Jumat, 11 November 2022

PEREMPUAN PERANNYA DI DUNIA PENDIDIKAN KESEHATAN






    Pada saat ini pemerintah terus melakukan pembangunan di segala aspek kehidupan manusia tidak terkecuali aspek kesehatan masyarakat sebagaimana yang sudah diamanatkan dalam Millenium Develoment Goals (MDGs). Salah satu misi pembangunan kesehatan Indonesia dalam rentang waktu 2015-2019 adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera (Kementerian Kesehatan RI, 2015). 

    Hal ini tercermin dari Sembilan agenda prioritas yang dikenal NAWA CITA, salah satu diantaranya adalah meningkatkan kualitas hidup manusia. Dalam menjalankan misi pembangungan kesehatan, Kementerian kesehatan telah menetapkan dua tujuan yang harus dicapai dalam periode 2015-2019 yaitu; 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap dalam perlindungan sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia. 

    Dalam peningkatan status kesehatan masyarakat, indikator yang harus dicapai adalah; 1) menurunkan angka kematian ibu dari 359 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) (SP, 2010), 346 menjadi 306 per 100.000 KH (SDKI, 2012); 2) menurunkan angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 KH, 3) menurunkan persentase BBLR dari 102% menjadi 8%; 4) meningkatkan upaya peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayan kegiatan promotif dan preventif dan; 5) meningkatkan upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (Kementerian Kesehatan RI, 2015).
Pembangunan yang sesungguhnya senantiasa menempatkan manusia sebagai titik sentral perhatian atau sebagai subjek yang berperan aktif, sehingga pembangunan mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam konsep ini pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan (Sulaeman, 2012).

    Selain unsur partisipasi masyarakat, pelaksanaan pembangunan kesehatan perlu didukung oleh sains dan teknologi yang canggih dan modern. Oleh karena itu, peran ilmuwan sebagai pencipta dan pengembang ilmu pengatahuan dan teknologi kesehatan sangat diperlukan. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dibahas bagaimana peran ilmuwan dalam mengambangkan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi kesehatan masyarakat. Saat ini, sosok ilmuwan yang akan dibahas adalah ilmuwan wanita yang sesungguhnya memiliki peranan penting dalam pengembangan teknologi kesehatan yang bermanfaat untuk masyarakat.

    Permasalahan kesehatan masyarakat cukup kompleks dan meliputi segala siklus kehidupan manusia. Dalam hal ini, permasalahan kesehatan tidak cukup hanya mengandalkan pemikiran ilmuwan laki-laki, dibutuhkan sentuhan pemikiran ilmuwan wanita. Pemikiran wanita dibutuhkan untuk memperkaya sudut padang dalam sains, mendorong inovasi untuk mengatasi masalah perempuan, serta mencegah munculnya pandangan sains yang bias gender (Utomo, 2016). Namun sayangnya, peran ilmuan wanita masih kurang, hal ini terlihat dari pernyataan Sastia Prama Putri, dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagaimana dikutip oleh Utomo (2016), Jumlah peneliti perempuan Indonesia 30% dari total peneliti yang ada. Oleh karena itu, perlu didiskusikan lebih dalam lagi pentingnya peran ilmuwan wanita dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kesehatan masyarakat agar intervensi permasalahan kesehatan masyarakat tepat sasaran dan sesuai target pembangunan kesehatan masyarakat yang telah ditetapkan.

Oleh: Agung Saprianto (20310410040)
FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

0 komentar:

Posting Komentar