Jumat, 26 Maret 2021

Irigasi Air Sebagai Sumber Kehidupan Budidaya Tumpangsari

     Elyza Alvinna Mu’arif  (20310410074) 

Dosen Pembimbing : Dr. Arundati Shinta, M. A

   Ujian Tengah Semester 2 Psikologi Sosial

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta





Tumpangsari adalah bentuk pola tanam yang membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman dalam satuan waktu tertentu, dan tumpangsari ini merupakan suatu upaya dari program intensifikasi pertanian dengan tujuan untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, dan menjaga kesuburan tanah (Prasetyo, Sukardjo, dan Pujiwati, 2009). Jumin, 2002 dalam Marliah, Jumini, Jamilah (2010) menyatakan bahwa tujuan dari sistem tanam tumpang sari adalah untuk mengoptimalkan penggunaan hara, air, dan sinar matahari seefisien mungkin untuk mendapatkan produksi maksimum. Tumbuhan yang ditanam umumnya seperti, cabai,tomat, kubis, bawang merah, daun bawang, dan lain sebagainya. 

Selain itu, karena satu kali pergiliran tanaman, tumpangsari juga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tidak hanya itu, tumpang sari juga dapat meminimalisir biaya produksi karena kedua tanaman tersebut ditanam di lahan yang sama. Tentunya dalam penanaman tumpangsari membutuhkan irigasi air guna untuk penunjang penting dalam meningkat produk pertanian. Misalnya seperti irigasi di Kecamatan Sumowono, Jawa Tengah mencapai 617,26 ( Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang).

Pada prinsipnya irigasi adalah usaha manusia untuk mengambil air dari sumber air, membuangnya ke saluran air yang dialokasikan untuk persawahan menyediakan air untuk tanaman, kemudian membuang kelebihan air tersebut ke dalam jaringan pipa air limbah.
Pasokan air irigasi harus didasarkan pada kebutuhan berikut. 
Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lokasi: Setiap kabupaten irigasi memiliki karakteristik kebutuhan airnya sendiri
2. Tergantung pada jenis tanah dan iklim (evapotranspirasi) 
3. Curah hujan efektif 
4. Kuantitas: Setiap daerah irigasi memiliki luas area dan usaha budidaya yang berbeda.
5. Waktu: setiap tahap pertumbuhan tanaman (tahap bercocok tanam,pertumbuhan dan panen) 
6. Memiliki kebutuhan air yang berbeda.
7. Kualitas: Air irigasi harus memenuhi standar kualitas irigasi.

Akan tetapi, penerapan model tanam tumpangsari tentu saja bermasalah, yaitu kerusakan fisik pada tanah. Kerusakan fisik ini dapat mengakibatkan rusaknya unsur mineral seperti boron, klorin, kobalt, besi, mangan, magnesium, molibdenum, zink dan sulfur.

Salah satu upaya untuk mengatasi kerusakan sifat fisik tanah adalah melalui perbaikan tanah. Kerusakan sifat fisik tanah biasanya disebabkan oleh kerusakan struktur tanah. Untuk dapat memperbaiki kerusakan sifat fisik tanah, maka dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengolahan secara teratur untuk menghindari pergerakan tanah
2. Meningkatkan kandungan bahan organik tanah melalui daun-daun mati dan vegetasi penutup lahan
3. Meningkatkan keanekaragaman tanaman untuk memperbaiki sistem distribusi perakaran.

Oleh karena itu, dalam budidaya tumpangsari tentunya membutuhkan irigasi pengelolaan air. Karena air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi pertanian.

Referensi : 

Prasetyo, Sukardjo, E. I., Pujiwati, H., 2009. Produktivitas Lahan dan NKL pada Tumpangsari Jarak Pagar dengan Tanaman pangan. J. Akta Agrosia Vol. 12 (1): 51 ±

Marliah, A., Jumini, Jamilah, 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan pada Sistem 
Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang Merah terhadap Pertumbuhan dan Hasil. J. Agrista Vol. 14 (1): 30 ± 38. 

Jurnal irigasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Maret 2014 Vol. 13 (1)
Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang 

https://semarangkab.bps.go.id/statictable/2015/12/17/98/luas-penggunaan-lahan-pertanian-sawah-menurut-kecamatan-dan-jenis-pengairan-irigasi-di-kabupaten-semarang-tahun-2018-ha-.html 

https://dinosgrow.com/kandungan-unsur-tanah-yang-baik 



0 komentar:

Posting Komentar