DARI
ZERO JADI HERO
EKSPERIMEN
MENGELOLA SAMPAH ORGANIK
MENJADI
KOMPOS & ECOENZYME
Psikologi
Lingkungan Essay 4 Melakukan Eksperimen Tentang Sampah
Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA
Ditulis
oleh;
NOVITA
PRABANDARI 22310410039
AISYAH
ZULAINA 22310410067
Psikologi SJ
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Sampah organik adalah
sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang mudah terurai. Berdasarkan
dari artikel Dinas Lingkungan Hidup sampah organik memiliki 2 jenis yaitu
sampah organik basah dan kering. Sampah organik basah biasanya akan menimbulkan
bau busuk contohnya seperti sisa sayur, sisa buah, kulit buah, kulit bawang dan
jenis sisa-sisa makanan yang mengandung banyak air. Sedangkan sampah organik kering
biasanya lebih sulit diolah kembali seperti sisa kayu, ranting pohon, dan
daun-daun kering.
Beruntungnya di hari
Minggu tanggal 22 Oktober 2023 pukul 09.00 WIB kemarin kami berkunjung ke rumah
Ibu Dosen untuk belajar bagaimana cara mendaur ulang sampah menjadi sesuatu
yang lebih berguna yakni membuat kompos,
eco enzyme dan sabun cair serta membuat parcel. Mulanya kami disuguhkan
banyak makanan baik dari Ibu maupun dari yang kami bawa sendiri. Ada
buah-buahan seperti pisang, anggur, semangka, jambu dan jeruk, lalu ada kepalan
nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan makanan yang dibungkus plastik tidak
lupa juga es teh sebagai pelengkap pesta kebun kami. Sembari memakan makanan
yang ada, kami juga diberikan informasi terkait dengan sampah itu sendiri. Hal
tersebut dilakukan bukan tanpa tujuan semata, karena dari pesta kebun kami yang
meninggalkan banyak sampah tersebut digunakan untuk menjadi bahan utama dari
eksperimen kami. Kami menghasilkan Sampah, mengumpulkan sampah, memilah sampah
dan mendaur ulang sampah. Sampah plastik digunting menjadi lembaran dan dicuci
lalu dikeringkan. Pilah-pilah sampah mana yang harus disatukan mana yang tidak
sesuai dengan kategorinya. Dan sampah dari kulit-kulit buah seperti kulit
semangka digunakan untuk bahan utama dari kompos dan eco enzyme. Dan eco enzyme
digunakan sebagai salah satu bahan membuat sabun cair. Lalu bagaimana cara kami
mengolahnya, simak dulu yuuu J
Kompos.
Sampah
organic yang telah mengalami pelapukan karena adanya interaksi antara bakteri pembusuk
yang bekerja di dalamnya. Kompos bermanfaat untuk menjaga kesehatan akar serta
membuat akar tanaman mudah tumbuh, kompos juga merupakan pupuk yang aman pada
lingkungan karena dari sampah organic dengan proses mikroorganismenya. Cara
kami membuat kompos bersama dosen sebagai berikut:
Siapkan adonan 1 yang
terdiri dari Arang dan abu yang telah disaring, daun-daun yang sudah
difermentasi, dan kulit telur. Setelah itu, campurkan dan aduk semua bahan
adonan 1 dengan pennuh kecermatan.
Lalu siapkan adonan 2
meliputi kulit buah yang sudah diiris kecil-kecil dicampur dengan kompos lawas
lalu diaduk dan tambahkan ampas kopi. Fermentasi kulit buah dengan tambahan eco enzyme tidak lupa tambah irisan daun
sirih sebanyak 50 lembar yang dicampur Molase (tetes tebu, bakteri untuk
menguraikan adonan), Ema untuk tanaman (6 tutup botol), trikoderma (anti jamur),
dan campur dengan fermentasi daun bawang. Tambahkan, campur dan aduk
bahan-bahan yang ada di adonan 2. Daun bawang digunakan untuk menghindarkan
adonan dari serangga. Tidak lupa dalam adonan 2 juga dicampurkan dengan dedak,
anfush dan garam sebagai pestisida alami. Campur semua bahan lalu tambahkan air
sampai tidak terlalu kering. Jika adonan terlalu basah tampah dengan sampah
daun kering yang sudah disetrika.
