Syarat Mengikuti
Ujian MID Semester Genap Psikologi Lingkungan
Thadika Oudy Amaya
Decha Putri Pramudiani
(20310410048)
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr.
Arundati Shinta, MA
SAMPAH MEMBUAT JADI
KUMUH DAN TIDAK SEHAT
Dalam kehidupan manusia dahulu,
sampah belum menjadi masalah. Tetapi dengan bertambahnya penduduk dengan ruang
tetap, semakin hari masalah sampah jadi semakin besar. Hal tersebut jelas dari
perubahan modernisasi kehidupan dan perkembangan teknologi dimana aktivitas manusia
meningkat. Semakin beragamnya aktivitas, beragam pula jenis sampah yang
dihasilkan, terutama sampah yang berasal dari perumahan. Dalam arti sampah ini
dihasilkan oleh penduduk setempat yang melakukan pembuangan sisa-sisa dari
barang-barang atau produk-produk yang telah mereka pakai. Sampah konsumsi
merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia sebagai pengguna barang.
Sehubungan dengan kegiatan
manusia maka permasalahan sampah akan berkaitan, baik dari segi sosial,
ekonomi, maupun budaya. Kesehatan seorang atau masyarakat merupakan masalah
sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang ada dalam
masyarakat.
Jika dapat diamankan, sampah
tidak akan menjadi potensi yang berpengaruh terhadap lingkungan. Namun
demikian, sampah yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan
lingkungan. Hal itu berdampak terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan menjadi
kumuh, dan menarik bagi berbagai binatang, seperti lalat dan anjing, yang dapat
membawa penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan misalnya
diare, kolera, tipus dan jamur dapat menyebar dengan cepat, karena sampah yang
tidak dikelola tepat dapat bercampur dengan air minum dan menyebarkan virus
penyakit.
Cairan rembesan sampah bisa masuk
ke dalam drainase atau sungai dan akan mencemari air. Berbagai organisme di
air, termasuk ikan, dapat mati. Lebih ekstrem, beberapa spesies air dapat
lenyap dan mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Sampah yang
dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas cair organik
seperti metana. Selain berbau kurang sedap, dalam konsentrasi tinggi gas
(metana) ini dapat meledak. Tentunya hal itu dapat membahayakan masyarakat
luas. Contoh nyata terjadi ketika kandungan gas metana meledak dan melongsorkan
gunung sampah di Leuwigajah, Bandung, tahun 2005 silam.
Tak jarang Sampah yang ada
memenuhi parit di sekitar rumah, sehingga menyebabkan banjir. Musim penghujan
menjadi musim yang tidak mengenakkan bagi masyarakat, apalagi di permukiman
yang padat. Parit-parit tidak mampu lagi mengalirkan air secara maksimal,
karena terhalang oleh tumpukan sampah. Hal ini mengakibatkan air hujan
terbendung dan mengenangi pekarangan rumah. Genangan air yang ada membawa bau
tidak sedap, serta membunuh rumput-rumput di halaman rumah dan ruang terbuka
lainnya.
Jika dilihat di beberapa daerah,
kejadian membuang sampah sembarangan ini sering terjadi di daerah perkotaan.
Yang menjadi pertanyaan apakah masyarakat desa lebih baik perilakunya daripada
masyarakat kota?
Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku)
tidak hanya intervensi secara fisik saja melainkan juga sosial, ekonomi maupun
budaya/perilaku hidup masyarakat. Oleh karenanya perlu dilakukan upaya-upaya
pencegahan kumuh. Jangan sampai kemudian kumuh 0% (berdasarkan luasan yang ada
sekarang) tetapi malah muncul kumuh baru di kawasan-kawasan lainnya. Tentunya
perlu dilakukan langkah-langkah taktis dan berkelanjutan oleh seluruh komponen
masyarakat demi kelangsungan hidup manusia.
Sudah saatnya perubahan dalam
pengelolaan sampah dilakukan. Pengelolaan sampah berarti adalah pengumpulan,
pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah
(Wikipedia). Pengelolaan sampah yang baik tentu dapat mengurangi dampak
negatifnya pada kesehatan, lingkungan, dan keindahan, selain sebagai pencegahan
kumuh.
