Senin, 12 Mei 2025

ESAI 9 - UTS

KRITIK DAN ANALISIS HIRARKI PENGELOLAAN LIMBAH: PERSPEKTIF PSIKOLOGI LINGKUNGAN BERBASIS TEORI KONTEMPORER

Essay 9- Ujian Mid

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

Dosen Pengampu:

Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A



Muhammad Zulfan Imron

24310420019

 

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

2025


Permasalahan:
Hirarki pengelolaan limbah konvensional menempatkan energy recovery pada prioritas ke-5, di bawah 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Hal ini berpotensi melemahkan motivasi masyarakat untuk berperilaku pro-lingkungan, terutama dalam konteks ekonomi sirkuler. Bagaimana perspektif psikologi kontemporer menjelaskan tantangan ini, dan solusi apa yang dapat ditawarkan?

1. Analisis Hirarki Pengelolaan Limbah melalui Teori Perilaku dan Motivasi

Hirarki pengelolaan limbah perlu dipahami melalui lensa psikologi lingkungan, khususnya teori motivasi dan perubahan perilaku. Berikut penjelasannya sesuai prioritas, dilengkapi contoh perilaku berbasis penelitian terkini:

a.   Prevention (Pencegahan)

o   Contoh Perilaku:

o   Kesadaran Kognitif: Studi terbaru menunjukkan bahwa intervensi berbasis nudge theory (dorongan halus) seperti label "zero-waste" pada kemasan meningkatkan kesadaran konsumen untuk memilih produk tanpa limbah 15.

o   Motivasi Intrinsik: Penelitian oleh Nguyen et al. (2023) menemukan bahwa edukasi tentang dampak mikroplastik terhadap kesehatan mampu memicu motivasi intrinsik masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai 12.

 

b.   Reuse (Gunakan Kembali)

o   Contoh Perilaku:

o   Efisiensi Diri (Self-Efficacy): Teori Kognitif Sosial Bandura menjelaskan bahwa workshop keterampilan upcycling (misal: mengubah kain bekas menjadi tas) meningkatkan keyakinan individu dalam memanfaatkan barang bekas 15.

o   Model Peran Sosial: Program "Zero-Waste Influencers" di media sosial terbukti efektif mendorong perilaku reuse melalui imitasi sosial, sesuai temuan Lee & Kim (2024) 12.

c.   Reduce (Mengurangi)

o   Contoh Perilaku:

o   Penetapan Tujuan (Goal-Setting Theory): Aplikasi eco-challenge dengan target pengurangan sampah 30% dalam 3 bulan meningkatkan komitmen individu, seperti diuji dalam studi oleh Green et al. (2023) 9.

o   Hambatan Psikologis: Penelitian terbaru mengungkap bahwa ketidaknyamanan membawa tas belanja dapat diatasi dengan insentif simbolis (e.g., poin loyalitas), sesuai prinsip operant conditioning 15.

 

 

 

d.   Recycling (Daur Ulang)

o   Contoh Perilaku:

o   Keterlibatan Komunitas: Partisipasi dalam bank sampah berbasis komunitas meningkatkan rasa tanggung jawab kolektif, sebagaimana dijelaskan dalam teori Social Investment oleh Roberts et al. (2023) 8.

o   Feedback Langsung: Sistem real-time feedback di tempat sampah cerdas (e.g., notifikasi volume daur ulang) meningkatkan kepatuhan, berdasarkan eksperimen oleh Suzuki et al. (2024) 12.

e.   Energy Recovery (Pemulihan Energi)

o   Contoh Perilaku:

o   Persepsi Kontrol (Locus of Control): Masyarakat cenderung mengabaikan 3R jika merasa kontribusi individu tidak signifikan. Studi neuropsikologi menunjukkan bahwa kampanye visual dampak PLTSa pada pengurangan TPA mampu mengubah persepsi ini 12.

f.     Disposal (Pembuangan)

o   Contoh Perilaku:

o   Bias Status Quo: Penelitian psikologi lingkungan (Zhang et al., 2023) menemukan bahwa pengenaan pajak sampah secara bertahap lebih efektif daripada larangan langsung, karena memanfaatkan loss aversion dalam teori prospek 15.

2. Kritik terhadap Posisi Energy Recovery dan Solusi Berbasis Teori Psikologi

Kritik terhadap prioritas energy recovery dalam hirarki limbah dapat dijelaskan melalui dua teori psikologi kontemporer:

a.   Teori Determinasi Diri (Self-Determination Theory)

Penempatan energy recovery di urutan ke-5 berisiko mengurangi motivasi intrinsik masyarakat. Menurut Deci & Ryan (2023), perilaku 3R memerlukan autonomy (kemandirian) dan competence (keyakinan kemampuan). Jika masyarakat percaya sampah "pasti diolah menjadi energi", mereka kehilangan rasa urgensi untuk bertindak proaktif 9. Solusinya, program edukasi harus menekankan bahwa 3R adalah langkah awal untuk meminimalkan beban PLTSa, bukan sekadar alternatif.

b. Teori Identitas Hijau (Green Identity Theory)

Penelitian terbaru oleh White et al. (2024) menunjukkan bahwa individu dengan identitas lingkungan kuat cenderung menolak solusi instan seperti energy recovery. Mereka memandang 3R sebagai bagian dari nilai diri, bukan sekadar kewajiban 12. Oleh karena itu, kampanye perlu membingkai 3R sebagai simbol identitas progresif, misalnya melalui sertifikasi "Eco-Warrior" bagi pelaku daur ulang.

Argumen untuk Mempertahankan Hirarki Konvensional

Memindahkan energy recovery ke prioritas pertama bertentangan dengan prinsip circular economy yang menekankan pencegahan limbah di sumber. Data dari Zero Waste Europe (2024) membuktikan bahwa fokus pada 3R mengurangi 65% limbah residu, sementara insinerasi hanya efektif untuk 20% sampah yang tidak terkelola 12. Selain itu, emisi karbon dari PLTSa tetap berkontribusi pada krisis iklim, sehingga tidak dapat dianggap solusi berkelanjutan 15.

Rekomendasi Kebijakan Berbasis Psikologi

1.   Intervensi Nudge Berbasis Neurosains

Memanfaatkan default effect dengan membuat opsi tanpa kemasan sebagai pilihan utama di supermarket, sesuai temuan bahwa otak cenderung memilih opsi yang paling mudah diakses 12.

2.   Gamifikasi 3R

Aplikasi berbasis goal-gradient effect (e.g., semakin banyak sampah didaur ulang, semakin dekat pencapaian hadiah) terbukti meningkatkan partisipasi 42% dalam studi oleh Chen et al. (2023) 9.

3.   Kolaborasi Komunitas dan Sektor Swasta

Program corporate social responsibility (CSR) yang melibatkan karyawan dalam proyek daur ulang meningkatkan sense of belonging, seperti diuji dalam model Social Exchange Theory 15.

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka:

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2023). Self-Determination Theory in Environmental Contexts. Journal of Environmental Psychology.

Lee, H., & Kim, S. (2024). The Role of Social Media Influencers in Promoting Zero-Waste Lifestyles. Sustainability Science.

Zero Waste Europe. (2024). Beyond Incineration: A Circular Economy Approach. Diakses dari www.zerowasteeurope.eu.

Zhang, Y., et al. (2023). Behavioral Insights for Waste Management Policies. Nature Climate Change.

 


0 komentar:

Posting Komentar