World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa polusi
udara adalah pencemaran lingkungan di dalam atau di luar ruangan oleh bahan
kimia, fisik, atau biologis apapun yang mengubah karakteristik alami atmosfer.
Dikutip dari laman resminya, WHO menyatakan bahwa alat rumah tangga, kendaraan,
industri, dan kebakaran hutan adalah sumber utama polusi udara. Partikel, karbon
monoksida, ozon, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida adalah polutan yang
berdampak pada kesehatan. Polusi udara luar dan dalam ruangan menyebabkan
penyakit pernapasan dan masalah kesehatan lain, serta menjadi faktor utama
morbiditas dan mortalitas.
Hampir semua orang di seluruh dunia (99%) menghirup udara
yang tercemar dan melampaui batas pedoman WHO, terutama di negara
berpenghasilan rendah dan menengah, seperti Indonesia. Polusi udara berasal dari faktor alam, seperti erupsi
gunung berapi, kebakaran hutan, dan mikroorganisme, yang menghasilkan asap,
debu, dan gas. Selain itu,
polusi udara juga bisa disebabkan oleh perilaku manusia.
Manusia juga berkontribusi
terhadap polusi udara melalui berbagai aktivitas seperti berikut:
1.
Pembakaran, seperti membakar sampah, dalam rumah tangga, oleh
kendaraan bermotor, dan industri, menghasilkan polutan seperti asap, debu,
grit, dan gas seperti CO (karbon monoksida) dan NO (nitrogen monoksida).
2.
Peleburan.
Proses peleburan juga
berkontribusi, seperti dalam pembuatan baja, soda, semen, keramik, dan aspal.
Proses ini menghasilkan debu, uap, dan berbagai jenis gas.
3.
Aktivitas pertambangan dan penggalian menghasilkan debu
sebagai polutan utamanya.
4.
Proses pengolahan dan pemanasan, seperti dalam industri
makanan, pemrosesan daging, ikan, atau penyamakan, juga berdampak. Polutan yang
muncul meliputi asap, debu, dan bau yang bervariasi.
5.
Pembuangan limbah, baik dari industri maupun rumah tangga,
melibatkan gas seperti hidrogen sulfida (H2S) yang menciptakan bau busuk.
6.
Proses kimia, seperti dalam pemurnian minyak bumi atau
pengolahan mineral, menghasilkan debu, uap, dan gas sebagai polutan umumnya.
7.
Proses pembangunan, termasuk konstruksi gedung atau jalan,
juga mengemisikan polutan seperti asap dan debu.
8.
Proses percobaan atom
atau nuklir, gas dan debu radioaktif menjadi polutan utama.
Selain itu, adapun ciri-ciri pencemaran udara sebagai berikut:
1.
Kadar karbon dioksida tinggi
Udara
tercemar memiliki kadar karbon dioksida yang tinggi, mengakibatkan kesulitan
bernapas dan rasa sesak napas.
2.
Berwarna
Udara
yang tercemar akan terlihat berwarna hitam keabu-abuan karena campuran zat-zat
polutan berbahaya.
3.
Berbau
Udara tercemar memiliki bau yang tidak sedap dan
dapat menyebabkan kesulitan bernapas, berbeda dengan udara segar yang bebas
dari bau.
4.
Pengap
Udara
yang tercemar dapat membuat lingkungan terasa pengap karena suhu meningkat
akibat campuran gas hasil pembakaran dan pembuangan.
5.
Iritasi mata
Udara
tercemar dapat menyebabkan mata menjadi merah dan teriritasi karena adanya
zat-zat polutan yang membahayakan kesehatan.
(Sumber:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6882533/polusi-udara-definisi-penyebab-dan-karakteristik.)
Yogyakarta sedang
mengalami darurat sampah karena Tempat Pemrosesan Akhir atau TPA Regional
Piyungan tak bisa beroperasi optimal. Akibatnya, banyak warga yang kalang kabut
mengelola sampahnya. Tumpukan sampah muncul di banyak tempat dan sebagian warga
nekat membakar sampah sehingga menimbulkan polusi udara. Pembakaran sampah dilakukan warga di kampung-kampung meskipun padat penduduk.
Sungguh membahayakan, terutama bagi lansia dan bayi yang masih rentan terhadap
penyakit infeksi saluran pernafasan.
Saya sebagai
pengelola sekolah PAUD telah menghimbau orangtua/wali untuk menjauhkan
anak-anak dari lingkungan tempat warga yang membakar sampah, jika tidak terlalu
dibutuhkan, lebih baik anak diajak bermain di dalam rumah saja. Selain itu saya
menghimbau kepada orangtua/wali agar anak-anak mengenakan masker saat datang
dan pulang dari sekolah.
Saya telah
berkoordinasi dengan Komite Sekolah dalam mengatasi darurat sampah ini. Hasil
koordinasi tersebut antara lain, anak-anak tidak lagi mengenakan diaper sekali
pakai, orangtua dan guru sama-sama berusaha memberikan toilet training
untuk anak, sampah-sampah bungkus snack atau susu yang dibawa anak, akan diolah
di rumah masing-masing, dan sekolah rutin menjadi nasabah bank sampah.
0 komentar:
Posting Komentar