Pemerintahan kabupaten/kota dapat
mengambil kebijakan yang tepat untuk menangani masalah sampah yang ada. Masalah
sampah adalah merupakan isu sangat mendesak dan harus menjadi prioritas
pemerintah kabupaten/kota. Keterlibatan dan dukungan dari segenap masyarakat
tentunya penting demi terwujudnya program pemerintah. Kebijakan pemerintah
dapat berupa pengalokasian sampah yang ada di kabupaten/kota ke suatu tempat
yang sesuai. Tempat yang sesuai harus jauh dari permukiman penduduk. Jarak tempat
sampah dengan sumber mata air bersih juga harus menjadi perhatian, karena
sampah-sampah yang dibuang dapat mencemari sumber air bersih. Berbagai penyakit
dapat disebabkan oleh sumber air yang tercemar, semisal sakit perut. Dan, yang
tidak kalah pentingnya, tempat sampah harus jauh dari daerah pertanian dan
perkebunan. Sampah yang tidak terurai non biodegradable dapat menyebabkan
padatnya tanah dan menutup permukaan tanah. Kedua hal ini mengurangi kesuburan
tanah sehingga daerah pertanian tidaklah mampu lagi menghasilkan dengan baik.
Selain itu juga, mengubur sampah
merupakan salah satu cara dalam pengelolaan sampah. Metode ini sangatlah
popular di seluruh belahan dunia. Penguburan sampah dapat dilakukan di tanah
yang ditinggalkan, lubang bekas pertambangan, atau lubang alam. Suatu tempat
penguburan yang dikelola dengan baik menghasilkan tempat pembuangan yang
hegenis dan murah. Penguburan sampah menghindarkan kontak sampah dengan lapisan
atmosfer. Sampah yang terekspose langsung dapat menimbulkan bau tak sedap,
pemandangan yang tidak menarik dan sarang untuk berbagai jenis mikroorganisme
dan makrorganisme penyebab dan pembawa penyakit.
Khusus sampah-sampah organik
dapat dijadikan pupuk organik yang ramah lingkungan (pengolahan biologis). Zat
biologis dapat berupa zat tanaman, sisa makanan atau kertas. Salah satu contoh
dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengomposan adalah Green Bin Program
(Program Tong Hijau) di Toronto, Kanada. Yakni, sampah organik rumah tangga,
seperti sampah dapur dan potongan tanaman, dikumpulkan di kantong khusus untuk
dikomposkan.
Mengubah sampah organik yang ada
dapat membawa keuntungan tersendiri. Pupuk yang berasal dari sampah organik
bisa digunakan untuk keperluan pribadi, bahkan untuk dijual. Bahan pupuk
organik sangatlah mudah untuk didapat, dan pupuk ini terkenal ramah lingkungan.
Sampah non organik seperti botol-botol, dan kaleng bekas dapat dijadikan
hal-hal yang berguna dengan sentuhan seni. Dengan kreativitasnya manusia bisa
menciptakan bunga tiruan dengan plastik dan bekas pipet serta mengunakan kaleng
bekas untuk potnya. Banyak juga mainan yang bisa dibuat dari sampah-sampah non
organik seperti kaleng dan botol, misalnya untuk membuat mobil main-mainan.
Singkatnya kita bisa menyulap sampah yang ada menjadi barang yang memiliki nilai
seni dan bahkan nilai jual.
Proses pengambilan barang yang
masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur
ulang . Sistem daur ulang merupakan sistem yang dapat digunakan dalam
penanganan sampah. Ada beberapa cara daur-ulang yang ada, pertama, dengan
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi, atau mengambil kalori dari bahan
yang bisa dibakar guna membangkitkan listik. Kita juga bisa mengunakan sampah
yang ada untuk digunakan kembali. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng
minum aluminum ,kaleng baja makanan/minuman, botol, botol kaca, kertas karton,
koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lainnya juga bisa didaur ulang.
Pendidikan dan kesadaran dalam
pengelolaan limbah dan sampah tentu sangat penting dalam masyarakat. Banyak
masyarakat yang masih kurang kesadarannya dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Tentunya pemerintah perlu melakukan penyuluhan tentang pengelolaan sampah yang
baik serta memberikan informasi tentang dampak-dampak negatif sampah bagi
masyarakat dan lingkungan, sehingga setiap anggota masyarakat dapat menyadari
bahaya sampah yang terus bertambah.
https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/29/130000623/masalah-sampah-indonesia-ancam-target-nol-emisi-kok-bisa-?page=all
0 komentar:
Posting Komentar