ESSAI 3 – WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF
Dosen Pengampu : Dr. Dra Arundati Shinta M.A
Muhammad Bahrori Rohza
21310410201
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Target wawancara : Pegawai bank
sampah
Identitas target : H.L
Tempat wawancara : Rumah
responden
Bahrori: Selamat pagi, Pak H.L. Terima kasih
sudah bersedia berbicara dengan saya terkait pengelolaan sampah.
H.L: Selamat pagi juga. Saya senang bisa berbagi
pengalaman saya.
Bahrori: Pak H.L., sebagai seorang yang bekerja
di bank sampah, Bapak pasti memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya
pengelolaan sampah. Namun, bagaimana Bapak mengatasi tantangan dalam menerapkan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?
H.L: Sejujurnya, hal itu memang menjadi tantangan
besar untuk saya. Saya sangat menyadari betapa pentingnya pengelolaan sampah
untuk lingkungan, namun saya juga memiliki kebiasaan merokok yang sulit untuk
saya ubah.
Bahrori: Apakah Bapak merasa ada konflik antara
pengetahuan yang Bapak miliki terkait pentingnya pengelolaan sampah dan
kebiasaan merokok Bapak?
H.L: Ya, tentunya saya tahu betul bahwa merokok
memiliki dampak negatif bagi lingkungan, namun berat untuk meninggalkan
kebiasaan tersebut. Rasanya seperti ada pertarungan di dalam pikiran saya
antara yang saya tahu seharusnya saya lakukan dan apa yang saya benar-benar
lakukan.
Bahrori: Bagaimana Bapak mencoba untuk mengatasi
masalah tersebut?
H.L: Saya berusaha untuk mencari alasan-alasan
rasional untuk melanjutkan kebiasaan merokok saya, seperti stres atau tekanan
dari pekerjaan. Tapi, pada akhirnya, saya sadar bahwa itu hanya mekanisme
pertahanan diri untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh perasaan
bersalah atas tidak konsistennya tindakan saya dengan nilai-nilai lingkungan
yang saya pegang.
Bahrori: Apakah Bapak memiliki ide tentang
bagaimana kita bisa lebih efektif dalam mengatasi disonansi kognitif seperti
yang Bapak alami?
H.L: Menurut saya, pendekatan yang berfokus pada
psikologi inovasi dapat menjadi solusi. Kita perlu mengembangkan strategi yang
lebih personal dan sesuai dengan karakteristik psikologis individu untuk
membantu mereka mengatasi hambatan psikologis seperti ini serta mengembangkan
intervensi psikologis yang bertujuan untuk mengurangi disonansi kognitif dan
mendorong adopsi perilaku ramah lingkungan. Misalnya, melalui program pelatihan
keterampilan pengelolaan stres, individu dapat belajar cara mengatasi dorongan
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai dan keyakinan mereka.
Bahrori: Terima kasih banyak atas wawancara ini,
Pak H.L. Pendapat Bapak sangat berharga bagi saya.
H.L: Sama-sama, semoga ini bisa memberikan
kontribusi positif dalam upaya kita untuk mengelola sampah dengan lebih baik.
Daftar Pustaka:
1. Festinger, L. (1957). A theory of cognitive
dissonance. Stanford University Press.
2. Aronson, E. (1999). Dissonance, hypocrisy, and
the self-concept. In Advances in experimental social psychology (Vol. 32, pp.
5-33). Academic Press.
3.Petty, R. E., & Cacioppo, J. T. (1986). The
elaboration likelihood model of persuasion. Advances in Experimental Social
Psychology, 19, 123-205
0 komentar:
Posting Komentar