ESAI UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Menimbang Kembali Hirarki Pengelolaan Limbah: Antara Idealitas dan Realitas Lapangan
oleh
Nariswari Salsabiela (23310410107)
Permasalahan
Hirarki pengelolaan limbah sebagaimana digagas oleh Chowdhury et al. (2014) menunjukkan urutan prioritas penanganan limbah dari yang paling disarankan (prevention) hingga yang paling tidak disarankan (disposal). Hirarki ini bertujuan untuk meminimalkan dampak lingkungan dari limbah dengan mendorong pendekatan yang preventif dan berkelanjutan. Namun, di lapangan, banyak tantangan membuat masyarakat sulit menerapkan perilaku reduce, reuse, dan recycle (3R). Ini memicu wacana revisi terhadap hierarki tersebut, termasuk mengusulkan agar energy recovery ditempatkan sebagai prioritas utama karena dianggap lebih praktis dan efisien dalam konteks sosial-ekonomi masyarakat saat ini.
Penjelasan Hirarki Prioritas dan Contoh Perilaku
Analisis dan Kritik terhadap Hirarki
Mengkritisi posisi energy recovery di urutan kelima, beberapa kalangan menyatakan bahwa jika proses ini mampu menghasilkan listrik, maka secara logis dan praktis ia seharusnya menjadi pilihan utama. Hal ini diperkuat oleh keterbatasan masyarakat dalam memilah sampah, serta minimnya infrastruktur pengolahan sampah berbasis 3R di berbagai daerah (Wilson et al., 2012).
Namun, pendekatan ini menyimpan potensi jebakan ekologis. Mengandalkan pembakaran limbah untuk energi dapat menghasilkan polutan berbahaya seperti dioksin dan furan jika tidak dikendalikan dengan ketat (Psomopoulos et al., 2009). Selain itu, menurut UNEP (2016), terlalu dini mengandalkan energy recovery bisa memperburuk krisis lingkungan karena mengalihkan fokus dari upaya mengurangi dan mencegah timbulan limbah.
Lebih jauh, energy recovery juga menyiratkan bahwa semua sampah bisa dibakar, padahal tidak semua jenis limbah memiliki nilai kalor tinggi. Limbah organik, misalnya, lebih cocok dijadikan kompos atau biogas. Masyarakat yang tergantung pada pembakaran bisa jadi kehilangan insentif untuk memilah atau mendaur ulang (Zaman & Lehmann, 2011).
Solusi dan Rekomendasi
Solusi bijak bukan membalik hirarki, tetapi menyesuaikannya dengan pendekatan berbasis konteks lokal (context-based approach). Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
Sehingga, hirarki pengelolaan limbah tetap relevan sebagai panduan kebijakan dan perilaku, namun perlu ditafsirkan secara adaptif dan aplikatif sesuai dengan kesiapan sosial, budaya, dan teknologi lokal.
Kesimpulan
Hirarki pengelolaan limbah oleh Chowdhury et al. (2014) adalah pendekatan ideal yang menekankan pada pencegahan dan pengurangan limbah sejak awal. Kritik terhadap posisi energy recovery menggambarkan tantangan praktis dalam implementasi perilaku 3R di masyarakat. Namun, mengganti posisi energy recovery ke peringkat pertama justru berisiko memperlemah budaya sadar lingkungan. Oleh karena itu, solusi yang lebih tepat adalah memperkuat kapasitas masyarakat dan infrastruktur, bukan mengubah urutan hirarkinya.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar