Esay UTS Psikologi LingkunganDosen Pengampu DR.,DRA., Arundati Shinta, MA. Pengelolaan Limbah Dalam Era Darurat Food Waste
Nama : Diah Nurul Khazanah
NIM : 23310410105
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Berdasarkan Hirarkhi prioritas pengelolaan limbah Sumber:
Chowdhury et al., 2014)
Digambarkan mengenai pengelolaan limbah dengan 6 langkah
dimulai dari pencegahan yaitu mencegah timbulnya timbunan sampah terutama
dikota yang memiliki populasi penduduk yang besar seperti kota Yogyakarta. Dikota
jogja yang notabene nya sebagai kota pelajar banyak perantau yang datang menuju
ke kota jogja tentu saja akan menimbulkan semakin banyaknya sampah yang
dihasilkan. Mengacu kepada teori pengelolaan sampah dengan Langkah pertama
yaitu :
Prevention ( pencegahan )
Sebagai prioritas utama dalam penanganan sampah saat ini sistem pangan global sedang mengalami permasalahan pemborosan makanan atau food waste yaitu merupakan suatu peristiwa yang menjalar dimasyarakat dalam waktu terakhir yang berdampak pada sosial,ekonomi maupun lingkungan yang ditimbulkan dari pemborosan makanan dan tentunya akan berpengaruh kepada menghasilkan banyaknya sampah. Setiap harinya sampah dikota jogja mencapai 300 ton yang didominasi oleh sampah organic sisa makanan dari rumah makan atau restoran yang bersumber kepada data dari Kementrian Lingkungan Hidup bahwa jenis sampah didominasi oleh limbah makanan.
Lalu bagaimana kita mencegah hal tersebut?
Yang pertama kita membuat perencanaan bahan baku makanan
yang akan kita olah sebagai konsumsi sehari hari memastikan hanya membeli dan
memasak apa yang kita butuhkan saja.
Yang kedua perhatikan takaran porsi yang kita masak agar
sesuai dengan jumlah orang yang akan makan sehingga mencegah sisa makanan
terbuang.
Reuse (penggunaan Kembali)
Setelah pencegahan Langkah berikutnya adalah reuse atau
penggunaan Kembali atau pemanfaatan barang yang sudah ada.
Yang pertama kita bisa memanfaatkan sisa bahan makanan untuk
membuat makanan baru atau kita bisa membuat pupuk kompos dari sisa makanan
Yang kedua kitab isa donasikan makanan yang masih layak
konsumsi untuk orang lain yang membutuhkan.
Reduce (Pengurangan)
Reduce berarti mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan
dengan cara bijak dalam mengkonsumsi ataupun membeli bahan makanan.
Yang pertama bisa kita lakukan adalah membeli bahan makanan
dengan bentuk yang dapat kita gunakan dalam waktu yang lama contohnya kita bisa
memaksimalkan metode penyimpanan bahan makanan agar menjadi lebih awet dan
tidak ada yang terbuang karena bahan makanan tersebut telah mengalami kerusakan.
Yang kedua membuat
makanan sendiri mulai dari bercocok tanam, hingga mengolah tanaman tersebut
agar layak dikonsumsi
Recycling (Daur Ulang)
Proses pengelolaan limbah menjadi bahan baru agar bisa
digunakan Kembali contohnya mengolah sampah sisa sisa makanan menjadi pupuk
kompos baik padat maupun cair
Memanfaatkan sisa makanan sebagai pakan ternak untuk
ayam,lele,maupun sapi atau magot
Energy Recovery (Pemulihan Energi)
Mengolah limbah menjadi energi melalui proses termal seperti pembakaran di Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Mengelola sampah organic menjadi pembangkit Listrik
Mengubah sampah organic sebagai biomassa menjadi biogas dan
dimanfaatkan sebagai bahan bakar memasak rumah tangga
Disposal (Pembuangan/Pemusnahan) – Paling Tidak Disarankan
Membuang limbah ke TPA atau dibakar tanpa pemanfaatan lebih
lanjut sehingga dapat menyebabkan timbunan sampah rumah tangga ke tempat
pembuangan akhir. Lalu yang kedua Membakar sampah sembarangan yang bisa menyebabkan
polusi udara.
Tanggapan mengenai kritik atas peringkat energy recofery
Walaupun pembakaran sampah merupakan Solusi yang praktis
tetapi banyak menimbulkan permasalahan yang lain seperti menipisnya lapisan
ozon diatmosfer bumi pendekatan ini kurang tepat jika energy recovery
ditempatkan sebagai prioritas utama. Berikut alasan saya: Proses energy
recovery seperti insinerasi menghasilkan emisi gas rumah kaca dan polutan,
meskipun sudah dilengkapi sistem pengendalian emisi. Pembakaran merusak nilai
sumber daya. Limbah yang bisa dijadikan kompos, didaur ulang, atau digunakan
kembali, jika langsung dibakar, akan kehilangan nilai ekonominya. Mendorong
kebiasaan konsumtif terlebih Jika
masyarakat tahu semua sampah akan dibakar jadi energi, maka motivasi untuk
mengurangi, menggunakan kembali, atau mendaur ulang akan menurun.Sebaliknya,
hirarki Chowdhury et al. mendorong pendekatan preventif dan berkelanjutan.
Mengurangi produksi limbah dan menggunakan kembali lebih hemat energi
dibandingkan membakar limbah untuk menghasilkan energi. Namun, kritik tersebut
bermanfaat sebagai pengingat bahwa: Infrastruktur dan edukasi masyarakat soal
3R harus ditingkatkan. Energy recovery tetap penting, terutama untuk limbah
yang tidak bisa diolah dengan 3R. Fleksibilitas lokal diperlukan di wilayah
dengan keterbatasan fasilitas daur ulang, energy recovery bisa lebih dominan
perannya.
Daftar Pustaka
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) Analisis
Peran Limbah Sayuran dan Limbah Cair Tahu pada Produksi Biogas Berbasis Kotoran
Sapi I. Ghevanda, Triwikantoro Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
Khazanah Intelektual Volume 7 Nomor 2 Tahun 2023 PERILAKU
ZERO WASTEDAN DAMPAKNYA PADA KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN DI INDONESIAThe Effect of
Zero Waste Behavior on Environment Sustainability in IndonesiaNur Pratiwi1
1BINUS University,Malang, East
dspace.uii.ac.id/handle/123456789/dspace.uii.ac.id/123456789/50574
Identifikasi Penyebab Utama Limbah Makanan di Restoran Kota Jogja Melalui
Pendekatan DPSIR dan Swara. 2024 Vina
Nabila
0 komentar:
Posting Komentar