HIRARKI PENGELOLAAN LIMBAH
Dalam pengelolaan limbah kita membutuhkan cara yang tepat, sebuah model konseptual yang dapat membantu individu maupun organisasi dalam mengambil keputusan melalui pedoman Hirarki Prioritas Pembuangan Limbah. Biasanya digambarkan dengan piramida enam tingkat. Mencakup enam keputusan pengelolaan limbah yang berbeda, termasuk yang diurutkan terbalik bagi lingkungan hingga yang terburuk yaitu pencegahan, penggunaan kembali, daur ulang, pemulihan, pemulihan energi, dan pembuangan. Model ini mengarahkan tentang cara memprioritaskan pengelolaan limbah.
Dimulai dari pencegahan limbah (prevention) adalah landasan utama dalam pengelolaannya, pencegahan ini mengarah pada perubahan perilaku, teknologi, dan kebijakan untuk mengurangi limbah yang dihasilkan. Berawal dari kesadaran konsumen dalam memilih produk kemasan, setidaknya desain produk yang ramah lingkungan. Produsen memproduksi bahan yang lebih efisien juga menjadi bagian dari pencegahan limbah. Contohnya, perusahaan dapat memperbarui proses produksi untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan selama proses pembuatan produk. Strategi ini bertujuan untuk mencapai proses pencegahan limbah yang tidak hanya mengurangi beban limbah, tetapi juga mengurangi tekanan terhadap lingkungan alam. Pemberlakuan hal tersebut diyakini juga berdampak pada perekonomian karena adanya penghematan biaya produksi. Oleh karena itu, pencegahan limbah tidak hanya untuk membangun lingkungan yang lebih bersih, tetapi juga untuk menciptakan perekonomian yang lebih baik.
Pemanfaatan kembali ( reuse ) adalah strategi berikutnya, dengan mengurangi limbah serta memperpanjang umur pemakaian suatu produk. Tahap ini melibatkan penggunaan kembali barang atau bahan tertentu tanpa proses pengolahan tambahan. Dengan mendaur ulang yang masih layak pakai hingga memperbaiki barang rusak. Contoh pada tingkat individu, hal ini bisa berupa mendonasikan pakaian dan barang yang tidak dikenakan kepada yang membutuhkan, atau menggunakan kembali kemasan produk untuk keperluan lain. Strategi ini menciptakan peluang untuk pengembangan ekonomi lokal, pengurangan jejak karbon. Secara keseluruhan, strategi ini tidak hanya mendukung lingkungan yang lebih bersih, tetapi juga melatih kesadaran akan pentingnya menjaga sumber daya alam.
Apabila langkah pencegahan ( prevention ) dan pemanfaatan kembali ( reuse ) tidak dapat dilakukan atau berjalan dengan baik, upaya pengurangan limbah ( reduce ) dapat dilakukan yaitu dengan meminimalisir jumlah limbah yang digunakan. Dalam merawat lingkungan, hal yang lebih baik dilakukan dengan cara mengurangi penggunaannya. Contohnya mengurangi pemakaian barang sekali pakai, jika memasak menyiapkan jumlah makanan yang dibutuhkan.
Selanjutnya, daur ulang ( recycling ) menjadi salah satu langkah utama dalam pengelolaan limbah. Prosesnya dimulai dengan pengumpulan dan pengumpulan limbah yang dapat dilakukan ulang, seperti kertas, plastik, logam, dan kaca. limbah tersebut diangkut ke fasilitas pengolahan khusus untuk diproses menjadi bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan produk baru. Daur ulang tidak hanya membantu mengurangi jumlah limbah, tetapi juga mengurangi kebutuhan sumber daya alam baru. Dengan memanfaatkan kembali, kita dapat mengurangi tekanan terhadap lingkungan dan daur ulang juga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan akibat produksi.
Langkah selanjutnya adalah pemulihan energi (energy recovery ), jika daur ulang tidak dapat dilakukan, untuk pemulihan energi atau material dari limbah ini dapat diperoleh melalui proses pembakaran, pencernaan anaerobik, gasifikasi, pirolisis. Ketika energi sudah bergetar, dapat disalurkan ke perekonomian atau dialirkan kembali ke jaringan listrik. Ini seharusnya pilihan terakhir bagi pengepul tekstil.
Pembuangan ( disposal ) adalah cara terakhir jika semua cara gagal, untuk bahan-bahan yang tidak dapat digunakan kembali, didaur ulang, dan berdoa untuk energi, akan dibuang ke tempat pembuangan akhir dan dibakar (tanpa pemulihan energi). Metode pengelolaan limbah ini tidak berkelanjutan karena limbah yang berada di tempat pembuangan akhir dapat menimbulkan dampak yang merusak lingkungan.
Keberadaan pemulihan energi ( energy recovery ) pada posisi kelima membuat perilaku 3R menjadi sulit dilakukan karena banyak yang berpikir bahwa lebih bijak tahap ini menjadi yang pertama. Komentar pribadi dari saya, alangkah baiknya sejak awal kita melakukan pencegahan dengan tujuan untuk mengurangi penggunaan sumber daya alam dan mengurangi dampak rusaknya lingkungan akibat kegiatan produksi.
0 komentar:
Posting Komentar