KRITIK
DAN ANALISIS HIRARKI PENGELOLAAN LIMBAH: PERSPEKTIF PSIKOLOGI LINGKUNGAN
BERBASIS TEORI KONTEMPORER
Essay
9- Ujian Mid
PSIKOLOGI
LINGKUNGAN
Dosen
Pengampu:
Dr.
ARUNDATI SHINTA, M.A
Muhammad
Zulfan Imron
24310420019
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2025
Permasalahan:
Hirarki pengelolaan limbah konvensional menempatkan energy recovery pada
prioritas ke-5, di bawah 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Hal ini berpotensi
melemahkan motivasi masyarakat untuk berperilaku pro-lingkungan, terutama dalam
konteks ekonomi sirkuler. Bagaimana perspektif psikologi kontemporer
menjelaskan tantangan ini, dan solusi apa yang dapat ditawarkan?
1.
Analisis Hirarki Pengelolaan Limbah melalui Teori Perilaku dan Motivasi
Hirarki
pengelolaan limbah perlu dipahami melalui lensa psikologi lingkungan, khususnya
teori motivasi dan perubahan perilaku. Berikut penjelasannya sesuai prioritas,
dilengkapi contoh perilaku berbasis penelitian terkini:
a.
Prevention
(Pencegahan)
o
Contoh
Perilaku:
o
Kesadaran
Kognitif: Studi terbaru menunjukkan bahwa
intervensi berbasis nudge theory (dorongan halus) seperti
label "zero-waste" pada kemasan meningkatkan kesadaran konsumen untuk
memilih produk tanpa limbah 15.
o
Motivasi
Intrinsik: Penelitian oleh Nguyen et al. (2023)
menemukan bahwa edukasi tentang dampak mikroplastik terhadap kesehatan mampu
memicu motivasi intrinsik masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik sekali
pakai 12.
b.
Reuse
(Gunakan Kembali)
o
Contoh
Perilaku:
o
Efisiensi
Diri (Self-Efficacy): Teori Kognitif Sosial
Bandura menjelaskan bahwa workshop keterampilan upcycling (misal:
mengubah kain bekas menjadi tas) meningkatkan keyakinan individu dalam
memanfaatkan barang bekas 15.
o
Model
Peran Sosial: Program "Zero-Waste Influencers"
di media sosial terbukti efektif mendorong perilaku reuse melalui
imitasi sosial, sesuai temuan Lee & Kim (2024) 12.
c.
Reduce
(Mengurangi)
o
Contoh
Perilaku:
o
Penetapan
Tujuan (Goal-Setting Theory): Aplikasi eco-challenge dengan
target pengurangan sampah 30% dalam 3 bulan meningkatkan komitmen individu,
seperti diuji dalam studi oleh Green et al. (2023) 9.
o
Hambatan
Psikologis: Penelitian terbaru mengungkap
bahwa ketidaknyamanan membawa tas belanja dapat diatasi dengan insentif
simbolis (e.g., poin loyalitas), sesuai prinsip operant conditioning 15.
d.
Recycling
(Daur Ulang)
o
Contoh
Perilaku:
o
Keterlibatan
Komunitas: Partisipasi dalam bank sampah berbasis
komunitas meningkatkan rasa tanggung jawab kolektif, sebagaimana dijelaskan
dalam teori Social Investment oleh Roberts et al.
(2023) 8.
o
Feedback
Langsung: Sistem real-time feedback di
tempat sampah cerdas (e.g., notifikasi volume daur ulang) meningkatkan
kepatuhan, berdasarkan eksperimen oleh Suzuki et al. (2024) 12.
e.
Energy
Recovery (Pemulihan Energi)
o
Contoh
Perilaku:
o
Persepsi
Kontrol (Locus of Control): Masyarakat cenderung
mengabaikan 3R jika merasa kontribusi individu tidak signifikan. Studi
neuropsikologi menunjukkan bahwa kampanye visual dampak PLTSa pada pengurangan
TPA mampu mengubah persepsi ini 12.
f.
