Kegiatan Pendampingan
Belajar Iqro’ Pada Lansia
Psikologi Lingkungan
Esai Prestasi
Puji Astutik –
21310410164
Dosen Pengampu : Dr.,
Dra. Arundati Shinta MA
Esensi dari belajar adalah adanya perubahan tingkah laku. Jika tujuan pembelajaran dalam mendidik
generasi muda adalah menyiapkan bangsa Indonesia untuk maju, maka untuk lansia
tujuan pembelajaran adalah meningkatkan pengetahuan dan perilaku agar tetap sehat dan
produktif. Masa lanjut usia bukanlah masa yang mudah. Pada fase ini banyak
lansia yang merasa terabaikan dan kesepian. Beberapa bahkan mengalami gangguan depresi
karena kurang siapnya menghadapi perubahan dalam kehidupannya. Dalam hal ini
peran dukungan sosial baik dari keluarga ataupun lingkungan akan sangat
membantu lansia dalam menghadapi fase sulit ini.
Tidak ada patokan pasti batas
minimal usia lansia. Ada yang menyebut 55 tahun, 60 tahun bahkan beberapa
menyatakan 65 tahun. Menurunnya banyak fungsi tubuh baik fisik ataupun kognitif
pada lansia dan hilangnya peran dalam
sosial masyarakat membuat lansia merasa tidak berharga. Salah satu cara untuk
membuat lansia bahagia dan merasa tetap berharga adalah membuat lansia tetap produktif.
Aktivitas olahraga, kegiatan sosial ataupun kegiatan yang meningkatkan aspek spiritual
akan membantu kesejahteraan psikologis pada lansia.
November ini adalah bulan ke 16 saya membersamai belajar iqro’ seorang ibu berusia 75 tahun. Saya mendapatkan tawaran ini dari bimbingan belajar EDUFIO yang merupakan cabang EDUPRIMA di Yogyakarta. Peran saya adalah mendampingi dan mengajar belajar Iqro’ sebagai tahapan sebelum membaca Alqur’an nantinya. Tawaran ini tentu saya terima karena saya memang suka dunia mengajar sekaligus pengalaman berharga yang saya rasa cukup jarang. Pengalaman yang bisa menjadi bekal di kemudian hari untuk program sejenis. Program pemberantasan buta aksara , melek baca ataupun melek Iqro’ di lingkup paruh baya ataupun lansia yang rasanya masih belum begitu banyak.
Mendampingi belajar pada lansia adalah
pengalaman yang menantang. Secara kognitif lansia mulai mengalami
fase penurunan daya ingat. Untuk beliau
yang sedari muda gemar membaca yang bagus untuk kemampuan kognitif, gejala
penurunan ini tetap ada namun tidak
setinggi seusianya. Beliau tergolong cerdas dan cukup baik mengikuti materi
yang diajarkan. Beberapa kendala yang ada lebih pada faktor
kesehatan fisik dan energi beliau yang tidak lagi sama. Durasi belajar 60 menit akan
terasa cukup lama jika tanpa jeda. Jeda sekian menit biasanya untuk berbincang
ringan dari cerita kehidupan beliau. Usia yang tidak lagi muda, proses mencerna
informasi yang berbeda memerlukan waktu yang sedikit lama jika dibanding proses
mengajar pada generasi muda. Kuncinya adalah telaten dan sabar.
Saya meyakini bahwa pengabdian
masyarakat bisa lewat banyak bidang. Akan sangat baik jika dilakukan secara
sukarela ataupun jika lewat bidang
pekerjaan esensinya masih sama dalam upaya membantu masyarakat
berkembang lewat pengetahuan atau keterampilan yang kita punya.
Dalam peran ini, saya sangat
bersyukur berkesempatan membersamai beliau. Salah satu kebutuhan psikologis
yang beliau butuhkan di masa lansia adalah teman bercerita dan saya menyadari
bahwa adanya saya selain membersamai belajar juga menjadi wadah teman bercerita
untuk beliau. Saya yang masih muda juga banyak mendapat petuah bijak, seperti “Meneng
Menang” filosofi diam untuk mencapai “kemenangan” yang sesungguhnya. Orang
muda memang bisa belajar apapun namun tidak akan pernah bisa mengejar pengalaman
hidup yang dimiliki orang yang lebih tua. Dari beliau saya juga belajar konsep long
life education, konsep belajar sepanjang hayat tanpa mengenal batas usia.
0 komentar:
Posting Komentar