Senin, 12 Mei 2025

ESAI 9 - UTS

 

Essai 9 : Ujian Tengah Semester

Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.


Nama    : Farida Nurul Husna

NIM       : 23310410124

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

Pendekatan Psikologi Lingkungan terhadap Isu Pengelolaan Limbah

    Permasalahan sampah merupakan salah satu isu terbesar hampir di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan / atau dari proses alam yang berbentuk padat (suyoto, 2008). Sampah merupakan benda yang tidak terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia, tetapi bukan karena sampahnya melainkan bagaimana mengelola sampah tersebut. Bukan lagi sekedar isu kebersihan, tetapi menjadi tantangan serius dalam upaya berkelanjutan. Dengan pertambahan populasi penduduk di Indonesia juga menyebabkan peningkatan aktivitas dan konsumsi masyarakat yang tidak ramah lingkungan, sehingga lebih banyak volume sampah yang dihasilkan. Permasalahannya adalah bagaimana Masyarakat memperlakukan sampah? Apakah ada kesadaran dari Masyarakat untuk pengelolaan sampah yang baik, bahkan bukan hanya sekedar pengelolaannya saja tetapi apakah fasilitas di setiap wilayah sudah memadai untuk menampung volume sampah yang setiap hari bertambah.

Fenomena ini jika tidak ditindaklanjuti dapat menimbulkan dampak nyata terutama di TPA (Tempat Pembuangan Sampah) dan wilayah terdekat yang terdampak seperti penyumbatan saluran air bahkan mencemari sungai dan laut. Sampah juga dapat menimbulkan masalah kesehatan di lingkungan tempat kita tinggal. Penyakit akan lebih mudah datang apabila tempat tersebut kotor. Salah satu yang dapat dilakukan untuk menanggulangi sampah yaitu dengan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Sebenarnya sudah banyak edukasi terkait pengelolaan sampah, tetapi tantangan nyatanya adalah bagimana merubah mindset Masyarakat terhadap sampah.

            Berikut penjelasan hierarki pengelolaan limbah berdasarkan urutan prioritas :

1.       1. Prevention (pencegahan) merupakan prioritas tertinggi, yaitu mencegah timbulnya sampah sejak awal.

Contoh :

 - menghindari pembelian produk yang menghasilkan banyak sampah yang sekali pakai

- mengguakan produk yang dapat diisi ulang seperti wadah sabun isi ulang dan botol refiil.

2.       Reuse (penggunaan kembali), yaitu menggunakan kembali barang yang masih bisa dipakai

Contoh :

-          Menjual barang bekas yang masih layak kepada yang membutuhkan

-          Menggunakan kembali wadah yang masih bisa digunakan, seperti botol plastik dan toples

3.     2.   Reduce (mengurangi), yaitu mengurangi sampah yang dihasilkan

Contoh :

-          Menghindari penggunaan produk dari bahan yang sekali pakai, seperti kantong plastik

-          Memilih produk yang mudah untuk di daur ulang atau yang ramah lingkungan

4.    3.    Recycling (daur ulang) adalah mengolah sampah menjadi produk baru yang bermanfaat

Contoh :

-          Mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos

-          Mengolah sampah anorganik seperti botol dijadikan kerajinan tempat pensil, pot, atau celengan

5.   4.    Energy Recovery (pemanfaatan energi), yaitu mengubah sampah menjadi sumber energi, seperti melalui PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)

Contoh :

-          Sampah organic yang tidak bisa dijadikan kompos bisa dialihkan ke instalasi biogas

-          Memilah sampah agar dapat diproses lebih lanjut menjadi bahan bakar

6.   5.   Disposal (pemusnahan), yaitu pembuangan akhir limbah yang tidak bisa diproses lebih lanjut

Contoh :

-          Menjadikan pemilahan sebagai Upaya mengurangi limbah yang masuk ke tahap ini

-          Membuang residu sampah yang tidak bisa diolah lagi ke TPA.

 

Berdasarkan beberapa jurnal yang saya baca mengenai hierarki pengelolaan sampah yang menempatkan pemulihan energi menjadi peringkat kelima, secara tidak langsung menstimulasi Masyarakat berpikir bahwa untuk apa melakukan 3R jika akhirnya sampah tersebut dibakar untuk menghasilkan energi. Cara terbaik mengelola sampah seharusnya disesuaikan dengan kondisi wilayah, misalnya jenis sampah, cuaca, dan teknologi yan tersedia.

Beberapa kasus orang memaksakan sistem daur ulang atau kompos padahal tidak efisien, mahal, dan sulit dilakukan untuk beberapa beberapa Masyarakat yang bahan dan fasilitas kurang memadai. Pendekatan yang lebih fleksibel bukan hanya fokus pada satu cara, tetapi menggabungkan berbagai metode sesuai dengan kebutuhan dan fasilitas yang ada. Ini termasuk memberi ruang untuk mengubah sampah menjadi energi, apalagi jika metode lain tidak cocok atau sulit dilakukan.

 

 

Daftar Pustaka :

Juliandi. (2023). Model Pengelolaan Sampah berbasis Sistem Reduce-Reuse-Recycle (3R) di TPS 3R Desa Baktiseraga. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha10(3), 301–307. https://doi.org/10.23887/jjpg.v10i3.50529

Eprianti, N., Himayasari, N. D., Mujahid, I., & Srisusilawati, P. (2021). Analisis Implementasi 3R pada Pengelolaan Sampah. Jurnal Ecoment Global, Vol. 6 No. 2, Agustus 2021, hlm. 179–184. P-ISSN: 2540-816X | E-ISSN: 2685-6204. Universitas Islam Bandung.

[https://doi.org/10.35908/jeg.v6i2.1437] 

Traven, L. (2019). Circular economy and the waste management hierarchy: Friends or foes of sustainable economic growth? A critical appraisal illustrated by the case of the Republic of Croatia. Waste Management & Research, 37(1), 1–2. https://doi.org/10.1177/0734242X18818985


0 komentar:

Posting Komentar