KUNJUNGAN KE TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH
“RANDU ALAS”
Psikologi Lingkungan Essay 5 Belajar di TPST Randu Alas
Dosen Pengampu : Dr.Dra. Arundanti Shinta
MA
Erina Agustin
22310410098
Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2023
Pengolahan pada sampah memang harus gencar
dilaksanakn, pengolahan sampah sebenaranya bisa dilakukan pada tahap rumah
tangga. Sampah-sampah yang bisa diolah pad atahap rumah tangga yakni
sampah-sampah organik sepeti dedaunan kering, sisa-sisa makanan dan
sampah-sampah yang bisa diuraikan oleh alam dengan sendirinya. Namun ada juga
sampah-sampah yang memang tidak bisa dikelola sendiri seperti sampah-sampah
plastik, sampah kaca dan sampah anorganika lainya. Oleh karena itu adanya TPS
(Tempat pengolahan sampah). Pada kesempatan kali ini saya dan beberapa mahasiswa
dari fakultas psikologi beserta dosen pengampu, Ibu Arundanti Shita berkunjuang
ke TPS Randu Alas yang beralamat di Dusun candikarang, sardonoharjono, ngaglik,
sleman yogyakarta. Di TPS ini kita bertemu dengan kepala pengelola TPS yakni
Bp.Sudjono. sejarah singkat tentang TPS ini, TPS ini berbentuk Pengelolan
sampah model komunitas dan dibangun pada tahun 2015 dan mulai beroperasi pada
16 Februari 2016. TPS ini berawal dari
adanya kekosongan tanah yang akhirnya di fungsikan sebagai TPS. TPS ini
mencakup 5 dukuhan dengan 170 KK, Pelanggan awal dari TPS ini sekitar 25-30
pelanggan yang berkembang sekarang menjadi 370 pelanggan TPS Randu Alas. Pada
TPS ini tugas utama dalah pengelolaan sampah, di jogja saat ini sedang darurat
sampah karena penanganan sampah di jogja yakni dengan cara ditimbun hal ini
menjadi kendala tersendir bagi TPS ini, karena sudah berbulan-bulan tidak bisa
membuag ke TPA Karena sedang ditutup. Pada TPS ini sampah yang tidak bisa
dikelola dan tidak bisa dikirim ke TPA akan dibakar, namun karena proses
pembakaran yang kurang bagus mengakibatkan protesnya warga sehingga akan
dilakukan perbaikan pengolahan limbah asapa pada TPS ini. Saecara garis besar
sampah di TPS ini dibagi menjadi 2 yakni oragnik dan anorganik, penangannya
jika sampah organik akan terurai dgan sendirinya, jik sampah anorganik akan
dikembalikan ke tempat dau ulang di pabrik pabrik. Setiap hari TPS Ini memilah
sampah 2 viar sampah organik dan anorganik akan dipisah dan biasanya sampah
anorganik di ambil oleh juragan rongsok. Sedangkan untuk sampah organik akan
dikelola dan diolah menjadi kompos dengan bakteri/molekul organisme lokal
dengan buatan sendiri untuk membantu fermentasi daun kurang lebih sekitar 40
hari sudah masak sebagai pupuk. Dalam pembuatan kompos ini menggunakan teknik
Windro menggunakan bambu. Dengan teknik windro ini pembuatan kompos lebih
praktis efisen tempat dan biaya dan yang paling cocok untuk TPS Randu Alas.
Kompos kompos buatan TPS diserap oleh petani-petani sekitar TPS. Selain itu di
serahkan ke kelompok-kelompok/ DLH untuk mempupuk teman-teman di daerah Sleman.
Dalam operasionalnya terdapat 6 orang pekerja 3 orang untuk pengambilan dan 3
orang sebagai pemilah. Para pekerja ini secara gaji sudah mendapat gaji UMR
Sleman dan sudah ditanggung BPJS. Karena sejatinya bekerja pada bidang ini
merupakan bidang yang rawan akan terjangkitnya penyakit. Pemilahan sampah
bisanya ditangani yang basah dulu, sampah dari warga biasanya sudah dipisah
antara sampah basah dan kering sehingga sudah para pekerja pemilah sudah tau
mana yang basah maa ayang kerng sehingga bisa ditangani lebih dahulu. Sampah
basah disini dikelola untu biokonfeksi yakni sebagai pakan magot,untuk pakan
lele dan pakan ayam dan pakan burung. Pengelolaan dan penelitian magot pada TPS
ini sudah bekerja sama dengan UGM yang mana bereksperimen magot-magot ini
dikeringkan kemudian dikemas dan diuji coba dijual di toko-toko untu pakan
burung dan akuarium. Kendala utama dari
TPS Ini yakni adanya sosialisasi dan kesadaran dai warga tentang pemilahan
sampah. Pihak TPS mengingingkan sampah-sampah yang di bawa ke TPS sudah dipulah
dan memudahkan para pekerja dan agar sampah-sampah ini juga terjaga yan artinya
sampah basah dan kering tidak tercampur agar sampah kering tidak ikut
terkontaminasi sampah basah sehingga menjadi rusak. Kendala lainnya yakni dari
SDM sangat sdah menarik orang untuk bisa bekerja di TPS dengan berbagaimacam
faktor, sedangkan para pekerja yang ada di TPS Randu Alas ini sudah banyak yang
tua dan sudah mendekati masa pensiun. Sudahnya menarik pekerja dalam bidang ini
karena adanya presepsi bahwa tukang sampah itu kotor dan bau, naum dengan
berkembangnya waktu dan teknologi pemerintah dan para lembaga sedang
mengusahkan peraltan yang canggih untuk pengelolaan sampah ini sehingga
nantinya kaum kaum muda akan banyak yang tertark untuk terjuan dalam pekerjaan
bidang ini. Dari kunjungan ke TPS ini kita belajar banyak tentang pengelolan
sampah, tempat pengelolaan yang ternyata tidak sekotor itu, sebenarnya jika
sampah itu dikelola dengan baik dan benar denan adanya teknologi, inovasi dan
sumber daya yang bagu maka sampah itu akan menjadi hal yang bernilai. Hal ini
menjadi membukakan saya sebagai kaum muda untuk lebih aware lagi dengan
sampah-sampah yang kita hasilkan dan lebih bertanggung jawb lagi dalam
mengelolanya.
0 komentar:
Posting Komentar