
pemikiran, kekuasaan dan kepatuhan, kesemuanya merupakan faktor yang memainkan
peranan dalam menimbulkan atau mengubah sikap seseorang; sedangkan faktor
kultural atau kebudayaan seperti: status sosial, lingkungan keluarga dan
pendidikan juga merupakan faktor yang berarti yang menentukan sikap manusia.
Teori serupa diungkapkan oleh Chaiken (dalam Ramdhani, 2009), ia mengemukakan
bahwa sikap terbentuk dan berubah dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang
memungkinkan masuknya berbagai proses subjektif dalam rangka memelihara
hubungan interpersonal.
Tentu bahagia melihat sikap masyarakat
saat ini. Di moment lebaran kali ini, tetap menaati peraturan yang memang sudah
terbentuk sebab kebiasaan yang kita lakukan selama 2 tahun ini, membentuk sikap
positif di kalangan masyarakat.
Daftar Pustaka :
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baron, R, A., & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Calhoun, J, F., & Acocella, J, R. 1990. Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Ramdhani, N. 2009. Pembentukan dan Perubahan Sikap. Avaliable: http:/neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/uploads/2009/09/bab2a1- attitude.pdf.
0 komentar:
Posting Komentar