Essai 9 : Ujian
Tengah Semester
Psikologi
Lingkungan
Dosen Pengampu:
Dr., Dra. Arundati Shinta, MA.
Nama : Farida Nurul Husna
NIM : 23310410124
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Pendekatan Psikologi Lingkungan terhadap Isu Pengelolaan Limbah
Permasalahan sampah merupakan salah satu isu terbesar hampir di seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan / atau dari proses alam yang berbentuk padat (suyoto, 2008). Sampah merupakan benda yang tidak terlepas dari kegiatan sehari-hari manusia, tetapi bukan karena sampahnya melainkan bagaimana mengelola sampah tersebut. Bukan lagi sekedar isu kebersihan, tetapi menjadi tantangan serius dalam upaya berkelanjutan. Dengan pertambahan populasi penduduk di Indonesia juga menyebabkan peningkatan aktivitas dan konsumsi masyarakat yang tidak ramah lingkungan, sehingga lebih banyak volume sampah yang dihasilkan. Permasalahannya adalah bagaimana Masyarakat memperlakukan sampah? Apakah ada kesadaran dari Masyarakat untuk pengelolaan sampah yang baik, bahkan bukan hanya sekedar pengelolaannya saja tetapi apakah fasilitas di setiap wilayah sudah memadai untuk menampung volume sampah yang setiap hari bertambah.
Fenomena ini jika tidak ditindaklanjuti dapat menimbulkan dampak nyata terutama di TPA (Tempat Pembuangan Sampah) dan wilayah terdekat yang terdampak seperti penyumbatan saluran air bahkan mencemari sungai dan laut. Sampah juga dapat menimbulkan masalah kesehatan di lingkungan tempat kita tinggal. Penyakit akan lebih mudah datang apabila tempat tersebut kotor. Salah satu yang dapat dilakukan untuk menanggulangi sampah yaitu dengan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Sebenarnya sudah banyak edukasi terkait pengelolaan sampah, tetapi tantangan nyatanya adalah bagimana merubah mindset Masyarakat terhadap sampah.
Berikut penjelasan hierarki pengelolaan limbah berdasarkan
urutan prioritas :
1. 1. Prevention (pencegahan) merupakan prioritas
tertinggi, yaitu mencegah timbulnya sampah sejak awal.
Contoh :
-
menghindari pembelian produk yang menghasilkan banyak sampah yang sekali pakai
- mengguakan produk yang dapat diisi ulang
seperti wadah sabun isi ulang dan botol refiil.
2.
Reuse (penggunaan kembali), yaitu menggunakan
kembali barang yang masih bisa dipakai
Contoh :
-
Menjual barang bekas yang masih layak kepada
yang membutuhkan
-
Menggunakan kembali wadah yang masih bisa
digunakan, seperti botol plastik dan toples
3. 2. Reduce (mengurangi), yaitu mengurangi sampah
yang dihasilkan
Contoh :
-
Menghindari penggunaan produk dari bahan yang
sekali pakai, seperti kantong plastik
-
Memilih produk yang mudah untuk di daur ulang
atau yang ramah lingkungan
4. 3. Recycling (daur ulang) adalah mengolah sampah
menjadi produk baru yang bermanfaat
Contoh :
-
Mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos
-
Mengolah sampah anorganik seperti botol
dijadikan kerajinan tempat pensil, pot, atau celengan
5. 4. Energy Recovery (pemanfaatan energi), yaitu mengubah
sampah menjadi sumber energi, seperti melalui PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah)
Contoh :
-
Sampah organic yang tidak bisa dijadikan kompos bisa
dialihkan ke instalasi biogas
-
Memilah sampah agar dapat diproses lebih lanjut
menjadi bahan bakar
6. 5. Disposal (pemusnahan), yaitu pembuangan akhir
limbah yang tidak bisa diproses lebih lanjut
Contoh :
-
Menjadikan pemilahan sebagai Upaya mengurangi
limbah yang masuk ke tahap ini
-
Membuang residu sampah yang tidak bisa diolah
lagi ke TPA.
Berdasarkan beberapa jurnal yang saya baca mengenai hierarki pengelolaan sampah yang menempatkan pemulihan energi menjadi peringkat kelima, secara tidak langsung menstimulasi Masyarakat berpikir bahwa untuk apa melakukan 3R jika akhirnya sampah tersebut dibakar untuk menghasilkan energi. Cara terbaik mengelola sampah seharusnya disesuaikan dengan kondisi wilayah, misalnya jenis sampah, cuaca, dan teknologi yan tersedia.
Beberapa kasus orang memaksakan sistem daur ulang atau kompos padahal
tidak efisien, mahal, dan sulit dilakukan untuk beberapa beberapa Masyarakat yang
bahan dan fasilitas kurang memadai. Pendekatan yang lebih fleksibel bukan hanya
fokus pada satu cara, tetapi menggabungkan berbagai metode sesuai dengan
kebutuhan dan fasilitas yang ada. Ini termasuk memberi ruang untuk mengubah
sampah menjadi energi, apalagi jika metode lain tidak cocok atau sulit
dilakukan.
Daftar Pustaka :
Juliandi. (2023). Model
Pengelolaan Sampah berbasis Sistem Reduce-Reuse-Recycle (3R) di TPS 3R Desa
Baktiseraga. Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha, 10(3),
301–307. https://doi.org/10.23887/jjpg.v10i3.50529
Eprianti, N., Himayasari, N. D.,
Mujahid, I., & Srisusilawati, P. (2021). Analisis Implementasi 3R pada
Pengelolaan Sampah. Jurnal Ecoment Global, Vol. 6 No. 2, Agustus
2021, hlm. 179–184. P-ISSN: 2540-816X | E-ISSN: 2685-6204. Universitas Islam
Bandung.
[https://doi.org/10.35908/jeg.v6i2.1437]
Traven, L. (2019).
Circular economy and the waste management hierarchy: Friends or foes of
sustainable economic growth? A critical appraisal illustrated by the case of
the Republic of Croatia. Waste Management & Research, 37(1), 1–2. https://doi.org/10.1177/0734242X18818985
0 komentar:
Posting Komentar