Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial
Nama : Sillvi
Yunia Anggraeni
Nim : 22310410019
Prodi :
Psikologi A1
Dosen Pengampu : Dr., Dra. Arundati Shinta, MA
"TRADISI NYUMBANG MASYARAKAT DI JAWA"
Pendahuluan
Istilah
nyumbang lebih berkonotasi pada tradisi masyarakat pedesaan. Seperti halnya
tradisi buwuh (nyumbang) atau yang sering dikenal oleh masyarakat Indonesia
adalah kondongan atau menyumbang. Tradisi nyumbang berbeda dengan kondangan,
perbedaannya terletak pada pemberian yang diberikan kepada yang mengadakan
hajatan. Kondangan yang diberikan berupa sejumlah uang, berbeda dengan nyumbang
yang diberikan berupa uang atau bahan makanan pokok yang dimasukkan ke dalam
baskom atau wadah tertentu.
Tradisi nyumbang dalam masyarakat
perdesaan di Jawa merupakan wujud kegiatan tolong menolong dan merupakan salah
satu kegiatan yang sangat penting dalam menjaga harmonisasi sosial. Nyumbang
dimaksudkan untuk membantu meringankan beban orang yang menggelar hajatan, agar
beban yang dipikul tidak terlalu berat. Nyumbang merupakan pranata sosial yang
menunjuk kepada kebersamaan perasaan moral dalam komunitas. Sekaligus simbol
ikatan sosial masyarakat desa yang memiki fungsi resiprositas dengan cara
saling memberi dan saling tolong menolong sekaligus memberikan gambaran
dinamika interaksi komunitas warga desa. Hubungan timbal-balik tersebut
berlangsung terus menerus dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sudah
menjadi kebiasaan dan mendapat pengesahan cukup lama dalam masyarakat
perdesaan. Nyumbang merupakan tindakan afektif karena mengandung berbagi unsur
kebersamaan sebagai tetangga, kerabat, yang menyangkut etika moral dalam hidup
bermasyarakat. Nyumbang bagian dari rasionalitas nilai yang menyangkut tujuan
untuk menjunjung prinsip-prinsip resiprositas dalam masyarakat, sekalipun dalam
kondisi ekonomi terbatas.
Permasalahan
1) Permasalahan
Dari Kasus Tradisi Nyumbang
Permasalahannya adalah
bahwa tradisi menyumbang memaksa orang-orang untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok tertentu tanpa memperhatikan kemampuan finansial mereka. Hal ini
menyimpang dari keadaan ideal karena seharusnya sumbangan bersifat sukarela dan
didasarkan pada kemampuan masing-masing individu. Pada seiring perkembangannya zaman
dengan perkembangan ekonomi pasar, pengeluaran yang harus ditanggung rumah
tangga desa ini semakin berat, karena segalanya menggunakan uang sebagai alat
tukar ekonomi dan juga alat tukar sosial seperti nyumbang. Kalau sebelumnya
nyumbang dapat menggunakan produk pertanian, namun sekarang lebih banyak
menggunakan uang tunai. Dengan demikian setiap warga desa membutuhkan lebih
banyak uang dalam rangka memenuhi kebutuhan di luar konsumsi harian, ini
menyebabkan uang lebih penting dalam setiap transaksi sosial
2) Jika
Anda Mengalami Permasalahan Dalam Tradisi Nyumbang?
Saya akan mencoba
melakukan komunikasi dan menjelaskan kondisi finansial saya kepada kelompok
yang mengadakan tradisi menyumbang. Saya akan berusaha untuk membuat mereka
memahami bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan finansial yang sama dan
bahwa sumbangan seharusnya bersifat sukarela tanpa memaksa.
3) Apakah
Situasi Tradisi Nyumbang Termasuk Perilaku Gotong Royong Atau Adanya Ketakutan Akan
Dampak Dari Perilaku Tidak Conform?
