Peran
Mahasiswa Psikologi Dalam Era Pandemi
Oleh :
Shafadita
Putri Trisdianty ( NIM 20310410042 )
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dimulainya
tahun 2021 sebagai harapan untuk seluruh penghuni dunia, selain pandemic yang
belum dapat terselesaikan secara massive, namun adanya sebuah penanganan cepat
adalah salah satu usaha untuk memberikan harapan yang lebih bagi kelangsungan
hidup umat manusia, dengan ini perubahan yang terjadi selama era pandemi lebih
bisa diproyeksikan akan selesai lebih cepat.
Hadir
dengan harapan, begitulah kira-kira yang biasa kita lakukan setiap awal tahun,
walaupun dengan keadaan dan realitas yang sangat mencederai hati dan pikiran,
kita tetap ingin berusaha untuk menunjukkan kasih sayang sebagai manusia, untuk
sesama, untuk saling menyemangati bahwa kita akan baik-baik saja.
Kehidupan
hari ini membuat umat manusia sangat berat, banyaknya fenomena depresi yang muncul diakibatkan banyaknya cobaan
bencana alam, namun di sisi lain dengan beratnya tuntutan kehidupan yang
melatar belakangi kehidupan generasi yang baru ini, era pasar bebas, terbukanya
media sosail, dan tuntutan ekonomi yang mereka hadapi sehari hari, menjadikan
mental health era ini lebih cenderung lemah dan tidak mandiri secara mental.
Gangguan
mental menurut World Health Organization (WHO)
adalah kondisi kesejahteraan seseorang untuk menyadari kemampuanya sendiri,
dapat mengatasi kehidupan yang normal, dan dapat bekerja secara produktif dan
dapat memebrikan dampak yang baik terhdap komunitasnya (WHO, 2001). Maka pada
dasarnya kehidupan normal dari manusia adalah dapat mengendalikan dirinya
dengan sadar dan tidak merasa cemas akan kemampuan dirinya sendiri, kemampuan
itu adalah sebuah proses yang dimana dirinya dapat memeberikan manfaat bagi
lingkungan sekitarnya tanpa terkecuali.
Pada
hal ini tentunya sebagai mahasiswa pskologi dituntut untuk membantu teman-teman
kita yang mengalami gangguan tersebut, karena pada prinsipnya kita sebagai yang
mendalami kesehatan mental harus membantu sesama, dengan cara menemani mereka
yang sedang survive menghadapi tantangan era pandemic ini. Kehidupan sehari
hari kita hari ini akan selau dipertemukan dengan pola-pola manusia yang sangat
tertekan dengan tuntutan kehidupan, pola-pola yang menghantarkan manusia ke
dalam tekanan mental yang sangat tinggi, dimulai dengan bentuk tuntutan kerja
yang tidak balance dengan kesehatan
tubuh, tuntutan menyelesaikan pekerjaan yang melebihi jam kerja, tuntutan
ekonomi dalam pemasukan tidak sepadan dengan pengeluaran, dan tentunya
kebutuhan sosialita yang terkadang untuk sebagian orang dianggap sangat
penting.
Hal
ini yang mengakibatkan faktor kesahatan mental sangat terganggu, selau menuntut
diri menjadi lebih hebat dengan orang lain, walaupun tentunya hal itu tidak
penting untuk dilakukan. Hakikatnya manusia diciptakan dengan segala bentuk
kebaikan, namun dalam peranannya kebaikan itu ingin dimiliki oleh satu orang
individu itu sendiri, dorongan kepedulian terhadap orang lain hanya dapat kita
temui pada sebagian kecil dari manusia (Ayuningtyas, Misnaniarti, Rayhani,
2018).
Inilah
sebuah tantangan bagi manusia itu sendiri, membawa kebajikan di muka bumi,
menularkan rasa kebaikan bagi manusia yang lain, bentuk yang sederhana, tanpa
perlu mengeluarkan biaya, hanya kebutuhan nurani yang ditonjolkan, bentuk
sederhana dari pergolakan kehidupan manusia. Alangkah indahnya dunia jika
manusia dapat menerapkan kebaikan yang abadi, namun tentunya dengan sifat
egosentris yang lebih menonjol pada hari hari ini, maka ada sebuah tuntutan
bagi manusia yang lain untuk mendorong akan hal itu.
Siapa
lagi yang bisa merubah kehidupan itu jika bukan manusia itu sendiri, karena
dengan perubahan yang dihasilkan oleh diri sendiri cenderung menonjolkan budaya
yang partisipatif dan kolektif, dua hal ini berkaitan dengan pembenahan
kehidupan yang lebih cenderung manusiawi dan tidak memaksa manusia untuk
memakan manusia yang lain.
Lalu
tugas kita sebagai seorang mahasiswa psikologi adalah mendorong akan perubahan
itu, dan cenderung mendorong mereka untuk menyelesaikan persoalan mental mereka
secara mandiri, karena manusia diciptakan untuk hidup secara sosial, yang akan selalu
membutuhkan manusia lain. Bentuk pertolongan itu hanya cukup untuk mendorong
mereka lebih berani menghadapi tantangan zaman, karena sama seperti yang saya
paparkan di atas, perubahan yang baik adalah perubahan yang dimuali dari diri
mereka masing-masing.
Tanpa
perlu mengecilkan semangat mereka unutk berjuang, kita mampu untuk saling
membantu untuk memunculkan kebaikan dalam diri seorang manusia, karena semua
manusia mampu akan bangkit dan menghadapi tantangan itu, kita hanya sebagai
jemabatan untuk memberikan mereka sebuah kompas atau petunjuk jalan, agar
mereka yang membutuhkan tidak tersesat saat memilih jalan hidup.
Daftar Pustaka
WHO. Basic Documents. 43rd Edition. Geneva: World Health Organization. 2001.
Ayuningtyas, Misnaniarti, Rayhani. (2018), Analisis Situasi Kesehatan Mental
Pada Masyarakat Indonesia Dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):1-10
0 komentar:
Posting Komentar