KERJA DI TEMPAT SAMPAH BERPENGHASILAN UMR
Psikologi Sosial Essay 5 Belajar di TPST
Randu Alas
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta
MA
Alif Yugo Wicaksono
21310410184
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi
45
Yogyakarta
TPST
Randu Alas yang berlokasi di Sardonoharjo dekat Jalan Kaliurang ini merupakan
salah satu TPST andalan di Kabupaten Sleman. Bagaimana tidak tempat ini bisa
dibilang TPS dengan fasilitas yang lumayan lengkap. Di TPST ini terdapat
pemilahan berbagai jenis sampah, ternak Maggot, pembuatan kompos, Eco Enzym dan
terakhir yang sedang dibangun adalah pembakaran sampah dengan corong yang tidak
mengeluarkan asap. Cukup lengkap untuk di wilayah Kabupaten Sleman. Selain itu,
TPST ini juga tempat transit dari Kota Jogja juga, terlebih saat TPA Piyungan
ditutup sementara akibat Overload. TPST ini dulunya merupakan tana kas
desa yang tidak terawat dan masyarakat sekitar sering membuang sampah di tanah
tersebut. Lalu ada permintaan dari Pemerintah Kota Jogja untuk menglimpahkan
tanah kas tersebut pada tanggal 16 Februari 2016 kepada warga sekitar yaitu RW
9 agar dikelola untuk menjadi TPST. Awal mula mereka bergerak dengan mendatangi
rumah ke rumah yang sudah di sekitar RW 9 yaitu pada saat itu berjumlah sekitar
25 pelanggan, namun setelah beberapa saat berjalan semakin banyak warga yang
berminat untuk membuang sampahnya disana. Iuran mereka patok dari puluhan ribu
hingga ratusan ribu tergantung jenis sampah warganya. Saat ini pelanggan mereka
kurang lebih 350 pelanggan yang tersebar di sekitar Sardonoharjo baik itu rumah
hingga pabrik. Para pekerja disini juga mendapatkan gaji sesuai dengan UMR
Kabupaten Sleman, sangat besar bukan.
Untuk
saat ini permasalahan besar yang akan dihadapi adalah rencana penutupan TPA
Piyungan yang dilaksanakan pada tahun depan, 2024. Hal yang dikhawatirkan tentu
saja akan terjadi penumpukkan pada TPST yang tersebar di wilayah Yogyakarta.
Selain itu, pengurus TPST Randu Alas juga menyebutkan bahwa pemilahan sampah
yang masih tidak optimal yang dilakukan oleh pelanggan menambah masa waktu penumpukkan
di TPST, karena pekerja disana harus memilah lagi sampah-sampah hasil setoran
dari pelanggan. Selanjutnya adlaah masalah teknologi, teknologi yang digunakan
saat ini masih terbilang konvensional belum memakai mesin-mesin yang canggih,
seperti pemilah sampah otomatis dan lain sebagainya. Terakhir masalah yang
paling umum dan sering terjadi adalah kurangnya kordinasi dengan pemerintah
setempat, sebagai contoh masalah pengangkutan sampah dari TPST ke TPA. Menurut
keterangan dari pengurus TPST Randu Alas, sudah dua bulan lebih truk pengangkut
dari pemerintah datang untuk mengambil sampah di TPST, hal ini seperti pemerintah
daerah tidak serius dalam menanggapi masalah sampah ini. Ditambah lagi dengan
tempat yang terbatas yang mengakibatkan jika dibiarkan sampah-sampah disana
akan semakin menumpuk dan Overload.
Tulisan
ini menekankan bahwa pentingnya kordinasi dari pengurus dan antar pemerintah
daerah agar tidak terjadi lagi penumpukkan dan pembiaran seperti ini. Pemilahan
sampah juga tidak kalah penting agar setiap pelanggan memilah sampahnya
terlebih dahulu sebelum disetorkan di TPST. Mari kita jaga bersama dengan peduli
akan kelestarian lingkungan sekitar kita dengan mulai peduli akan sampah. Lingkungane
Resik, Rejekine Apik.
0 komentar:
Posting Komentar