FENOMENA SOSIAL “TRADISI NYUMBANG” TELAH MENJADI
WARISAN BUDAYA YANG MENDARAH DAGING DI MASYARAKAT
Studi Kasus
: Masyarakat yang Menyumbang 120 Kotak Makanan Untuk Para Tetangga Pada Acara
Tertentu Seperti Syukuran Maupun Kedukaan
UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI SOSIAL
Dosen
Pengampu : : Dr., Dra. Arundanti Shinta, MA
Poppy
Priscila
22310410117
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
PROKLAMSI 45 YOGYAKARTA
2023
1.
1. 1.Tradisi nyumbang
yang umum kita kenal merupakan bagian dari sebuah praktik resiprositas. Resiprositas
adalah sebuah aktivitas pertukaran yang mengandung unsur timbal-balik
antarpelakunya. Faktor timbal-balik yang berlaku pada tradisi nyumbang
tersebutlah yang kemudian menjadi dasar atas masih kentalnya nilai resiprokal pada berbagai jenis sumbangan
yang selama ini dilakukan. Pada kasus tertentu tradisi nyumbang dapat menjadi beban sosial bagi masyarakat seperti
yang terjadi pada studi kasus ini permasalahannya lebih mengarah kepada
kenyamanan sebagai penduduk setempat, yang tentunya harus mematuhi norma yang
berlaku yang belum tentu mereka sependapat, ini
bisa menjadi boomerang bagi sebagian masyarakat yang pendapatan mereka
masih kurang karena untuk mendapatkan 120 kotak makanan itu bukanlah hal yang
mudah bisa jadi hanya karena kewajiban tersebut mereka harus berhutang untuk
memenuhinya ditambah lagi bahkan dalam situasi kedukaan pun mereka harus
menyumbangkan makanan ini seperti mereka terbebani dua kali lipat.
1. 2.Pada dasarnya
setiap daerah pasti memiliki kebiasaan yang serupa dengan tradisi nyumbang,
kadang kala ada yang mengarah kepada sesuatu yang positif itu bisa dinilai
sebagai perilaku gotong royong, namun jika mengarah kepada situasi yang negatif
itu bisa menjadi perilaku konformitas.
Yang bisa saya lakukan untuk menghadapi masalah pada tersebut diatas yaitu
mencoba untuk melakukan observasi dengan berbicara secara pribadi dengan
masyarakat setempat mengenai pendapat
mereka akan situasi tersebut tanpa mempengaruhi mereka, ini seperti benar-benar
mendengarkan pendapat mereka dan mengambil suatu kesimpulan dari sudut pandang
saya mengenai peluang untuk mengajukan semacam banding kepada pemerintah
setempat untuk mempertimbangkan kembali mengenai norma tersebut.
3.Saya mengategorikan kasus ini sebagai perilaku konformitas, ini bisa dilihat dari pernyataan yang saya tulis pada nomor 1 ini membuktikan bahwa saya setuju kasus ini masuk dalam kategori konformitas, namun pernyataan saya pada nomor 2 menunjukkan bagaimana sikap saya dalam menghadapi situasi tersebut terlihat jelas bahwa saya menegaskan bahwa kekuatan pribadi saya tidak sanggup untuk menentang secara pribadi kasus tersebut karena bagaimana pun itu hanya akan menyebabkan keterasingan sosial bagi saya ditambah lagi sebagai warga masyarakat harusnya kita mematuhi norma-norma yang berlaku ini adalah bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar.
1. 4.Teori belajar sosial menurut Albert Bandura adalah teori belajar
sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya
proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Dengan
berdasar pada teori tersebut saya pikir ada baiknya untuk mengajarkan kepada
anak tentang perilaku konformitas, karena ini menuntut kreativitas mereka untuk
berfikir secara kritis mengenai tradisi nyumbang mana yang termasuk kedalam
kategori gotong royong dan mana yang termasuk perilaku konformitas, agar kelak
jika menghadapi situasi tersebut mereka bisa lebih paham dan tahu tindakan apa
yang harus mereka lakukan.
1. 5.Perilaku
menyumbang sesuai dengan teori Niccolo Machiavelli yaitu invidu bersikap untuk
menghalalkan segala macam cara agar dapat menyumbang sesuai dengan tradisi yang
ada. Hal ini memang sesuai dengan kebiasaan seseorang yang ingin memenangkan
sebuah Pilkada, dimana pada musim-musim Pilkada banyak calon (namun tidak
semua) menghalalkan segala cara untuk dapat menarik hati masyarakat dengan
memberikan sumbangan agar mereka bisa dipilih oleh masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA :
https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/view/9144
http://journal.unair.ac.id/MKP@potret-resiprositas-dalam-tradisi-nyumbang-di-pedesaan-jawa-di-tengah-monetisasi-desa-article-8484-media-15-category-.html
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/equalita/article/view/10892
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/158972
0 komentar:
Posting Komentar