DISONANSI KOGNITIF PADA WANITA
PEROKOK
Psikologi Inovasi Essay 3 Wawancara Tentang Disonansi
Kognitif
Dosen
Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Celyn Intang Aulia
21310410169
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Merokok
mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan manusia. Resiko yang ditimbulkan
dengan merokok seharusnya telah disadari oleh masyarakat secara luas baik
laki-laki maupun wanita. Perokok akan rentan terkena penyakit kanker. Wanita
perokok sendiri memiliki resiko lebih besar dibandingkan dengan pria perokok.
Wanita terpapar karsinogen dan racun lain dalam jumlah yang lebih besar dari
pria, meskipun keduanya merokok dalam jumlah yang sama (Wardayati, 2011).
Memahami
resiko yang timbul karena merokok dan merasakan kenikmatan merokok, mendorong
wanita perokok dewasa muda berada dalam kondisi disonansi. Disonansi kognitif
adalah keadaan terjadinya hubungan konflik mental yang terjadi ketika
keyakinan, sikap, dan perilaku seseorang tidak selaras. Disonansi kognitif
menimbulkan perasaan tidak nyaman pada seseorang yang dapat merubah salah satu
sikap, keyakinan, dan perilaku untuk mengurangi rasa tidak nyaman tersebut. Sumber
disonansi kognitif adalah inkonsistensi logis, nilai-nilai budaya, pendapat umum,
dan pengalaman masa lalu (Sarwono,1995).
Pada
hari Kamis, 28 Maret 2024 saya berkesempatan mewawancarai teman saya yang
berinisial RT, mahasiswa UGM semester 8, jenis kelamin wanita, dan berumur 22
tahun. Saya mengambil tempat wawancara di 23 Coffe and Eatery selama 30 menit. Dalam
wawancara kali ini saya mendapatkan informasi bahwa RT sudah menjadi perokok
aktif selama 2 tahun ini. Ia menggunakan rokok elektrik setiap harinya. Awalnya
ia mencoba rokok merk Camel warna ungu. Setelah merasakan kenikmatan pada rokok
batang, ia mencoba beralih rokok elektrik. Hingga pada akhirnya ia menetapkan
untuk menggunakan rokok elektrik setiap harinya karena dirasakan oleh RT
menggunakan rokok elektrik menghemat pengeluaran dibandingkan dengan rokok
batang. Motivasi RT menggunakan rokok adalah sebagai sarana mengekspresikan
rasa sakit dan beban yang diterimanya selama ini.
RT
menyadari bahwa merokok mempunyai banyak dampak negatif bagi kesehatan dan
stereorip masyarakat yang negatif terhadap wanita perokok. Disonansi kognitif
yang ia digunakan adalah dengan mengubah cara pandang dengan menggunakan rokok
elektrik dapat mengurangi stress dan merasakan relaksasi ketika menikmatinya. Merokok yang telah menjadi kebiasaan membuat
subjek sulit untuk mengubahnya. Hal ini terjadi karena jika subjek tidak
melakukan kebiasaannya itu mereka akan merasakan ada sesuatu yang hilang. Kadar
disonansi yang rendah dimiliki subjek pada aspek kesehatan dan pandangan
masyarakat.
Solusi untuk subjek yang mengalami disonansi
kognitif agar berhenti merokok adalah sebagai berikut :
1.
Bagi
keluarga dan orang terdekat inisial RT dapat memberikan dukungan positif kepada
subjek untuk berhenti merokok dan membentuk lingkungan yang bebas dari rokok.
2.
Bagi
sesama wanita diharapkan lebih menyadarkan dampak negatif rokok pada wanita
bagi kandungan nantinya.
3.
Mengubah
pandangan mengurangi stress dengan cara lain, seperti berlari, mengikuti
komunitas, dan kegiatan positif lain.
4.
Menyadari
informasi mengenai kesehatan dan dampak negatif rokok sehingga subjek dapat
merubah pola makan, pola pikir menjadi lebih sehat. Berolahraga rutin dan tetap
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan untuk menyeimbangkan kesehatan.
5.
Apabila
subjek sangat kesulitan berhenti merokok maka dapat menemui orang yang
profesional seperti psikolog atau dokter untuk meminta saran berhenti merokok.
Daftar Pustaka :
Sarwono,
S. W. (1995) Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Wardayati,
K. T. (15 Agustus 2011). Merokok Lebih Bahaya pada Wanita. Diunduh tanggal 20
Juli 2012 dari http://intisari-online.com/read/merokok-lebih-berbahaya-pada-wanita.
0 komentar:
Posting Komentar