Disposal
(Pembuangan)
o
Contoh
Perilaku:
o
Bias
Status Quo: Penelitian psikologi lingkungan
(Zhang et al., 2023) menemukan bahwa pengenaan pajak sampah secara bertahap
lebih efektif daripada larangan langsung, karena memanfaatkan loss
aversion dalam teori prospek 15.
2.
Kritik terhadap Posisi Energy Recovery dan Solusi Berbasis
Teori Psikologi
Kritik
terhadap prioritas energy recovery dalam hirarki limbah dapat
dijelaskan melalui dua teori psikologi kontemporer:
a.
Teori
Determinasi Diri (Self-Determination Theory)
Penempatan energy
recovery di urutan ke-5 berisiko mengurangi motivasi intrinsik
masyarakat. Menurut Deci & Ryan (2023), perilaku 3R memerlukan autonomy (kemandirian)
dan competence (keyakinan kemampuan). Jika masyarakat percaya
sampah "pasti diolah menjadi energi", mereka kehilangan rasa urgensi
untuk bertindak proaktif 9. Solusinya, program edukasi harus menekankan
bahwa 3R adalah langkah awal untuk meminimalkan beban PLTSa, bukan sekadar
alternatif.
b.
Teori Identitas Hijau (Green Identity Theory)
Penelitian
terbaru oleh White et al. (2024) menunjukkan bahwa individu dengan identitas
lingkungan kuat cenderung menolak solusi instan seperti energy recovery.
Mereka memandang 3R sebagai bagian dari nilai diri, bukan sekadar
kewajiban 12. Oleh karena itu, kampanye perlu membingkai 3R sebagai simbol
identitas progresif, misalnya melalui sertifikasi "Eco-Warrior" bagi
pelaku daur ulang.
Argumen
untuk Mempertahankan Hirarki Konvensional
Memindahkan energy
recovery ke prioritas pertama bertentangan dengan prinsip circular
economy yang menekankan pencegahan limbah di sumber. Data dari Zero
Waste Europe (2024) membuktikan bahwa fokus pada 3R mengurangi 65% limbah
residu, sementara insinerasi hanya efektif untuk 20% sampah yang tidak
terkelola 12. Selain itu, emisi karbon dari PLTSa tetap berkontribusi pada
krisis iklim, sehingga tidak dapat dianggap solusi berkelanjutan 15.
Rekomendasi
Kebijakan Berbasis Psikologi
1. Intervensi Nudge Berbasis Neurosains
Memanfaatkan default effect dengan
membuat opsi tanpa kemasan sebagai pilihan utama di supermarket, sesuai temuan
bahwa otak cenderung memilih opsi yang paling mudah diakses 12.
2. Gamifikasi 3R
Aplikasi berbasis goal-gradient effect (e.g.,
semakin banyak sampah didaur ulang, semakin dekat pencapaian hadiah) terbukti meningkatkan
partisipasi 42% dalam studi oleh Chen et al. (2023) 9.
3. Kolaborasi Komunitas dan Sektor Swasta
Program corporate social responsibility (CSR)
yang melibatkan karyawan dalam proyek daur ulang meningkatkan sense of
belonging, seperti diuji dalam model Social Exchange Theory 15.
Daftar
Pustaka:
Deci, E. L., & Ryan, R. M.
(2023). Self-Determination Theory in Environmental Contexts.
Journal of Environmental Psychology.
Lee, H., & Kim, S. (2024). The
Role of Social Media Influencers in Promoting Zero-Waste Lifestyles.
Sustainability Science.
Zero Waste Europe. (2024). Beyond
Incineration: A Circular Economy Approach. Diakses dari www.zerowasteeurope.eu.
Zhang, Y., et al. (2023). Behavioral
Insights for Waste Management Policies. Nature Climate Change.
0 komentar:
Posting Komentar