Selasa, 23 April 2024

Kasus Lima Orang di Karanganyar dan Klaten jadi Korban Klitih, Pelaku Masih Diburu Polisi : ditinjau dari psikologi abnormal

Nama : Putri Arumsari

Nim : 22310410074

Matkul : Abnormalitas Psikologi 

Dosen Pengampu : FX. WAHYU WIDIANTORO S.Psi., MA



Klitih, sebuah fenomena sosial yang marak terjadi di berbagai daerah di Indonesia, telah menjadi perhatian banyak pihak. Perilaku ini, yang dicirikan oleh tindakan kekerasan acak dan tidak terprovokasi, memberikan dampak traumatis bagi korban dan masyarakat. Untuk memahami akar permasalahan klitih, pendekatan psikologi abnormalitas dapat memberikan wawasan yang berharga.

Psikologi Abnormalitas dan Klitih

Dalam perspektif psikologi abnormalitas, perilaku klitih dapat dikaitkan dengan beberapa gangguan mental, seperti:

1. Gangguan Kepribadian Antisosial (Antisocial Personality Disorder)

   Individu dengan gangguan ini cenderung mengabaikan hak orang lain dan menunjukkan pola perilaku yang merusak. Mereka dapat terlibat dalam tindakan kekerasan, seperti klitih, tanpa rasa empati atau penyesalan (American Psychiatric Association, 2013).

2. Gangguan Perilaku (Conduct Disorder)

   Gangguan ini, yang sering terjadi pada remaja, ditandai oleh pola perilaku agresif, destruktif, dan melanggar norma sosial. Klitih dapat dilihat sebagai salah satu manifestasi dari gangguan ini (American Psychiatric Association, 2013).

3. Gangguan Impulsivitas (Impulse Control Disorders)

   Individu dengan gangguan ini mengalami kesulitan dalam mengendalikan dorongan atau impuls yang membahayakan diri sendiri atau orang lain. Perilaku klitih dapat dikaitkan dengan kurangnya kontrol diri dan kecenderungan untuk bertindak tanpa berpikir panjang (American Psychiatric Association, 2013).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Klitih

Selain gangguan mental, berbagai faktor lain juga dapat berkontribusi terhadap perilaku klitih, seperti:

1. Lingkungan Sosial

   Lingkungan yang kurang mendukung, seperti kemiskinan, pengaruh teman sebaya, dan kurangnya pengawasan orang tua, dapat meningkatkan risiko terlibat dalam perilaku klitih (Farrington, 2005).

2. Pengalaman Traumatis

   Trauma di masa kecil, seperti kekerasan atau pengabaian, dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan meningkatkan kerentanan terhadap perilaku agresif (Malinosky-Rummell & Hansen, 1993).

3. Faktor Biologis

   Studi menunjukkan bahwa faktor-faktor biologis, seperti ketidakseimbangan neurotransmitter atau disfungsi pada area tertentu di otak, dapat berkontribusi terhadap perilaku agresif dan impulsif (Raine, 2002).

Kesimpulan

Klitih, sebagai fenomena sosial yang kompleks, membutuhkan pendekatan multidisipliner untuk memahami dan mengatasi masalah ini. Perspektif psikologi abnormalitas dapat memberikan wawasan tentang faktor-faktor penyebab dan membantu dalam pengembangan intervensi yang tepat. Upaya komprehensif, termasuk dukungan psikologis, program pencegahan, dan kebijakan yang berfokus pada lingkungan, dibutuhkan untuk menangani akar permasalahan dan mencegah terulangnya tindakan klitih di masa depan.


Referensi:

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Washington, DC: Author.

Farrington, D. P. (2005). Childhood origins of antisocial behavior. Clinical Psychology & Psychotherapy, 12(3), 177-190.

Malinosky-Rummell, R., & Hansen, D. J. (1993). Long-term consequences of childhood physical abuse. Psychological Bulletin, 114(1), 68-79.

Raine, A. (2002). Biosocial studies of antisocial and violent behavior in children and adults: A review. Journal of Abnormal Child Psychology, 30(4), 311-326.




0 komentar:

Posting Komentar