Setelah dirasa dalam
mencapur adonan sudah cukup, siapkan gentong tanah liat yang diberi bantalan
(potongan kardus) masukan campuran adonan 1 & 2 dan tambahkan kompos yang
sudah jadi lalu tutup gentong selama 14 hari.
Beberapa dari kami mengalami kesulitan dalam mengukur kelembaban adonan.
Ada yang terlalu basah, ada yang terlalu kering. Dosen, dengan penuh kesabaran,
memberikan panduan individu untuk mengatasi masalah tersebut. Dosen
memperkenalkan konsep gentong tanah liat dengan bantal dari potongan kardus.
Dosen menjelaskan bahwa tanah liat memiliki pori-pori yang dapat mempercepat
proses fermentasi. Kami pun dengan penuh semangat mengisi gentong dengan
campuran kompos. Saat gentong-gentong tanah liat dipenuhi dengan campuran
kompos. Dosen menjelaskan bahwa proses penyimpanan selama 14 hari ini akan
memberikan efek kompos kering di atasnya untuk mempercepat pembentukan kompos
yang efisien.
Ecoenzyme. Sekarang
beralih ke proses pembuatan eco enzyme.
Dalam membuat eco enzyme harus
menggunakan perbandingan 1:3:10 dengan rincian perbandingan yaitu Gula merah 90
gr: Kulit Semangka 270 gr : Air 900 ml.
Langkah awal siapkan
bahan-bahan yang digunakan sebagai perbandingan. Dimulai dari gula merah yang
diiris kecil lalu dipanaskan bersama 450ml air diatas kompor. Sembari menunggu
gula merah larut dengan air, kulit semangka dipotong menjadi bagian-bagian
lebih kecil lagi agar lebih cepat dalam proses fermentasi nanti. Dan siapkan
botol/wadah untuk tempat fermentasi. Saat gula merah sudah larut dengan air
telah dingin, pertama kita tuang kedalam botol/wadah dari yang sudah disiapkan,
lalu masukan potongan-potongan kecil kulit semangka tadi sesuai takaran, lalu
tambahkan air 450ml. Kenapa 450ml air, bukan 900ml air? Karena 450ml air
pertama sudah digabungkan bersama gula merah diawal sehingga tinggal
ditambahkan sisanya. Tidak lupa kami beri 3 buah larak yang telah kami pisahkan dengan bijinya dan diiris kecil agar cepat terjadi fermentasi Jangan lupa tutup rapat botol/wadah dari bakal eco enzyme dan jangan lupa untuk beri
tanggal dimulai sampai berakhirnya proses fermentasi. Pada pembuatan eco enzyme ini terdapat 2x masa fermentasi,
yang pertama difermentasi selama 3bulan dan kedua difermentasi selama 1bulan.
Dalam eksperimen ini,
kami juga diajarkan dalam memanen eco enzyme
yang telah difermentasi dari bulan Februari. Wadah yang berisi eco enzyme dengan aromanya yang khas tersebut
mulanya disaring, untuk memisahkan cairannya dengan ampas kulit buah. Ampas
kulit buah yang telah disaring bisa digunakan sebagai bahan dari Kompos. Dan
cairan dari eco enzyme yang telah
difermentasi tahap pertama ini ditutup dan didiamkan kembali selama 1 bulan
tidak lupa kami beri tanggal.
Eco
enzyme sendiri merupakan hasil fermentasi sampah organic
dapur khususnya buah dan sayuran. Eco
enzyme memiliki manfaat yang multifungsi yang alami dan ramah lingkungan. Eco enzyme ini bisa digunakan seperti
untuk tambahan membuat sabun cair, bahan kompos, bahan pembersih, filter air
dan udara, herbisida dan pestisida alami.
Dari yang kami anggap bahwa sampah merupakan sesuatu yang tidak berguna lagi ternyata mampu memberikan manfaat yang begitu banyak ketika kami mampu mengolahnya dengan baik dan benar. Sayangnya masih banyak dari kami dan masyarakat lainnya, yang belum menerapkan prinsip 3R pada sampah. Sehingga sampah semakin berlimpah dan menjadi permasalahan tersendiri. Untuk itu sosialisasi pengolahan sampah perlu terus menerus dilakukan sehingga persoalan sampah lebih mudah diatasi.
0 komentar:
Posting Komentar