Rabu, 03 April 2024

Essay 3 - Melakukan Wawancara tentang Disonansi Kognitif - Yousin Gunawan Putra

 

PSIKOLOGI INOVASI

ESSAI 3  WAWANCARA DISONANSI KOGNITIF

Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, M.A. 

 


 

 

Disusun Oleh

Yousin Gunawan Putra

21310410197

 

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

2024

 

Data Subjek

Nama : YD

Usia : 22 Tahun

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Trimulyo Jetis Bantul Yogyakarta

 

Wawancara dilakukan pada hari Minggu, 31 Maret 2024. Wawancara dilakukan dengan seorang perokok aktif yang sudah merokok selama 6 tahun dan dimulai sejak masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Dari hasil wawancara dengan subjek mendapatkan keterangan sebagai berikut;

 



Interviewer : Bagaimana anda bisa merokok ?

Subjek : Saya mulai merokok dari SMP, waktu itu mulai mengenal rokok karena lingkungan pertemnan dan saya tidak diajari namun bisa sendiri karena melihat lingkungan saya perokok aktif. Menurut saya lingkungan sangat berpengaruh untuk kehidupan tapi juga kembali ke orangnya masing-masing juga. Jadi saya membeli rokok sendiri di warung dan terkadang juga diberi teman.

Interviewer : Bagaimana tanggapan orang tua atau keluarga saat tahu kamu merokok?

Subjek : Setiap kali dirumah saya tidak merokok, jadi saya kalau mau merokok pergi keluar dari rumah ketempat teman atau tetangga buat merokok dan main. Lama-kelamaan orang tua tahu karena mungkin ada bau rokok jadi dimarahi awalnya tapi setelah itu dibiarkan saja  dan sampai sekarang masih merokok asalkan merokok diluar rumah dan jauh dari anak kecil dan ibu hamil.

Interviewer : Dengan siapa anda biasanya merokok ?

Subjek : Saya merokok dengan teman-teman biasanya dilakukan setelah makan atau nongkrong saat main kumpul-kumpul.

Interviewer : Pernahkan anda ditegur karena merokok?

Subjek : Sejauh ini saya tidak pernah di tegur waktu merokok karena saya merokok pasti diluar rumah karena ibu saya punya sesak nafas, saya tidak pernah merokok di dekat anak kecil, tidak pernah merokok didekat ibu hamil dan saya selalu merokok ditempat khusus untuk merokok.

Interviewer : Apa yang kamu dapatkan dari merokok ?

Subjek : Kalau saya merokok rasanya seperti tenang, lega, lebih enteng badan dan pikirannya jadi seperti sudah kecanduan.

Interviewer : Apakah anda tahu bahaya merokok untuk diri anda dan sekitar?

Subjek : Saya mengetahui bahaya merokok, pada bungkus rokok juga sudah terdapat gambar bahaya merokok namun masih banyak juga orang yang tahu tapi tidak berhenti merookok termasuk saya padahal sudah jelas kesehatan menjadi terganggu lingkungan menjadi tercemar.

Interviewer : itu anda sudah tahu bahaya merokok, apakah anda pernah memiliki keinginan untuk berhenti merokok?

Subjek : Saya pernah memiliki keinginan untuk berhenti merokok, sudah saya coba tapi badan rasanya tidak enak, mudah lapar, pusing, mudah ngantuk juga. Jadi kembali lagi merokok sampai sekarang. Mungkin nanti saya akan mencoba dan berusaha lagi untuk berhenti merokok.

Dari wawancara yang sudah saya lakukan dengan seorang perokok aktif, dapat terlihat bahwa mereka sebagai perokok aktif secara sadar melakukan hal itu. Perokok juga mengetahui dampak rokok bagi kesehatan dirinya dan orang disekitarnya. Selain itu mereka juga mengetahui bahwa rokok bisa mengakibatkan pencemaran lingkungan. Namun mereka sebagai merokok menjadi susah untuk melepaskan rokok karena sudah kecanduan dan terkadang mereka juga denial merasa kalau rokok tidak memberikan efek negatif bagi orang lain.

Sikap perokok ini termasuk dalam Disonansi kognitif adalah situasi yang mengacu pada konflik mental, yang sering terjadi ketika keyakinan, sikap dan perilaku seseorang tidak selaras. Sebagai contoh, seorang perokok tetap merokok meski tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatannya. Situasi tersebut dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman pada seseorang. Cognitive Dissonance Theory (DCT) atau Teori Disonansi Kognitif adalah teori yang menjelaskan tentang perasaan tidak nyaman yang dimiliki seseorang ketika mereka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, atau memiliki pendapat yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka sendiri.

Disonansi kognitif dapat diatasi atau dicegah dengan mengubah tindakan agar sejalan dengan pikiran atau prinsip positif. Memikirkan ulang prinsip yang dipakai dalam hidup. Mengubah perspektif atau cara pandang terhadap hidup yang akan dijalani. Jika dirasa hal tersebut kurang maksimal bisa mendatangi dan konsultasi dengan psikolog supaya mendapat pendampingan dari profesional. 

0 komentar:

Posting Komentar