Sabtu, 20 April 2024

Esai 3 Psikologi Inovasi : Wawancara Tentang Disonansi Kognitif Puji Astutik (21310410164)

 

Disonansi Kognitif pada Perokok

yang Mulai Merokok Sejak Kelas 2 SD

Puji Astutik

NIM : 21310410164

Esai 2 : Wawancara Tentang Disonansi Kognitif

Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta MA


Menurut Irianty dan Hayati (2019) perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada di sekitarnya (perokok pasif). Rokok sering dikaitkan dengan produktivitas dan “kejantanan” bagi laki-laki. Hal tersebut tampaknya bersumber pada dampak jangka pendek rokok yang dianggap mampu memberi rasa rileks yang memicu produktivitas dan juga anggapan tidak mendasar pada sebagian masyarakat bahwa seorang laki-laki “jantan” biasanya merokok. Dampak jangka panjang rokok diantaranya impotensi, serangan jantung, kanker paru-paru, dan berbagai resiko kesehatan lainnya. Mayoritas pengkonsumsi rokok sebenarnya mengetahui resiko kesehatan tersebut namun mereka tetap mengkonsumsi rokok. Perilaku tersebut akan menimbulkan rasa tidak nyaman karena terjadi ketidaksesuaian antara perilaku dengan apa yang diketahui. Menurut Festinger (dalam West dan Turner, 2008) hal tersebut dinamakan disonansi kognitif yaitu perasaan yang dimiliki oleh orang ketika mereka menemukan diri mereka dalam sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Orang-orang dengan disonansi kognitif ini sulit untuk maju karena mereka mengetahui hal yang benar namun tidak mampu melakukannya sehingga terjadi ketegangan psikologis di dalam diri.

Berikut adalah hasil wawancara saya dengan salah seorang pelaku disonansi kognitif yaitu merokok yang dilakukan subjek sejak kelas 2 Sekolah Dasar. 

IDENTITAS SUBJEK (NARASUMBER)

Nama                                 : AR

Jenis Kelamin                   : Laki-laki

Usia                                    : 26 tahun

Pekerjaan                          : Mahasiswa Psikologi (Kampus swasta di Jogja bukan UP45)

SETTING

Tanggal Pelaksanaan      : Minggu, 31 Maret 2024

Waktu                                 : Pukul 16.30-17.15 WIB

Tempat                              : Salah satu ruang terbuka di wilayah Sleman


Puji  :

Kapan pertama kali mas mulai merokok?

AR   :

Jangan kaget ya mbak..Saat kelas 2 SD.

Puji  :

Apa alasan mas merokok pada waktu itu?

AR   :

Karena lingkungan. Saya sewaktu kecil tinggal di lingkungan dimana anak-anak seusia saya terbiasa melakukan kenakalan seperti merokok bahkan mencuri. Saya waktu itu terpengaruh teman-teman yang usianya beberapa tahun di atas saya untuk mencoba rokok.

Puji  :

Bagaimana rasanya rokok sebenarnya?

AR   :

Biasa saja sih, dibilang enak juga tidak sebenarnya.

Puji  :

Mengapa mas terus merokok?

AR   :

Lebih karena pada saat itu orangtua melakukan pembiaran setelah mengetahui saya merokok dan menginjak saya usia remaja terutama awal kuliah lebih kepada pelarian dari stress atau masalah hidup.

Puji  :

Apakah mas tahu bahaya merokok?

AR   :

Tahu sih..bahkan saya sempat pas SMA mengalami masalah pernafasan saat melakukan kegiatan. Merokok juga bisa menyebabkan gerd mbak.

Puji  :

Apakah saat itu mas berusaha berhenti merokok?

AR   :

Saya sempat mencoba berhenti merokok saat akhir SMA.  Ketika itu saya ingin mendaftar Angkatan Darat tapi gagal. Setelah itu karena pergaulan dan lingkungan saya merokok lagi.

Puji  :

Berapa banyak konsumsi rokok dalam sehari?

AR   :

Kalau sekarang saya sudah mulai mengurangi rokok jadi cukup 2 batang per hari.

Puji  :

Dengan pengalaman pernah sesak nafas, apakah ada rencana masnya untuk berhenti merokok? Kalau ada kira-kira kapan?

AR   :

Saya ada keinginan berhenti merokok nanti mungkin saat saya sudah menikah saat istri hamil atau saat saya sudah punya anak. Untuk sekarang masih susah untuk berhenti karena saya seperti tersugesti bahwa jika ada masalah atau stress dengan merokok rasanya lebih tenang.

Puji  :

Bagaiman pengaruh teman-teman tongkrongan dalam aktivitas merokok ini?

AR   :

Kalau anak tongkrongan ya mbak seperti saya ini misal kami nongkrong lalu 1 teman membawa satu bungkus rokok ditawarkan ke yang lain maka pantang bagi kami untuk menolak, harus mau gitu mbak.

Puji  :

Berarti lingkungan sangat berpengaruh ya mas. Oiya apakah orangtua mas juga merokok?

AR   :

Iya bapak dulu perokok tapi berhenti setelah menikah.


Perilaku merokok yang dilakukan AR merupakan salah satu perilaku disonansi kognitif, dimana seseorang melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka. Mereka mengetahui bahwa merokok itu berbahaya untuk kesehatan namun tetap melakukan. Dari hasil wawancara dengan AR di atas sebenarnya AR tahu bahaya merokok seperti dampak kesehatan sesak nafas dan juga memicu gerd (asam lambung). Mengetahui ternyata tidak cukup untuk menghentikan perilaku merokok. AR mengetahui bahaya merokok namun ada mekanisme pertahanan diri AR bahwa merokok ini menjadi semacam penenang saat AR stress atau ada masalah. AR juga ada rencana berhenti merokok namun masih dalam kurun waktu yang belum bisa dipastikan yaitu kelak saat AR menikah atau saat istrinya hamil/punya anak.

Daftar Pustaka

Irianty, H., & Hayati, R. (2019). Gambaran perilaku merokok pada mahasiswa  Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Kampus XXX. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 2(2), 306-321

West, R., & Turner, L.H. (2008). Pengantar teori komunikasi: Analisis dan aplikasi (Buku 1). Jakarta: Salemba Humanika.

0 komentar:

Posting Komentar