Situasi tersebut menujukkan
sebagai suatu bentuk kerukunan karena dalam kegiatan nyumbang terdapat suatu
rasa dan Pemaknaan Tradisi Nyumbang ikatan yang kuat yaitu kekeluargaan dan
kekompakan dalam bentuk bantuan dari orang lain yang membawa masyarakat pada
suatu keadaan yang rukun. rukun merupakan ukuran ideal dalam hubungan sosial di
masyarakat karena rukun berarti suatu keadaan yang serasi penuh dengan
kerjasama dan gotong-royong. Meskipun lebih menunjukkan adanya
ketakutan akan dampak dari perilaku tidak conform pada tetangga. Orang-orang
mungkin merasa terpaksa untuk menyumbang karena takut dianggap tidak patuh
terhadap tradisi dan dijauhi oleh komunitas mereka.
4) Apakah Saya Akan
Mengajarkan Pada Anak Saya Tentang Konformitas?
Berdasarkan teori Albert
Bandura, tentu saya akan mengajarkan pada anak saya karena tradisi menyumbang
sudah di wariskan dari generasi ke generasi. Tetapi saya juga akan mengajarkan tentang
pentingnya mempertimbangkan kemampuan finansial dan kesadaran diri dalam
melakukan sumbangan. Saya akan mengajarkan bahwa sumbangan yang dilakukan
dengan sukarela dan dalam kemampuan finansial kita adalah bentuk konformitas
yang lebih sehat, daripada menyumbang hanya karena tekanan sosial.
5) Apakah Perilaku
Menyumbang Sesuai Dengan Kebiasaan Seseorang Yang Ingin Menang Pilkada?
Secara makro, perilaku
menyumbang dalam kasus ini mungkin tidak sesuai dengan kebiasaan seseorang yang
ingin menang di Pilkada. Menurut teori Niccolo Machiavelli, seorang pemimpin
seharusnya menjadi strategis dan pragmatis dalam mengambil keputusan politik.
Dalam konteks ini, pemimpin yang ingin menang di Pilkada mungkin akan
menghindari perilaku menyumbang yang dapat membebani finansialnya dan lebih
fokus pada strategi politik yang dapat meningkatkan popularitasnya di mata
pemilih.
Solusi Tradisi Nyumbang
Solusinya adalah mengubah
pandangan masyarakat tentang tradisi menyumbang dan mengedukasi mereka tentang
pentingnya sumbangan yang sukarela dan sesuai dengan kemampuan finansial. Nyumbang
juga merupakan suatu wujud solidaritas seseorang kepada orang lain. Solidaritas
sosial ditunjukkan dengan membantu orang lain tanpa adanya pamrih dan harapan
resiprositas. Sehingga seseorang yang memaknai sumbangan itu kegiatan sosial
untuk membantu sebagai wujud solidaritasnya ditandai dengan tidak dicatat oleh
orang yang memberikan sumbangan.
Daftar Pustaka
Lestari, Soetji, dkk. 2012. Potret Resiprositas dalam
Tradisi Nyumbang di Perdesaan Jawa di Tengah Monetisasi Desa. Jurnal
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik Vol 25, No 4
Prasetyo, Yanu Endar. (2010). Mengenal Tradisi Bangsa.
Yogyakarta: Imu
Suryana, Aditya dan Grendi Hendrastomo. Pemaknaan
Tradisi Nyumbang Dalam Pernikahan Di Masyarakat Desa Kalikebo, Trucuk, Klaten. Jurnal
Pendidikan Sosiologi
Suyanto, E. (2017). Etika Moral Perempuan Desa Dalam
Tradisi Nyumbang Di Tengah Monetisasi. Prosiding Seminar Nasional Dan Call for
Paper “Pengembangan Sumber Daya Perdesaan Dan Kearifan Lokal Berkelanjutan
VII,” 7(1), 141–159. Retrieved from http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.php/Prosiding/article/view/364
Sumber Gambar
https://images.app.goo.gl/mukC9NjDvqBFMbP49
0 komentar:
Posting Komentar