Minggu, 07 April 2024

 

ESSAI 3 – WAWANCARA TENTANG DISONANSI KOGNITIF


Dosen Pengampu : Dr. Dra Arundati Shinta M.A

 


Muhammad Bahrori Rohza

21310410201

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45

Yogyakarta

 

Target wawancara       : Pegawai bank sampah

Identitas target            : H.L

Tempat wawancara     : Rumah responden

 

Bahrori: Selamat pagi, Pak H.L. Terima kasih sudah bersedia berbicara dengan saya terkait pengelolaan sampah.

H.L: Selamat pagi juga. Saya senang bisa berbagi pengalaman saya.

Bahrori: Pak H.L., sebagai seorang yang bekerja di bank sampah, Bapak pasti memiliki pemahaman yang mendalam tentang pentingnya pengelolaan sampah. Namun, bagaimana Bapak mengatasi tantangan dalam menerapkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?

H.L: Sejujurnya, hal itu memang menjadi tantangan besar untuk saya. Saya sangat menyadari betapa pentingnya pengelolaan sampah untuk lingkungan, namun saya juga memiliki kebiasaan merokok yang sulit untuk saya ubah.

Bahrori: Apakah Bapak merasa ada konflik antara pengetahuan yang Bapak miliki terkait pentingnya pengelolaan sampah dan kebiasaan merokok Bapak?

H.L: Ya, tentunya saya tahu betul bahwa merokok memiliki dampak negatif bagi lingkungan, namun berat untuk meninggalkan kebiasaan tersebut. Rasanya seperti ada pertarungan di dalam pikiran saya antara yang saya tahu seharusnya saya lakukan dan apa yang saya benar-benar lakukan.

Bahrori: Bagaimana Bapak mencoba untuk mengatasi masalah tersebut?

H.L: Saya berusaha untuk mencari alasan-alasan rasional untuk melanjutkan kebiasaan merokok saya, seperti stres atau tekanan dari pekerjaan. Tapi, pada akhirnya, saya sadar bahwa itu hanya mekanisme pertahanan diri untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh perasaan bersalah atas tidak konsistennya tindakan saya dengan nilai-nilai lingkungan yang saya pegang.

Bahrori: Apakah Bapak memiliki ide tentang bagaimana kita bisa lebih efektif dalam mengatasi disonansi kognitif seperti yang Bapak alami?

H.L: Menurut saya, pendekatan yang berfokus pada psikologi inovasi dapat menjadi solusi. Kita perlu mengembangkan strategi yang lebih personal dan sesuai dengan karakteristik psikologis individu untuk membantu mereka mengatasi hambatan psikologis seperti ini serta mengembangkan intervensi psikologis yang bertujuan untuk mengurangi disonansi kognitif dan mendorong adopsi perilaku ramah lingkungan. Misalnya, melalui program pelatihan keterampilan pengelolaan stres, individu dapat belajar cara mengatasi dorongan untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan nilai dan keyakinan mereka.

Bahrori: Terima kasih banyak atas wawancara ini, Pak H.L. Pendapat Bapak sangat berharga bagi saya.

H.L: Sama-sama, semoga ini bisa memberikan kontribusi positif dalam upaya kita untuk mengelola sampah dengan lebih baik.

 

Daftar Pustaka:

1. Festinger, L. (1957). A theory of cognitive dissonance. Stanford University Press.

2. Aronson, E. (1999). Dissonance, hypocrisy, and the self-concept. In Advances in experimental social psychology (Vol. 32, pp. 5-33). Academic Press.

3.Petty, R. E., & Cacioppo, J. T. (1986). The elaboration likelihood model of persuasion. Advances in Experimental Social Psychology, 19, 123-205

0 komentar:

Posting Komentar