Kamis, 18 Maret 2021

Strategi Atasi Permasalahan Air di Desa Wonosemi

 

Strategi Atasi Permasalahan Air di Desa Wonosemi

UJIAN TENGAH SEMESTER PSIKOLOGI SOSIAL I

(Semester Genap 2020/2021)

 

Rifa Rufianti (20310410053)

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A

 



    Bertani adalah mayoritas pekerjaan yang diemban warga desa Wonosemi. Kebanyakan dari mereka menanam padi, jagung, dan tembakau. Untuk menanam padi tentu saja memerlukan pasokan air yang cukup untuk mengairi lahan mereka. Berbeda halnya dengan jagung atau tembakau yang hanya memerlukan air seucukupnya, tidak perlu menggenang seperti pengolahan tanaman padi. Namun, bagi warga desa Wonosemi, padi merupakan segala-galanya.

    Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi Indonesia. Beras sebagai makanan pokok sangat sulit digantikan oleh bahan pokok lainnya. Diantaranya jagung, umbi-umbian, sagu dan sumber karbohidrat lainnya. Sehingga keberadaan beras menjadi prioritas utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhan asupan karbohidrat yang dapat mengenyangkan dan merupakan sumber karbohidrat utama yang mudah diubah menjadi energi. Padi sebagai tanaman pangan dikonsumsi kurang lebih 90% dari keseluruhan penduduk Indonesia untuk makanan pokok sehari-hari (Saragih, 2001).

    Persoalan yang menyebabkan hasil panen tidak melimpah, bahkan gagal yaitu ketersediaan air. Sampai saat ini, warga lebih mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah mereka. Namun, berdasarkan informasi yang saya peroleh dari diskusi bersama tiga siswa MI Nurul Falah, sebenarnya sudah ada program untuk mengatasi permasalahan yang dialami petani warga desa Wonosemi yaitu Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS). Namun, pasokan air yang tersedia belum cukup untuk mengairi seluruh petak-petak sawah pada pengolahan lahan pasca panen.

    Petani sebagai pengelola lahan pertanian tentunya harus menjamin ketersediaan air pada petak-petak sawah mereka, agar proses produksi mereka berjalan dengan baik. Penyediaan dan pengendalian air merupakan faktor yang penting dalam penanaman padi. Air yang berlebih sama besar bahayanya dengan kekurangan air, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut biasanya petani-petani memiliki mekanisme tertentu dalam pemenuhan kebutuhan atas air dengan mengacu pada waktu. (Geertz, 1983:31).

    Jumlah pasokan air yang tak terduga, misalnya ketika musim kemarau air sulit untuk didapat dan dapat mengancam pertumbuhan, terkadang di musim hujan jumlah air melebihi batas hingga menimbulkan banjir dan menghancurkan tanaman padi. Berikut ini strategi untuk menyiasati dan menjamin ketersediaan air guna mempertahankan produktifitas pertanian :

 

1. Menambah lagi bak penampungan air PAMSIMAS agar air mencukupi untuk mengairi seluruh petak-petak sawah. Untuk mengairi beberapa petak-petak sawah memang sudah cukup, tetapi hal ini tentu menimbulkan kesenjangan sosial karena tidak semua petani memperoleh jatah air.

 2. Membuat irigasi untuk menampung air yang meluap pada musim hujan. Agar pada musim kemarau, selain mengandalkan air dari bak penampungan air PAMSIMAS, air irigasi juga bisa untuk mengairi petak-petak sawah.

 

    Mengatasi permasalahan yang dialami petani terkait ketersediaan air memang tidak mudah. Solusi untuk menyiasati dan menjamin ketersediaan air memerlukan waktu yang lumayan lama untuk penambahan bak air penampungan PAMSIMAS dan irigasi.

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Geertz, Clifford. 1983. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia.Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

 

Saragih, B. 2001. Keynote Address Ministers of Agriculture Government of Indonesia. 2nd National Workshop On Strengthening The Development And Use Of Hibrid Rice In Indonesia. 1:10

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar