Senin, 10 Januari 2022

RINGELMAN EFFECT

 RINGELMAN EFFECT

Dibuat untuk memenuhi tugas essay 3 mata kuliah Psikologi Sosial II dengan dosen pengampu Dr. Arundati shinta, M.A

Oleh

Siti nurhaliza (20310410055)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

     Dalam hidup atau dalam kehidupan ketika bekerja atau ketika melakukan suatu pekerjaan tidak selalu dilakukan oleh diri sendiri terkadang bekerjasama atau berramai-ramai mengerjakannya dengan yang lain. Akan tetapi akan perbedaan ketika dikerjakan sendiri dan ketika melakukan suatu pekerjaan secara berramai-ramai. Selain karena jumlahnya yang berbeda, yang tadinya sedikit menjadi banyak juga karena biasanya ketika bekerja sendirian individu cenderung mengerjakannya dengan sekuat tenaga tetapi ketika mengerjakannya bersama-sama individu justru malah mengerjakan dengan biasa-biasa saja dan cenderung seperti malah mengerjakannya (social loafing/ permalasan sosial). 

Sosial loafing/ permalasan sosial pertama kali diperkenalkan oleh marx ringelmann pada tahun 1924. Ia melakukan penelitian pada sekelompok laki-laki, ia meminta mereka untuk menarik sebuah tali. Dari hasil penelitian yang dilakukan ia mendapatkan hasil bahwa ketika menarik tali dilakukan secara berkelompok atau bersamaan maka usaha yang dikeluarkan justru sedikit dibandingkan dengan saat melakukannya sendiri (Pratama & Farah: 2020). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Marx Ringelman maka dapat dismpulkan bahwa ketika jumlah anggota dalam suatu pekerjaan lebih besar atau bertambah maka usaha yang dikeluarkan oleh masing-masing individu justru semakin lemah atau sedikit dan ini disebut ringelman effect, hal ini terjadi karena hilangnya motivasi dan rasa bertanggung jawab dari masing-masing individu (Dewi: 2012). Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa ringelman effect adalah penurunan suatu usaha individu dalam suatu kelompok karena adanya penambahan jumlah anggota atau karena anggota yang tadinya sedikit menjadi bertambah banyak. Ringelman effect yang terjadi pada sebuah kelompok tentu kurang bagus, maka agar tidak terjadi ringelman effect pada suatu kelompok diperlukan aspek psikologis agar performa atau kualitas kelompok menjadi baik yaitu:

  1. Motivasi anggota kelompok, motivasi dalam diri setiap anggota harus selalu ada dalam proses kerja kelompok atau saat kerja bersama kelompok. Performa tidak akan ada jika motivasi dari masing-masing anggotanya saat kerja kelompok tidak ada.

  2. Koordinasi dalam kelompok,  motivasi yang ada atau yang dimiliki individu ketika kerja kelompok atau kerja bersama kelompok memanglah penting, namun hal itu tidaklah cukup, perlu adanya koordinasi antara ketua kelompok dengan anggota ataupun antara anggota yang satu dengan anggota yang lain (Hudiy: 2016).


 

Daftar pustaka

Dewi, septaliza. (2012). Psikologi olga (makalah emosi, stalaness dan ringelmann effect). https://septalizadewi.blogspot.com/2012/09/psikologi-olga-makalah-emosi-stalaness.html?m=1 (diakses pada 10 januari 2022)

Pratama, kardila desta., & Farah aulia. (2020). Faktor-faktor yang berperan dalam permalasan sosial (social loafing): sebuah kajian literatur. Jurnal pendidikan tambusai. 4(2). 1460-1468 

Hudiyana, joevarian. 2016. Performa kelompok: dua detemninan. Inside my mind, personality & social psychology https://joehudijana.wordpress.com/tag/motivation/  (diakses pada 10 januari 2022)


0 komentar:

Posting Komentar