Disonansi
Kognitif pada Perokok
yang
Mulai Merokok Sejak Kelas 2 SD
Puji
Astutik
NIM :
21310410164
Esai
2 : Wawancara Tentang Disonansi Kognitif
Psikologi
Inovasi
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Menurut Irianty dan Hayati (2019)
perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat
karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian
baik bagi perokok dan orang yang ada di sekitarnya (perokok pasif). Rokok
sering dikaitkan dengan produktivitas dan “kejantanan” bagi laki-laki. Hal
tersebut tampaknya bersumber pada dampak jangka pendek rokok yang dianggap
mampu memberi rasa rileks yang memicu produktivitas dan juga anggapan tidak
mendasar pada sebagian masyarakat bahwa seorang laki-laki “jantan” biasanya
merokok. Dampak jangka panjang rokok diantaranya impotensi, serangan jantung,
kanker paru-paru, dan berbagai resiko kesehatan lainnya. Mayoritas pengkonsumsi rokok sebenarnya
mengetahui resiko kesehatan tersebut namun mereka tetap mengkonsumsi rokok.
Perilaku tersebut akan menimbulkan rasa tidak nyaman karena terjadi ketidaksesuaian
antara perilaku dengan apa yang diketahui. Menurut Festinger (dalam West dan
Turner, 2008) hal tersebut dinamakan disonansi kognitif yaitu perasaan yang
dimiliki oleh orang ketika mereka menemukan diri mereka dalam sesuatu yang
tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Orang-orang dengan disonansi
kognitif ini sulit untuk maju karena mereka mengetahui hal yang benar namun
tidak mampu melakukannya sehingga terjadi ketegangan psikologis di dalam diri.
Berikut adalah hasil wawancara saya dengan salah seorang pelaku disonansi kognitif yaitu merokok yang dilakukan subjek sejak kelas 2 Sekolah Dasar.
IDENTITAS SUBJEK (NARASUMBER)
Nama :
AR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia :
26 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa Psikologi (Kampus swasta di Jogja bukan UP45)
SETTING
Tanggal Pelaksanaan : Minggu, 31 Maret 2024
Waktu : Pukul 16.30-17.15 WIB
Tempat : Salah satu ruang terbuka di wilayah Sleman
Puji
: |
Kapan
pertama kali mas mulai merokok? |
AR : |
Jangan
kaget ya mbak..Saat kelas 2 SD. |
Puji : |
Apa
alasan mas merokok pada waktu itu? |
AR : |
Karena
lingkungan. Saya sewaktu kecil tinggal di lingkungan dimana anak-anak seusia
saya terbiasa melakukan kenakalan seperti merokok bahkan mencuri. Saya waktu
itu terpengaruh teman-teman yang usianya beberapa tahun di atas saya untuk
mencoba rokok. |
Puji : |
Bagaimana
rasanya rokok sebenarnya? |
AR : |
Biasa
saja sih, dibilang enak juga tidak sebenarnya. |
Puji : |
Mengapa
mas terus merokok? |
AR : |
Lebih
karena pada saat itu orangtua melakukan pembiaran setelah mengetahui saya
merokok dan menginjak saya usia remaja terutama awal kuliah lebih kepada
pelarian dari stress atau masalah hidup. |
Puji : |
Apakah
mas tahu bahaya merokok? |
AR : |
Tahu
sih..bahkan saya sempat pas SMA mengalami masalah pernafasan saat melakukan
kegiatan. Merokok juga bisa menyebabkan gerd mbak. |
Puji : |
Apakah
saat itu mas berusaha berhenti merokok? |
AR : |
Saya
sempat mencoba berhenti merokok saat akhir SMA. Ketika itu saya ingin mendaftar Angkatan Darat
tapi gagal. Setelah itu karena pergaulan dan lingkungan saya merokok lagi. |
Puji : |
Berapa
banyak konsumsi rokok dalam sehari? |
AR : |
Kalau
sekarang saya sudah mulai mengurangi rokok jadi cukup 2 batang per hari. |
Puji : |
Dengan
pengalaman pernah sesak nafas, apakah ada rencana masnya untuk berhenti
merokok? Kalau ada kira-kira kapan? |
AR : |
Saya
ada keinginan berhenti merokok nanti mungkin saat saya sudah menikah saat
istri hamil atau saat saya sudah punya anak. Untuk sekarang masih susah untuk
berhenti karena saya seperti tersugesti bahwa jika ada masalah atau stress
dengan merokok rasanya lebih tenang. |
Puji : |
Bagaiman
pengaruh teman-teman tongkrongan dalam aktivitas merokok ini? |
AR : |
Kalau
anak tongkrongan ya mbak seperti saya ini misal kami nongkrong lalu 1 teman
membawa satu bungkus rokok ditawarkan ke yang lain maka pantang bagi kami
untuk menolak, harus mau gitu mbak. |
Puji : |
Berarti
lingkungan sangat berpengaruh ya mas. Oiya apakah orangtua mas juga merokok? |
AR : |
Iya
bapak dulu perokok tapi berhenti setelah menikah. |
Perilaku merokok yang dilakukan AR merupakan salah satu perilaku disonansi kognitif, dimana seseorang melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka. Mereka mengetahui bahwa merokok itu berbahaya untuk kesehatan namun tetap melakukan. Dari hasil wawancara dengan AR di atas sebenarnya AR tahu bahaya merokok seperti dampak kesehatan sesak nafas dan juga memicu gerd (asam lambung). Mengetahui ternyata tidak cukup untuk menghentikan perilaku merokok. AR mengetahui bahaya merokok namun ada mekanisme pertahanan diri AR bahwa merokok ini menjadi semacam penenang saat AR stress atau ada masalah. AR juga ada rencana berhenti merokok namun masih dalam kurun waktu yang belum bisa dipastikan yaitu kelak saat AR menikah atau saat istrinya hamil/punya anak.
Daftar Pustaka
Irianty, H., & Hayati, R. (2019). Gambaran perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Kampus XXX. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(2), 306-321
West, R., & Turner, L.H. (2008). Pengantar teori komunikasi: Analisis dan aplikasi (Buku 1). Jakarta: Salemba Humanika.
0 komentar:
Posting Komentar