Rabu, 20 September 2023

MENGELOLA SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA SECARA MANDIRI BERBASIS “ZERO WASTE”

 

MENGELOLA SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA SECARA MANDIRI BERBASIS “ZERO WASTE”

Psikologi Lingkungan

Essay 1 : Meringkas Jurnal Pengelolaan Sampah

Afini Musyarofah.J

22310410113

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA

Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta



Topik

Pengelolaan Sampah, Zero Waste, Sampah, Rumah Tangga

Sumber

Widiarti, Ika Wahyuning. (2012). Pengelolaan Sampah Berbasis “Zero Waste” Skala Rumah Tangga Secara Mandiri. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. 4(2), Juni 2012, 101-113

Permasalahan

Sampah terus meningkat seiring bertambahnya populasi dan gaya hidup seseorang. Hal ini  juga mempengaruhi ketersediaan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang jadi semakin cepat penuh dan akhirnya tidak mampu lagi menampung jumlah sampah yang terus menumpuk.

Sampah-sampah ini tidak terkelola dengan baik karena rendahnya teknologi pengelolaan sampah dan rendahnya infrastruktur yang ada menyebabkan permasalahan sampah yang cukup rumit. Selain itu, kesadaran dan peran masyarakat dalam mengelola sampah yang masih sangat minim menambah rumitnya permasalahan sampah ini.

Tujuan Penelitian

Sebagai upaya untuk menekan peningkatan jumlah sampah hingga nol sampah yang akan masuk ke TPA.

Isi

      Hasil sampah rumah tangga jika dilihat berdasarkan jumlah anggota keluarga yang rata-rata terdiri dari 3-6 orang. Maka, setiap orang menyumbang sampah sebanyak 0.5 kg/hari maka setiap rumah akan menghasilkan sampah 1,5-3 kg/hari. Sampah ini ada yang organik, anorganik dan sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Sampah organik adalah yang paling banyak dihasilkan, yaitu sekitar 70% dari sisa makanan, sisa potongan sayur dan buah atau sampah dari hasil menyapu halaman. Sampah anorganik ada sekitar 28% yang dihasilkan dari sampah kertas, plastik, kaca dan kain. Sedangkan sampah B3 ada sekitar 2% yang dihasilkan dari lampu bohlam/neon dan batu baterai. Dengan keberagaman sampah inilah maka, diperlukan teknik pengelolaan sampah yang baik agar dapat mengurangi jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA.

      Pengelolaan sampah zero waste adalah cara mengelola sampah dengan melakukan pemilikan, pengomposan, dan pengumpulan barang layak jual. Tujuannya agar jumlah sampah yang masuk ke TPA bisa seminimal mungkin, bahkan bisa jadi nol.

      Dalam rumah tangga pengelolaan sampah harus dilakukan oleh seluruh anggota keluarga agar dapat berjalan dengan baik. Cara memudahkan dalam pengelolaan sampah itu adalah dengan menyediakan 2  tempat sampah untuk yang organik (basah) dan anorganik (kering).

      Pengelolaan sampah organik secara mandiri. Sampah yang sudah dipilah menjadi sampah basah dan kering kemudian dilakukan pengomposan untuk sampah basah dalam alat komposter dan pengumpulan sampah layak jual untuk sampah kering. Sampah organik yang sudah menjadi kompos dapat digunakan sebagai pupuk tanaman agar tumbuh subur.

      Pengelolaan sampah anorganik dikelola oleh pihak ketiga seperti pemulung, pengusaha daur ulang, tukang loak dan bank sampah. Dan hampir semua sampah anorganik memiliki nilai jual. Sehingga jika menjualnya maka, bisa mendapatkan nilai tambah ekonomi.

      Pengelolaan sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) dalam rumah tangga tidak boleh asal-asalan. Cara mengelola sampah B3 ini adalah dengan menyimpan selama maksimal 90 hari dan ditandai khusus bahwa sampah tersebut adalah sampah B3 agar petugas Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) tahu. Kemudian sampah itu diangkut ke (TPS) terdekat kemudian barulah diangkut e TPA oleh petugas kebersihan.

      Pengelolaan sampah di skala rumah tangga bisa diinisiasi oleh salah satu anggota keluarga yang bertindak sebagai agent of change (agen perubahan).

      Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilahan sampah dalam rumah tangga antara lain adalah; pendidikan, jenis kelamin dan persepsi individu. Semakin tinggi pendidikan semakin baik persepsi seseorang terhadap kebersihan sehingga semakin tinggi kemampuan memilah sampahnya. Sedangkan untuk jenis kelamin maka, perempuan lebih tinggi kemampuannya dalam memilah sampah dibanding laki-laki.

Metode

      Menggunakan metode penelitian deskriptif analisis karena berusaha mengidentifikasi , menganalisis dan mencari alternatif pemecahan masalahnya dengan memberikan deskripsi upaya pengelolaan sampah pada skala rumah tangga.

      Sumber datanya diperoleh dari data sekunder berupa jurnal ilmiah, buku teks dan data lainnya yang berkaitan.

Hasil

       Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis zero waste secara mandiri diawali melakukan pemilahan jenis sampah, pengomposan sampah organik (basah) dan pengumpulan sampah anorganik layak jual.

       Ada 3 cara untuk mengelola sampah anorganik yang layak jual, yaitu; diberikan kepada pemulung, dijual ke tukang loak, atau ditabung di bank sampah.

       Agar pengelolaan sampah berbasis zero waste secara mandiri dirumah tangga bisa berhasil maka, diperlukan adanya agent of charge sekaligus block leader yang dapat memberikan informasi dan motivasi pada anggota keluarga.

Diskusi

       Pengelolaan sampah berbasis zero waste sebetulnya sangat mudah dilakukan yaitu dengan menerapkan prinsip Reduce, reuse, recycle (3R).

       Adanya bank sampah di lingkungan sekitar memudahkan masyarakat dalam mengamalkan prinsip zero waste pada skala rumah tangga. Terlebih bank sampah juga bisa menjadi tambahan pendapat ekonomi.

       Tingkat pendidikan maupun jenis kelamin seharusnya bukan menjadi sebab untuk tidak mengelola sampah. Karena dalam isu-isu lingkungan hidup tidak ada yang namanya gender stereotype .

 

0 komentar:

Posting Komentar