ida Karunia Nafisah 23310410099
Fakultas Psikologi Prodi Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu Dr. Arundati Shinta .,M A
Hirarki ini menunjukkan bagaimana sampah seharusnya dikelola, dari yang paling disarankan hingga yang paling tidak diinginkan.
Prevention (Pencegahan) Mencegah terbentuknya limbah sejak awal. Contoh 1: Menggunakan botol minum dan tas belanja yang dapat digunakan kembali untuk mengurangi sampah plastik. Contoh 2: Menghindari pembelian produk dengan kemasan berlebihan dan atau membawa kemasan sendiri dari rumah Contoh 3 :Menggunakan barang tahan lama daripada sekali pakai – Misalnya, memilih botol minum stainless dibandingkan botol plastik sekali pakai, atau memakai serbet kain daripada tisu
Reuse (penggunaan ulang) – Memanfaatkan kembali barang daripada langsung membuangnya. Contoh 1: Menggunakan pakaian bekas untuk dibuat menjadi kain perca. Contoh 2: Mengisi ulang botol untuk penggunaan ulang. Contoh 3 : Menggunakan kembali kardus bekas untuk keperluan penyimpanan
Reduce (Pengurangan)– Mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Contoh 1: Membeli produk dalam jumlah besar untuk mengurangi kemasan. Contoh 2: Menggunakan e-book atau dokumen digital daripada mencetak kertas.
Recycling (Daur Ulang) – Memproses kembali material untuk menjadi produk baru. Contoh 1: Mendaur ulang kertas bekas menjadi kertas daur ulang. Contoh 2: Mengolah plastik bekas menjadi produk seperti pot tanaman.
Energy Recovery (Pemulihan Energi) – Memanfaatkan sampah sebagai sumber energi. Contoh 1: Menggunakan sampah organik untuk menghasilkan biogas Contoh 2: Mengubah limbah menjadi RDF (Refuse Derived Fuel) untuk digunakan di industri semen.
Disposal (Pembuangan) Langkah terakhir dan paling tidak disarankan, yaitu membuang limbah ke TPA atau membakarnya tanpa pemanfaatan energi. Contoh 1: Menimbun sampah di tempat pembuangan akhir. Contoh 2: Membakar sampah di tempat terbuka, yang menyebabkan polusi udara
2) Kritik terhadap Posisi Energy Recovery dalam Hirarki
Kritik yang menyebutkan bahwa Energy Recovery sebaiknya menjadi prioritas utama memang menarik untuk dipertimbangkan, tetapi juga memiliki tantangan besar. Jika masyarakat berpikir bahwa semua sampah bisa langsung dijadikan energi, maka mereka cenderung tidak akan menjalankan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Padahal, langkah-langkah dalam 3R memiliki dampak lebih besar dalam mengurangi jumlah limbah daripada hanya mengubahnya menjadi energi.
Menjadikan Energy Recovery sebagai prioritas pertama juga dapat menciptakan ketergantungan pada teknologi pembakaran, yang belum tentu selalu efisien dan ramah lingkungan. Pembakaran sampah untuk energi memang bisa dilakukan, tetapi bukan semua jenis sampah memiliki nilai kalor yang cukup tinggi untuk menghasilkan energi secara optimal. Selain itu, ada potensi dampak lingkungan dari proses pembakaran itu sendiri, seperti emisi gas rumah kaca.
Sebaliknya, dengan menempatkan Energy Recovery pada peringkat kelima, sistem ini mendorong masyarakat untuk lebih dulu menjalankan 3R, sehingga jumlah sampah yang masuk ke pengolahan energi tetap terkendali dan hanya digunakan jika opsi lain tidak memungkinkan.
Namun, pemikiran untuk menciptakan produk ekonomi sirkular dari sisa Energy Recovery tetap merupakan gagasan yang bagus . jika langkah ini dapat diterapkan lebih luas lagi. maka masyarakat akan tetap memiliki dorongan untuk mengelola sampah dengan cara yang lebih berkelanjutan. sebuah pendekatan yang menggabungkan konsep sirkular dengan pemanfaatan energi bisa menjadi solusi terbaik
0 komentar:
Posting Komentar