Wawancara
Tentang Disonansi Kognitif
Psikologi Inovasi Essay 3 Wawancara Tentang Disonansi
Kognitif
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Alif Yugo Wicaksono
21310410184
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Data Subjek
Nama :
H.T.
Usia :
24 Tahun
Pekerjaan :
Swasta
Wawancara
dilakukan untuk mengetahui tentang Disonansi Kognitif yang dilakukan oleh
perokok yang sudah merokok sejak masih dibangku SMA. Subjek juga termasuk dalam
perokok aktif karena bisa menghabiskan 1 bungkus setiap harinya. Wawancara
dilakukan pada tanggal 29 Maret 2024 pukul 20.00 WIB. Berikut adalah hasil dari
wawancara yang dilakukan oleh Interviewee dengan subjek sebagai berikut:
I :
Bagaimana anda mengenal rokok?
S : Saya
mengenal rokok sejak SD, tapi mulai aktif merokok dari kelas 1 SMA.
I : Pada
waktu itu anda merokok karena dipaksa atau inisiatif sendiri?
S : Saya
merokok karena kemauan saya sendiri bukan paksaan dari orang sekitar.
I : Apakah
anda sadar dengan bahaya dari merokok?
S : Saya sadar
bahwa merokok bisa mengakibatkan banyak penyakit bahaya.
I : lalu
mengapa anda masih merokok hingga sekarang?
S : Saya
merasa sulit untuk lepas dari rokok, ditambah lagi lingkungan saya yang banyak
perokok aktif juga termasuk keluarga saya.
I : Apakah
ada niatan untuk berhenti merokok?
S : Belum ada
tapi mungkin waktu yang akan datang saya akan memikirkan hal tersebut.
I : Dimana anda sering merokok?
S : Saya biasa merokok di tempat-tempat yang ramai dan pada saat santai.
I : Apakah ada motivasi anda sehingga anda merasa lebih semangat dan lebih banyak menghabiskan rokok anda?
S : Ada, saat melihat orang lain atau teman-teman saya merokok, saya menjadi tergugah dan ingin untuk merokok juga.
I : Baik terimakasih atas informasi yang anda berikan.
Dari
wawancara ini bisa disimpulkan bahwa terdapat disonansi kognitif pada sikap
subjek. Subjek mengerti bahaya akan merokok tetapi masih melakukan hal
tersebut, ditambah lagi subjek masih belum memiliki keinginan untuk berhenti
merokok. Sikap disonansi kognitif terjadi pada subjek karena subjek memiliki
pengetahuan akan bahaya dari rokok tetapi masih merokok. Subjek juga telah
kecanduan dengan tidak bisa berhenti merokok yang diakibatkan oleh nikotin yang
terkandung didalam rokok. Disonansi kognitif bisa dicegah dengan meyelaraskan
antara sikap dan juga tindakan yang berbeda sehingga selaras antara sikap dan
perilaku. Mengubah pandangan subjek sehingga subjek merasa merokok hanya membawa
penyakit sehingga dia mau untuk berhenti merokok. Lalu terakhir dengan
mendoktrin bahwa merokok tidak ada manfaatnya sehingga subjek bisa berhenti
merokok. Subjek juga menjadi termotivasi setelah melihat orang-orang disekitarnya merokok, hal inilah yang membuat subjek ikut menyalakn rokoknya. Masalah ini membuat subjek merasa kesulitan untuk berhenti merokok. Subjek harus memiliki motivasi yang lebih kuat dengan melakukan inovasi yaitu perubahan diri seperti mulai olahraga kardio untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh rokok.
Daftar Pustaka
Festinger, L. (1957). A theory of cognitive
dissonance. Stanford University Press.
0 komentar:
Posting Komentar