Rabu, 21 Mei 2025

ESSAY-2 MELAKUKAN WAWANCARA DISONASI KOGNITIF

                                                                     

ESSAI 2 - WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF

Judul: Rendahnya Kesadaran Diri: Studi Singkat tentang Disonansi Kognitif pada Perokok


Istianah

Mata Kuliah Psikologi Inovasi

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45

Tahun 2025

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A

Merokok telah lama dikenal sebagai aktivitas yang membahayakan kesehatan. Informasi mengenai dampak negatif merokok tersebar luas melalui berbagai media, pendidikan kesehatan, hingga peringatan pada bungkus rokok. Namun, fenomena menarik muncul ketika individu yang menyadari bahaya merokok tetap melanjutkan kebiasaan tersebut. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui konsep disonansi kognitif, yaitu ketidaknyamanan psikologis yang muncul akibat adanya konflik antara pengetahuan dan perilaku.

 

Untuk memahami lebih dalam mengenai disonansi kognitif pada perokok, dilakukan wawancara singkat dengan seorang individu yang memiliki kebiasaan merokok. Wawancara ini bertujuan untuk menggali alasan di balik perilaku merokok meskipun mengetahui risiko kesehatannya.

 

Alfin, seorang pria berusia 26 tahun, mengungkapkan bahwa ia mulai merokok sejak usia remaja. Ketika ditanya alasan merokok, ia menjawab, "Merokok membantu saya merasa rileks dan fokus, terutama saat bekerja." Saat ditanya apakah ia mengetahui bahaya merokok, ia menjawab, "Tentu, saya tahu merokok bisa menyebabkan kanker, penyakit jantung, dan lainnya." Namun, ia tetap melanjutkan kebiasaannya karena merasa sulit untuk berhenti dan merokok sudah menjadi bagian dari rutinitasnya.

 

Dari wawancara tersebut, terlihat jelas adanya disonansi kognitif. Responden menyadari bahaya merokok namun tetap melanjutkan kebiasaan tersebut. Untuk mengurangi ketidaknyamanan psikologis, ia merasionalisasi perilakunya dengan menyatakan bahwa merokok membantunya merasa rileks dan fokus. Ini sejalan dengan teori disonansi kognitif yang dikemukakan oleh Leon Festinger, di mana individu berusaha mengurangi disonansi dengan mengubah kognisi atau menambahkan kognisi baru yang mendukung perilaku mereka.

 

Fenomena disonansi kognitif pada perokok menunjukkan bahwa pengetahuan tentang bahaya merokok tidak selalu cukup untuk mengubah perilaku. Perilaku manusia sering kali dipengaruhi oleh faktor emosional, kebiasaan, dan kenyamanan jangka pendek. Oleh karena itu, pendekatan untuk mengurangi kebiasaan merokok harus mempertimbangkan aspek psikologis dan emosional, tidak hanya memberikan informasi tentang bahaya merokok.

 

Esai ini disusun berdasarkan wawancara dan analisis terhadap fenomena disonansi kognitif pada perokok, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai konflik antara pengetahuan dan perilaku dalam konteks kebiasaan merokok.

 



0 komentar:

Posting Komentar