DISONANSI KOGNITIF PADA MAHASISWA YANG MEROKOK
Psikologi Inovasi Essay 3 Wawancara Tentang Disonansi Kognitif
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Afizain Azidzaki Naufal Cahyadi Putra
21310410186
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Profil Responden
Nama Inisial : RA
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Wawancara
Saya : Assalamu'alaikum, RA. Terima kasih telah bersedia berbicara dengan saya. saya ingin bertanya beberapa pertanyaan mengenai rokok, sejak kapan anda mulai merokok?
RA : Wa'alaikumsalam. Tentu, terima kasih telah mengajukan pertanyaan tersebut, saya mulai merokok ketika KKN tahun 2022.
Saya : Apa yang menjadi penyebab RA merokok? apakah itu efektif untuk mengurangi stress?
RA : Saya tahu ini tidak baik, tapi saya merokok. Merokok memberi saya sesaat untuk merasa lebih tenang. Rasanya seperti saya bisa menghirup napas yang dalam dan merasa lega dengan masalah yang saya hadapi saat ini.
Saya : Tentu ada risiko kesehatan yang terkait dengan kebiasaan tersebut. Apakah Anda merasa ada dampak negatif dari kebiasaan merokok ini, baik secara fisik maupun emosional?
RA : Ya, saya menyadarinya. Fisik saya terasa kurang fit, dan terkadang saya merasa bersalah karena merokok. Tapi, pada saat yang sama, sulit bagi saya untuk menemukan cara lain yang seefektif ini untuk mengatasi stres.
Saya : Saya bisa membayangkan betapa sulitnya menemukan keseimbangan antara mengelola stres dan menghindari dampak negatif dari kebiasaan merokok. Bagaimana menurut RA, apakah ada solusi yang dapat membantu mengatasi stres tanpa perlu bergantung pada rokok?
RA : Saya pikir solusinya mungkin melibatkan pendekatan yang lebih holistik. Mungkin kombinasi dari olahraga meditasi, dan dukungan sosial dapat membantu saya mengelola stres dengan lebih efektif.
Saya : Terima kasih banyak atas waktunya, RA. Saya harap skripsi Anda berjalan lancar dan dapat menemukan cara yang lebih sehat untuk mengelola stres.
Hasil dan Pembahasan
Disonansi kognitif sederhananya adalah perasaan tidak nyaman yang didapatkan ketika berusaha untuk mempertahankan dua atau lebih keyakinan yang tidak konsisten secara bersamaan, atau ketika individu meyakini satu hal akan tetapi perilakunya bertentangan dengan hal yang diyakini (Buckley, 2015) Dalam wawancara dengan RA, kita dapat melihat penggunaan rokok sebagai mekanisme pengatasi stres yang digunakan oleh RA. Namun, RA juga menyadari adanya dampak negatif, baik secara fisik maupun emosional, dari kebiasaan merokok ini. Hal ini mencerminkan konflik kognitif yang dikenal sebagai disonansi kognitif.
Dalam percakapan dengan RA, terlihat bahwa penggunaan rokok sebagai mekanisme pengatasi stres menyebabkan konflik kognitif. RA menyadari dampak negatifnya, tetapi kesulitan menemukan alternatif yang seefektif. Pendekatan holistik yang diusulkan oleh RA, seperti olahraga, meditasi, dan dukungan sosial, dapat membantu mengatasi konflik ini dengan mencapai konsistensi antara keyakinan dan perilaku. Hal ini mencerminkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada rokok dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
Buckley, T. (2015). What Happens To The Brain When We Experience Cognitive Dissonance?. Journal of Scientific American Min, 26(6), 72. https://doi.org/10.1038/ scientificamericanmind1115-72b.
Direktorat P2PTM. (2022). Apa Faktor Yang Mendorong Seseorang Merokok. Diakses dari http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm. (2024, 20 April).
0 komentar:
Posting Komentar